1. Orang tua atau wali yang bertanggung jawab atas tidakan yang
dilakukan oleh anak-anak di bawah tanggungannya atau di
bawah perwaliannya.
2. Majikan bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan oleh
pekerjanya.
3. Guru bertanggung jawab atas muridnya.
4. Kepala tukang bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan
oleh pekerja yang berada dibawahnya.
5. Pemilik binatang bertanggung jawab atas tindakan yang
dilakukan oleh binatang peliharaannya.
6. Pemilik gedung bertanggung jawab atas ambruknya gedung
kerena kelalaian dalam pemeliharaan atau karena cacat dalam
pembangunan maupun tatanannya.
RAHASIA KEDOKTERAN
Lafal sumpah dokter:
”Demi Allah saya bersumpah,bahwa saya akan merahasikan segala sesuatu yang saya ketahui
karena perkerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter”.
Kodeki pasal 13:
”Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita,
bahkan setelah penderita itu meninggal dunia”.
Pada Lembaran Negara No. 21 th.1966:
Pasal 1 “Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh
orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam
lapangan kedokteran”
Pasal 2 “Pengetahuan tersebut dalam pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang
tersebut dalam pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi
daripada Peraturan-Peraturan ini menentukan lain”
Pasal 3 “Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:
● Dokter/Dokter ahli
● Mahasiswa Kedokteran
● Perawat/Bidan
● Petugas Administrasi Kedokteran Forensik/kamar jenazah”
Walaupun demikain, rahasia kedokteran dapat dibuka pada keadaan:
1. Terpaksaan
Dasar : KUHP pasal 48:
“Barangsiapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa, tidak dipidana”.
2. Ada undang-undang yang mengatur
Dasar : KUHP pasal 50:
“Barangsiapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak
dipidana”.
3. Atas permintaan atasan dokter yang memeriksa
Dasar : KUHP pasal 51:
1. Barangsiapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh
penguasa yang berwenang, tidak dipidana.
2. Perintah jabatan tanpa wewenang, tidak menyebabkan hapusnya pidana, kecuali jika yang
diperintah, dengan itikad baik mengira bahwa perintah yang diberikan dengan wewenang dan
pelaksanaannya termasuk dalam lingkungan pekerjaannya.