Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN CITRA KAWASAN WISATA PULAU


DERAWAN

Indro Sulistyanto

Abstrak
Pengelolaan persampahan menjadi permasalahan yang diamati sebagai
upaya strategis peningkatan citra Kawasan Wisata Pulau Derawan, sejalan
dengan meningkatnya jumlah wisataan yang berkunjung, yang berakibat pada
peningkatan kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan, dibandingkan
dengan pulaunya yang relatif kecil seluas 3,858.96 Km2.
Penelitian ini bertujuan untuk menemu-tunjukkan acuan pengembangan
sistem pengelolaan persampahan domestik Kawasan Pulau Derawan yang
komprehensif, efektif, efisien dan sesuai dengan rencana pengembangan Kawasan
Pulau Derawan sebagai kawasan wisata yang lebih menarik.
Metoda yang digunakan adalah analisis komparatif terhadap kondisi
eksisting menuju pada kondisi oengolahan sampah yang diinginkan, mengacu
pada peraturan perundangan dan kebijakan dalam bidang persampahan,
sehingga diperoleh sintesis berupa arahan bentuk pengembangan sistem
pengelolan persampahan yang mampu mendukung citra Pulau Derawan sebagai
kawasan wisata laut yang terjaga lingkungan hidup dan binaannya
Hasil yang diperoleh adalah alternatif pengelolaan sampah yang tepat
dalam mendukung eksistensi Pulau Derawan, sebagai tujuan wisata, dengan
segala keterbatasan yang ada. Sebagai kesimpulan dari penelitian ini adalah
pengelolaan persampahan akan sangat menentukan dalam meningkatkan citra
Kawasan Wisata Pulau Derawan, dengan mempertimbangkan teknologi
pengelolaan yang sesuai dengan kondisi kawasan, dalam konstelasi pengelolaan
akhir persampahan di luar Pulau Derawan.

