Anda di halaman 1dari 5

PEMAKAIAN GIGI PALSU MENURUT PERSPEKIF ISLAM

Dea Ignacia Manurung

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturahmah

Dibuat : 11 Januari 2023

Abstrak

Penggunaan gigi palsu sangat bermanfaat, terutama bagi lansia yang giginya sudah
mulai ompong. Pemakaian gigi palsu bisa mempermudah mereka untuk makan, berbicara,
dan tentunya meningkat percaya diri.Akan tetapi, masih banyak masyarakat yang ragu
apakah memasang gigi palsu diperbolehkan dalam Islam atau tidak.

Metode yang digunakan dalam penulisan ini, yaitu menggunakan metode literatur.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan hasil telaah dari berbagai teori-teori yang
bersumber dari buku-buku, Karya Tulis Ilmiah, Jurnal, Artikel, dan situs Wibe Site yang
berhubungan dengan penggunaan gigi palsu dalam perpektif islam

Memasang gigi palsu, mengganti gigi dan memperbaiki susunan gigi dari perspektif
islam diperbolehkan. Dasar hukumnya untuk menjaga bentuk tubuh sebaik-baiknya (surat At-
Tin 95:4 dan kitab tafsir Taisirul Karimir Rohman Fi Tafsiril Kalamil Mannan),jika saat ini
sudah punya gangguan gigi lalu gigi dicabut, maka perlu pemakaian gigi palsu. Jika gigi yang
hilang itu tidak diganti maka akan menimbulkan banyak gangguan seperti berkurangnya
fungsi pengunyahaan, dapat mengganggu pencernaan makanan, mengganggu fungsi bicara,
terjadi dislokasi sendi Tmj (buka mulut tapi tak bisa menutup) hingga percaya diri berkurang.
Gigi tiruan menjadi solusi tepat mengganti gigi yang hilang

Pendahuluan

Kesehatan merupakan kenikmatan dan karunia dari Allah SWT yang sangat berharga
tidak dapat dibandingkan dengan kekayaan materi apapun. Kesehatan bukanlah segalanya
tetapi segala sesuatu akan kurang berarti tanpa kesehatan. Harfindo (2018) mengungkapkan,
sehat itu mahal tetapi peringatan itu belum maksimal, sebab nyatanya masih banyak orang
yang mengabaikan kesehatan, mereka justru baru menyadari berharga sehat itu ketika jatuh
sakit. Seorang dokter bernama Herophilus yang hidup sekitar 323 SM yang mengatakan
bahwa, ketika tidak ada kesehatan, kearifan dengan sendiri tidak akan tercapai, seni tidak
akan muncul, kekuatan akan sirna, kekayaan menjadi tidak berguna, dan kecerdasan tidak
akan bisa dipraktikan. Sehat merupakan hal yang sangat penting agar seseorang mampu
menikmati hidup ini. Semua kelezatan duniawi terasa hampa ketika kesehatan sirna, misalnya
kelezatan makan menjadi hambar, kesejukan saat minum menjadi hilang dan tidurpun tidak
akan nyenyak, perasaaan juga akan tersa gelisah ketika seseorang sedang sakit (Ade, 2012).

Pandangan Islam menjelaskan, semua anugrah Allah kepada manusia harus dijaga dan
dipelihara dengan baik agar anugrah itu dapat berumur panjang dan dapat difungsikan dalam
waktu yang lama. Semua makanan yang masuk kedalam perut manusia harus terlebih dahulu
melewati gigi. Gigi menjadi alat yang penting bagi manusia untuk mengunyah makanan
sebelum makanan itu masuk kedalam tubuh. Mengunyah makanan dengan baik akan sangat
membantu pencernaan melaksanakan tugasnya mengolah makanan sebelum sari-sari dari
makanan itu dialirkan ke seluruh tubuh melalui aliran darah (Soofi MA, 2012).

