Anda di halaman 1dari 3

UJIAN AKHIR SEMESTER PERBANDINGAN HUKUM PIDANA

Nama : Dimas Aditya Sinuraya


NIM : 180200370

Jawaban :

1. Kesalahan (geen straf zonder schuld) adalah adalah keseluruhan syarat yang memberi dasar
adanya pencelaan pribadi terhadap pelaku hukum pidana. Kesalahan menjadi dasar untuk
menentukan pertanggungjawaban. Kesalahan merupakan keadaan jiwa dari si pembuat dan
hubungan batin antara si pembuat dan perbuatannya.
Jenis-jenis kesalahan dalam hukum pidana terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :
1) Kesengajaan (dolus)
Kesengajaan memiliki arti seseorang yang melakukan suatu tindakan dengan sengaja,
harus menghendaki serta menginsafi tindakan tersebut dan/atau akibatnya. Dapat
dikatakan bahwa kesengajaan berarti kehendak (keinginan) untuk melaksanakan suatu
tindakan yang didorong oleh pemenuhan nafsu. Dengan kata lain bahwa kesengajaan
ditujukan terhadap suatu Tindakan. Kesengajaan sendiri memiliki 3 (tiga) jenis antara
lain kesengajaan sebagai maksud, kesengajaan sebagai kepastian, dan kesengajaan
sebagai kemungkinan.
2) Kelalaian (culpa)
Kelalaian adalah situasi dimana seseorang seharusnya melakukan berhati-hati dalam
melakukan tindakannya atau seharusnya melakukan penduga-dugaan namun tidak
melakukannya. Kelalaian terbagi atas dua yaitu kelalaian yang disadari dan kelalaian
yang tidak disadari.

2. Strict liability atau pertanggung jawaban mutlak adalah unsur kesalahan yang tidak perlu
dibuktikan selama kesalahan tersebut jelas nyata menimbulkan kerugian bagi pihak lain.
Dalam strict liability, Penggugat dibebani untuk membuktikan unsur kesalahan selama
kesalahan yang dilakukan oleh Tergugat/tersangka merugikannya. Contoh strict liability
adalah pabrik/perusahaan yang mencemari lingkungan sekitar dengan limbahnya dapat
dikenakan strict liability karena telah merusak lingkungan tanpa harus dibuktikan apakah
tindakan pembuangan limbah tersebut sesuai peraturan atau tidak.
Vicarious liability adalah pertanggungjawaban pidana yang dibebankan kepada seseorang
atas perbuatan orang lain. dalam pelaksanaan vicarious liability memiliki beberapa batasan,
dimana seseorang tidak dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatan yang dilakukan oleh
orang lain apabila; (1) tidak masuk lingkup pekerjaan atau kewenangannya; (2) yang
dilakukan employee merupakan perbuatan bantuan/ pembantuan (aiding and abetting ); dan
(3) yang dilakukan employee adalah percobaan tindak pidana (attempt to commit an
offence). Contoh vicarious liability dapat dikenakan kepada pemilik bus pariwisata yang
memiliki rem blong sehingga membahayakan penumpangnya.

3. Metode fungsional adalah metode perbandingan hukum dengan menentukan hakikat problem
yang dihadapi untuk menemukan kaidah hukum yang tepat. Berbagai sistem hukum dapat
dibandingkan selama sistem hukum itu berfungsi menyelesaikan problematika sosial yang
sama atau untuk memenuhi kebutuhan hukum yang sama.
Metode fungsional menambah pada perbandingan hukum suatu dimensi sosiologis. Ini tidak
berarti, bahwa pertandingan hukum sama dengan sosiologi hukum. Perbandingan hukum
tidak hanya bergerak di bidang penelitian empiris, akan tetapi juga berusaha untuk mencapai
tujuannya di bidang hukum sendiri, yang menuju kepada perbandingan dan penilaian kritis
bahan yang ditemukan.

4. Perbedaan antara mempelajari hukum pidana asing dengan mempelajari perbandingan


hukum pidana adalah dimana saat kita mempelajari hukum pidana asing adalah kita
mempelajari mengenai hukum dan peraturan pidananya saja sementara dalam mempelajari
perbandingan hukum pidana, kita melakukan perbandingan antara hukum pidana suatu
negara dengan negara lainnya dan dapat juga melakukan perbandingan hukum pidana negara
lain dengan hukum pidana nasional sendiri.

5. Rehabilitasi adalah cara untuk memulihkan pengguna agar terbebas dari narkoba.
Rehabilitasi ini terbagi menjadi dua yakni Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial.
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk
membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika, sedangkan Rehabilitasi Sosial adalah
suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, agar bekas
pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat.
Rehabilitasi menurut saya efektif karena menunjukkan kebaikan dan pemberian kesempatan
dengan cara diluar dari pidana untuk menyembuhkan penyalahguna dari kebiasaan buruknya
berupa penyalahgunaan narkotika dibandingkan memberikan pidana penjara dan/atau pidana
denda yang mungkin dapat menimbulkan efek balas dendam dari terpidana.
Di negara-negara lainnya selain melaksanakan rehabilitasi, metode dekriminalisasi juga
dilaksanakan seperti contohnya di Portugal dan Belanda. Kebijakan Portugal yang
menerapkan dekriminalisasi terhadap pengguna narkotika, obat-obatan terlarang dan zat
psikotropika sejak Juli 2001. Lima tahun pemberlakukan kebijakan tersebut, Portugal
berhasil menurunkan angka overdosis tahunan dari 400 menjadi 290 kasus saja. Hal ini juga
berdampak pada jumlah warga negara yang harus ditanggung negara kehidupannya akibat
dipidana penjara. Sebagai gantinya ada program rehabilitasi. Belanda juga memberlakukan
dekriminalisasi penggunaan Cannabis atau ganja. Hal ini untuk mencegah pengguna ganja
mengakses narkoba jenis lain yang berbahaya. Belanda lantas tercatat sebagai negara dengan
jumlah pengguna narkotika terendah di Eropa.

Anda mungkin juga menyukai