Kata Kunci: Pengelolaan Persampahan, Citra, Kawasan Wisata, Pulau Derawan

1. Latar Belakang bangunan secara terpadu yang


Penyelenggaraan prasarana dan dilakukan secara efektif dan efisien
sarana persampahan yang memadai, dengan memprioritaskan optimasi
merupakan bagian dari prasarana terhadap sistem yang ada untuk
dan sarana PLP (Penyehatan dapat menciptakan lingkungan
Lingkungan Permukiman) bertujuan wisata yang aman dan sehat.
untuk menciptakan kondisi Kawasan Permasalahan sampah bukan lagi
Wisata Pulau Derawan yang sekadar masalah kebersihan dan
layak, sehat, bersih, aman dan serasi lingkungan saja, tetapi sudah
sesuai dengan perannya sebagai menjadi masalah sosial yang mampu
tujuan wisata yan spesifik dengan menimbulkan konflik. Sampah
kekayaan wisata lautnya. Pem- selalu identik dengan barang sisa
bangunan prasarana dan sarana atau hasil buangan tak berharga.
persampahan dan drainase diarahkan Pertumbuhan penduduk yang
kepada penyelenggaraan pem- semakin tinggi mengakibatkan
semakin ber-tambahnya tingkat
konsumsi masyarakat serta aktivitas Derawan dan ke arah darat
lainnya. Hal ini tentunya akan mencakup seluruh wilayah daratan
berdampak pada terjadinya Pulau Derawan.
pertambahan volume Pulau Derawan terletak di
buangan/limbah yang dihasilkan Kecamatan Pulau Derawan,
yang lebih dikenal sebagai limbah Kabupaten Berau, Kalimantan Timur
domestik. Meski setiap hari manusia Satuan morfologi Pulau Derawan
selalu menghasilkan sampah, adalah dataran pantai bertopografi
manusia pula yang paling datar. Pantai pasir memiliki
menghindari sampah. Orang kemiringan lereng sekitar 7° - 11°
kebanyakan hanya bisa dengan lebar 13,5 - 20 meter.
membuangnya, namun kurang peduli Di perairan sekitarnya terdapat
bagaimana barang sisa itu taman laut dan terkenal sebagai
seharusnya diperlakukan. Tidaklah wisata selam (diving) dengan
heran, akibat kelalaian dan kedalaman sekitar lima meter.
kekurangpedulian kita terhadap Terdapat beraneka ragam biota laut
sampah, kita pula yang menuai di sini, diantaranya cumi-cumi
bencana yang ditimbulkan oleh (cuttlefish), lobster, ikan pipa
sampah yang akhirnya menjadi (ghostpipe fish), gurita (bluering
permasalahan lingkungan serius octopus), nudibranchs, kuda laut
yang harus ditangani. (seahorses), belut pita (ribbon eels)
Pulau Derawan sebagai salah dan ikan skorpion (scorpionfishes).
satu Pulau yang menjadi andalan Pada batu karang di kedalaman
Kabupaten Berau dan Kalimantan sepuluh meter, terdapat karang yang
Timur menghadapi kondisi dikenal sebagai "Blue Trigger Wall"
penanganan sampah yang belum karena pada karang dengan panjang
memadai tersebut. Sebagai daerah 18 meter tersebut banyak terdapat
target kunjungan wisata, tentunya ikan trigger (red-toothed trigger
dikhawatirkan akan mengganggu fishes).
kunjungan wisatawan. Hal ini terjadi Pulau Derawan adalah sebuah
oleh karena terbatasnya area pulau pulau yang berada di Kecamatan
dan belum adanya pengelolaan Pulau Derawan, Kabupaten Berau,
sampah yang terkelola secara Kalimantan Timur. Di pulau ini
sistematis. Oleh karena itu perlu terdapat sejumlah obyek
dibuat sebuah perencanaan wisatabahari menawan, salah
pengelolaan persampahan, agar satunya Taman Bawah Laut yang
tercipta citra kawasan yang menarik diminati wisatawan mancanegara
di Pulau Derawan. terutama para penyelam kelas dunia.
Di dalam penelitian ini, acuan utama Kecamatan Pulau Derawan memiliki
yang digunakan adalah Undang-Undang lima desa yaitu, Desa Tanjung Batu,
No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Desa Pulau Derawan, Pegat
sampah. Peraturan lain yang digunakan Batumbuk, Teluk Semanting dan
terutama adalah Petunjuk Teknis dan Kasai.
Standar Nasional Indonesia yang Sedikitnya ada tiga pulau yang
mengatur teknis pengelolaan terkenal di sekitar Kecamatan Pulau
sampah.Hasil Kajian Pulau Derawan Derawan, yakni Pulau Maratua,
Kegiatan ini meliputi wilayah di Sangalaki, dan Kakaban yang
sepanjang pesisir pantai yang ditinggali satwa langka penyu hijau
memiliki kaitan langsung Pulau dan penyu sisik.
Secara geografis, terletak di inilah yang telah terbentuk menjadi
semenanjung utara perairan laut pulau dan terbentuk menjadi danau
Kabupaten Berau yang terdiri dari air asin. "Survei Manta Tow 2003"
beberapa pulau yaitu Pulau Panjang, menunjukkan tutupan rata-rata
Pulau Raburabu, Pulau Samama, terumbu karang di Pulau Panjang
Pulau Sangalaki, Pulau Kakaban, adalah 24,25% untuk karang keras
Pulau Nabuko, Pulau Maratua dan dan 34,88 untuk karang hidup.
Pulau Derawan serta beberapa Terumbu karang di Pulau Derawan
gosong karang seperti gosong memiliki tutupan rata-rata karang
Muaras, gosong Pinaka, gosong karang keras 17,41% dan tutupan
Buliulin, gosong Masimbung, dan karang hidup 27,78%. Dengan
gosong Tababinga. jumlah spesies 460 sampai 470
Di Kecamatan Pulau Derawan menunjukkan bahwa ini menjadi
terdapat beberapa ekosistem pesisir kekayaan biodiversitas nomor dua
dan pulau kecil yang sangat penting setelah Kepulauan Raja Ampat.
yaitu terumbu karang, padang lamun Areal terumbu karang yang
dan hutan bakau (hutan mangrove). utama :
Selain itu banyak spesies yang § Pulau Panjang bagian barat (inlet
dilindungi berada di Kepulauan dan channel)
Derawan seperti penyu hijau, penyu § Karang Muaras dengan diversitas
sisik, paus, lumba-lumba, kima, tinggi, karang sehat, dan nilai
ketam kelapa, duyung, ikan barakuda estetika
dan beberapa spesies lainnya. § Karang Malalungun, diversity
Pulau-pulau yang ada di tinggi dengan struktur yang
Kabupaten Berau berjumlah sekitar kompleks dengan berbagai
31 pulau dan beberapa gosong dan habitat
atol. Pulau-pulau ini tersebar pada § Karang Besar yang kaya habitat .
tiga kecamatan pesisir, yaitu
Kecamatan Pulau Derawan, b. Ikan Karang
Kecamatan Maratua, dan Kecamatan
Survei ikan karang tahun 2003
Biduk-biduk. Luas pulau-pulau ini
menunjukkan bahwa pulau ini
adalah :
menghasilkan 832 spesies. Selain
Penggunaan lahan pulau tersebut
itu, diperkirakan sedikitnya 1.051
oleh masyarakat setempat hanya
spesies terdapat di perairan Berau
sebatas untuk perkampungan. Selain dengan jenis dominan Gobes
itu, lahan pulau di (Gobiidae), Wrasses (Labridae), dan
Kabupaten Berau masih dalam Damselfishes (Pomacentridae).
bentuk hutan mangrove, belukar,
hutan kapur di Pulau Maratua dan
vegetasi kelapa.