Islam menyadari bahwa mulut merupakan pintu masuk berbagai penyakit yang
bersumber dari makanan yang kita makan setiap hari. Gigi dan mulut adalah awal mula
segala pencernaan. Seperti yang telah di tulis oleh Itjiningsih (1991) gigi adalah bagian tubuh
manusia yang berfungsi untuk mencerna makanan, gigi berperan juga sewaktu berbicara,
karena itulah gigi sangat berhubungan dengan organ tubuh lainnya. Banyak orang tidak
menyadari bahwasanya sakit gigi bisa memicu timbulnya penyakit lain yang berbahaya, dan
inipun sangat berpengaruh pada ibadah kita pada Allah Yang Maha Esa. Hakikatnya manusia
tidak dapat beribadah secara maksimal apabila terkendala oleh masalah kesehatan, oleh
karena itu kesehatan merupakan suatu hal yang sangatlah penting untuk mendapat perhatian.

Kesehatan merupakan nikmat Allah yang sangat mahal. Seseorang yang sehat
seringkali tidak bersyukur dengan kesehatanya, namun baru ketika sakit dirinya mengetahui
pentingnya kesehatan itu. Begitu pula kesehatan mulut dan gigi, ketika sakit baru disadari
bahwa itu merupakan hal yang penting. Ketika gigi sakit dan harus memasang gigi palsu
apakah diperbolehkan oleh Islam? Karena jika tidak memasang gigi palsu kesehatan pun
terganggu. Memasang gigi (palsu) itu merupakan suatu hajat/kebutuhan bagi orang yang
tidak ada lagi giginya untuk bisa mengunyah makanan sebelum ditelan atau untuk membantu
pencernaan makanan. Di samping itu, orang yang tidak ada gigi tidak bisa membaca al-
Qur’an secara baik.

Penelitian ini untuk mengetahui gambaran tentang pentingnya kesehatan gigi dan
mulut yang berhubungan dengan pemasangan gigi palsu dalam perspektif islam, firman
hadist yang berkaitan dengan hal tersebut beserta tokoh-tokoh kedokteran muslim yang ikut
berkontribusi.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan ini, yaitu menggunakan metode literatur. Penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan hasil telaah dari berbagai teori-teori yang bersumber dari
buku-buku, Karya Tulis Ilmiah, Jurnal, Artikel, dan situs Wibe Site yang berhubungan
dengan kesehatan gigi dan mulut dalam perpektif islam.

Pembahasan

Kebersihan gigi dan mulut harus selalu dijaga agar kita selalu sehat .Menjaga
kesehatan gigi mulut sudah dimulai zaman Rasullullah SAW.Faktor utama kerusakan gigi
terletak pada kebersihan gigi mulut. Karena itu sangat penting menjaga kebersihan gigi
supaya bisa terus sehat dan beribadah kepada Allah SWT..

Seandainya tidak memberatkan umatku , sungguh aku akan memerintahkan mereka


untuk bersiwak setiap kali berwudhu ( HR.Al Bukhari)
Siwak itu pembersih mulut dan merupakan penyebab keridhaan dari Allah (HR
Nasa’I). Siwak itu sikat gigi dengan tekstur lembut dan bulunya lunak dan dapat
membersihkan gigi sehingga gigi kita sehat. Jadi kalau memilih sikat gigi pilihlah yang
lembut, lalu menyikat gigi dengan teratur lakukan dengan lemah lembut. (Prof. Dr. Bambang
S Trenggono, drg, M.Biomed).

Ada beberapa hadits yang bisa kita jadikan acuan dalam masalah ini, diantaranya :

Pertama, hadits dari Urfujah bin As’ad radhiyallahu ‘anhu,

‫ َذ‬B‫لَّ َم َأ ْن يَتَّ ِخ‬B ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس‬


َ ‫ق فََأ ْنتَنَ َعلَ ْي ِه فََأ َم َرهُ النَّبِ ُّي‬
ٍ ‫ فَاتَّ َخ َذ َأ ْنفًا ِم ْن َو ِر‬،‫ب فِي ْال َجا ِهلِيَّ ِة‬
ِ ‫يب َأ ْنفُهُ يَوْ َم ْال ُكاَل‬
َ ‫ص‬ِ ‫َأنَّهُ ُأ‬
ٍ َ‫َأ ْنفًا ِم ْن َذه‬
‫ب‬