a. Terumbu Karang
Terumbu karang di Kecamatan
Pulau Derawan tersebar luas pada
seluruh pulau dan gosong yang ada
di Kecamatan Pulau Derawan. Tipe
terumbu karang di Kecamatan Pulau
Derawan terdiri dari karang tepi,
karang penghalang dan atol. Atol
Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Pulau
Derawan
Tabel 1
Luas Tiap Pulau di Kabupaten Berau

No. Nama Pulau Luas (ha) No. Nama Pulau Luas (ha) No. Nama Pulau Luas (ha)

1. Semut 6,9 12. Rabu-rabu 26,7 23. Tempurung 1291,2


2. Andongabu 5,3 13. Sangalaki 15,9 24. Bilang-bilangan 25,2
3. Bakungan 8,7 14. Sangalan 3,5 25. Manimbora 2,0
4. Bantaian 230,6 15. Sapinang 241,3 26. Blambangan 22,0
5. Besing 560,1 16. Semama 91,1 27. Sambit 18,0
6. Bonggong 123,2 17. Sidau 31,2 28. Mataha 25,8
7. Bulingisan 4,5 18. Tiaung 372,5 29. Kaniungan Besar 73,3
8. Derawan 44,6 19. Pabahanan 2,0 30. Kaniungan Kecil 10,2
9. Maratua 2375,7 20. Kakaban 774,2 31. Bali Kukup 18,2
10. Nunukan 4,8 21. Sodang Besar 6145,8
11. Panjang 565,4 22. Telasau 1080,0