Bahwa hidung beliau terkena senjata pada peristiwa perang Al-Kulab di zaman
jahiliyah. Kemudian beliau tambal dengan perak, namun hidungnya malah membusuk.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya untuk menggunakan tambal
hidung dari emas. (HR. An-Nasai 5161, Abu Daud 4232, dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

Hadits dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan:

‫لُعنت الواصلة والمستوصلة والنامصة والمتنمصة والواشمة والمستوشمة من غير داء‬

“Dilaknat orang yang menyambung rambut, yang disambung rambutnya, orang yang
mencabut alisnya dan yang minta dicabut alisnya, orang yang mentato dan yang minta ditato,
selain karena penyakit.” (HR. Abu Daud 4170 dan dishahihkan Al-Albani).

Dalam riwayat lain, dari Ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

‫نهى عن النامصة والواشرة والواصلة والواشمة إال من داء‬

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang orang mencukur alis, mengkikir


gigi, menyambung rambut, dan mentato, kecuali karena penyakit. (HR. Ahmad 3945 dan
sanadnya dinilai kuat oleh Syuaib Al-Arnaut). As-Syaukani mengatakan, sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘kecuali karena penyakit’ menunjukkan bahwa keharaman yang
disebutkan, jika tindakan tersebut dilakukan untuk tujuan memperindah penampilan, bukan
untuk menghilangkan penyakit atau cacat, karena semacam ini tidak haram. (Nailul Authar,
6/244).

Berdasarkan keterangan di atas disimpulkan, semua intervensi luar yang mengubah


keadaan tubuh kita hukumnya dibolehkan jika tujuannya dalam rangka pengobatan, atau
mengembalikan pada kondisi normal. Dan ini tidak termasuk mengubah ciptaan Allah yang
terlarang. Ahmad asy-Syarbasi menukil pendapat Imam Abu Hanifah, Muhammad asy-
Syaibani dan Abu Yusuf, mereka membolehkan menguatkan gigi dengan perak jika
diperlukan.

Begitupun juga dengan pendapat ulama kontemporer yang membolehkan pemasangan


gigi implant untuk pengobatan. “Tidak masalah mengobati gigi yang rusak atau cacat, dengan
gigi lain, sehingga bisa menghilangkan resiko sakit, atau melepasnya kemudian diganti gigi
palsu, jika dibutuhkan. Karena semacam ini termasuk bentuk pengobatan yang mubah, untuk
menghilangkan madharat. Dan tidak termasuk mengubah ciptaan Allah, sebagaimana yang
dipahami penanya.” (Fatawa Lajnah Daimah, 25/15).

Jika saat ini sudah punya gangguan gigi lalu gigi dicabut, maka perlu pemakaian gigi
palsu. Jika gigi yang hilang itu tidak diganti maka akan menimbulkan banyak gangguan
seperti berkurangnya fungsi pengunyahaan, dapat mengganggu pencernaan makanan,
mengganggu fungsi bicara, terjadi dislokasi sendi Tmj (buka mulut tapi tak bisa menutup)
hingga percaya diri berkurang.Gigi tiruan menjadi solusi tepat mengganti gigi yang hilang.

Menurut Prof. Dr. Bambang S Trenggono, drg, M.Biomed , Guru besar FKG
Universitas Yarsi, pemakai gigi tiruan (palsu) sudah ada 700 sebelum masehi. Dipelolori Abu
Casis ( Abu Alqasim khalaf bin Al Abbas Az Zahrawi, dokter gigi muslim ini telah membuat
gigi palsu menggunakan tulang sapi dan melakukan trasplantasi gigi asli telah dicabut dengan
cara pembedahan . Macam-macam gigi palsu (protesa), protesa lepas, protesa penuh (cekat
atau mahkota) dan bahannya dari plastik , logam dan perpaduan plastik logam

Masalah gigi  palsu ini menyangkut masalah muamalah dan tidak ada larangan dalam al-
Qur’an dan as-Sunnah, maka kembali kepada prinsipnya yang umum, yaitu:

 ‫اَألصْ ُل فِى ْال ُم َعا َملَ ِة ْاِإل بَا َحةُ ِإالَّ َما َد َّل ال َّدلِي ُل َعلَى ِخالَفِ ِه‬.

Artinya: “Prinsip dalam muamalah adalah mubah, kecuali ada dalil yang menunjuk kepada
kebalikannya, artinya tidak boleh.” Memasang gigi (palsu) itu merupakan suatu
hajat/kebutuhan bagi orang yang tidak ada lagi giginya untuk bisa mengunyah makanan
sebelum ditelan atau untuk membantu pencernaan makanan. Di samping itu, orang yang tidak
ada gigi tidak bisa membaca al-Qur’an secara baik, misalnya membaca perkataan/potongan
ayat َ‫ َوالَ الضَّآلِّ ْين‬dengan benar.

Selanjutnya memasang gigi palsu itu harus orang yang berilmu, profesional dan berizin, yaitu
dokter gigi. Terkait saat ini banyaknya iklan untuk pemasangan gigi palsu melalui internet,
jangan tergiur untuk memasang gigi palsu akaibat terpengaruhi iklan dan harga murah .
karena setiap orang akan berbeda-beda pemakaian gigi palsunya

Kesimpulan

Memasang gigi palsu, mengganti gigi dan memperbaiki susunan gigi dari perspektif
islam diperbolehkan. Dasar hukumnya untuk menjaga bentuk tubuh sebaik-baiknya (surat At-
Tin 95:4 dan kitab tafsir Taisirul Karimir Rohman Fi Tafsiril Kalamil Mannan), Maksudnya
sungguh kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.
Sehingga bisa melaksanakan ibadah dengan sempurna, fungsinya seimbang dan Ajaran Islam
tak menghendaki adanya cacat, tapi perlu keindahan kesempurnaan . Jadi jika ada
kehilangannya wajib mengganti dan memperbaiki.

Mengganti dengan gigi palsu dalam rangka memenuhi kebutuhan menghindari gangguan
dengan niatan yang baik dengan tujuan kedaruratan (mengembalikan fungsi organ gigi
supaya beribadah tak terganggu) diperbolehkan. Sementara yang tidak boleh dalam ajaran
Islam memasang gigi palsu dengan niat sengaja merubah ciptaan Allah padahal tidak ada
gangguan , hanya untuk kecantikan atau mode, menambah-nambah padahal tak ada
gangguanriya.
Daftar Pustaka

Soofi, MA., Medical Science and Islamic History, Pakistan, www. Masoofi.com/index.php?
funct ion=page&page_id=52, di akses 29 desember 2018

Ijtiningsih. WH. Anatomi Gigi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995

Harfindo, dkk. Islam dan Kesehatan Gigi (Jakarta: Pustaka Alkautsar 2018)

Ghofur, A, 2012, Buku Pintar Kesehatan Gigi dan Mulut, Mitra Buku, Yogyakarta.

yarsi.ac.id.Universitas Yarsi. Artikel Menurut Islam,Pasang Gigi Palsu boleh , Mau Aman,
Murah kompetitif datang Ke RSG Yarsi. 24 Januari 2022. [Diakses 11 Januari 2023).
diakses dari https://www.yarsi.ac.id/2022/01/24/menurut-islampasang-gigi-palsu-boleh-
mau-aman-murah-kompetitif-datang-ke-rsg-yarsi/

muhammadiyah.or.id. Redaksi Muhammadiyah. Hukum Pasang Gigi Palsu. 13 Januari


2021. [Diakses 11 Januari 2023] diakses dari https://muhammadiyah.or.id/hukum-pasang-
gigi-palsu/

mui.or.id. MUI SulSel. Bolehkan Memasang Gigi Palsu dan Perlukah Mencabutnya Saat
Meninggal. 9 Maret 2022 [diakses 11 januari 2023] diakses dari https://mui.or.id/mui-
provinsi/mui-sulsel/33872/bolehkan-memasang-gigi-palsu-dan-perlukah-mencabutnya-
saat-meninggal/

Anda mungkin juga menyukai