c. Padang Lamun
Padang lamun ditemukan sebagai sumber mata pencaharian
tersebar di seluruh Kecamatan Pulau keluarga, seperti menangkap ikan,
Derawan dengan kondisi yang berbeda udang, dan kepiting. Dalam sepuluh
dengan rata-rata luas tutupan kurang tahun terakhir, mangrove di
dari 10% sampai 80%. Ekosistem ini Berau telah banyak dikonservasi
secara ekologi dan ekonomi sangat menjadi tambak udang dan ikan dengan
penting tapi keberadaannya terancam laju pembukaan lahan yang cepat.
oleh gangguan dan kegiatan manusia Nipah (Nypa fructican) mendominasi
seperti pembukaan hutan besar- komposisi jenis mangrove di kawasan
besaran, kebakaran hutan, budidaya Delta Berau. Hasil kajian evaluasi
laut, sedimentasi, baling-balingperahu, ekonomi dan
dan lain-lain. Di Pulau Derawan
terdapat dua jenis lamun yang dominan konservasi mangrove menunjukkan
Thalasia hemprichii dan Halophila bahwa nilai ekonomi hutan mangrove
memberikan manfaat langsung sebesar
ovalis serta empat spesies lamun lain
AS$ 295.78/ha/th, manfaat tidak
yang ditemukan di sekeliling pulau
langsung AS$ 726.26/ha/th, manfaat
yaitu Halodule uninervis, Cyamodocea
pilihan AS$ 358.46/ha/th, manfaat
rotundata, Syringodium isoetifolium,
bersih AS$ 1,395.50/ha/th.
dan Halodule pinifolia.
e. Perikanan Tangkap
d. Mangrove
Kegiatan perikanan yang ada di
Mangrove di kawasan Delta
Kecamatan Pulau Derawan meliputi
Berau dimanfaatkan masyarakat secara
perikanan laut, pengambilan telur
tradisional
penyu, dan budidaya tambak. Hasil
penangkapan perikanan laut g. Potensi Kawasan Konservasi
Kecamatan Pulau Derawan merupakan
Dalam Rencana Tata Ruang
penyumbang terbesar pendapatan
Wilayah Kabupaten Berau telah
Kabupaten Berau dari lima kecamatan
direncanakan kawasan konservasi
yang punya aktifitas penangkapan
pulau-pulau kecil di sekitar Pulau
perikanan laut.
Derawan. Potensi kawasan konservasi
Aktifitas ini pada tahun 2001 ini dilihat dari keanekaragaman hayati
menyumbang Rp. 37.907.680,00. yang ada di kepulauan ini antara lain
Jumlah kapal penangkapan ikan yang satwa endemik, dan tempat-tempat
ada di Kecamatan Derawan dan penting lain. Selain memiliki beberapa
Maratua tahun 2001 sebanyak 426 ekosistem tropis yang terdiri dari
dengan jumlah perahu tanpa motor ekosistem terumbu karang, ekosistem
sebanyak 256 unit. Alat tangkap yang lamun, dan ekosistem mangrove,
ada di Kecamatan Derawan dan Kecamatan Pulau Derawan juga punya
Maratua adalah payang (pukat spesies yang dilindungi dan khas.
kantong) 74 unit, purse sein (pukat Spesies itu diantaranya ketam
cincin) 14 unit, jaring insang 282 unit, kelapa (Birgus latro), paus, lumba-
jaring angkat 30 unit, pancing 139 lumba (Delphinus), penyu hijau
unit, perangkap 66 unit dan alat (Chelonia mydas), penyu sisik
pengumpul 13 unit. (Erethmochelys fimbriata), dan dugong
f. Kegiatan Ekonomi (Dugong dugon). Ketam kelapa dapat
ditemukan di Pulau Kakaban dan
Kegiatan perikanan merupakan
Maratua. Paus dapat ditemukan di
tulang punggung kegiatan yang ada di
sekitar Pulau Maratua pada musim
Kecamatan Pulau Derawan sebab
tertentu sedangkan lumba-lumba di
sebagian besar penduduknya bermata
sekitar Pulau Semama, Sangalaki,
pencaharian sebagai nelayan.
Kakaban, Maratua, dan Gosong
Perikanan yang dimanfaatkan oleh
Muaras. Penyu dapat ditemukan di
masyarakat Pulau Derawan adalah ikan
sekitar Pulau Panjang, Derawan,
pelagis dan ikan karang. Hasil
Semama, Sangalaki dan Maratua serta
penjualan ikan secara umum dijual di
Dugong di Pulau Panjang dan Semama.
Pulau Derawan dan Tanjung Redeb,
Spesies unik lain adalah Pari Manta
Surabaya dan beberapa kota luar
(Manta birostris) yang terdapat di
propinsi yang melewati pengumpul
Pulau Sangalaki dan Pigmy Seahorse
yang cukup besar, bahkan sering
di Pulau Semama dan Derawan.
dimasukkan kepada eksportir yang
kemudian dijual ke konsumen di luar
negeri.
Gambar 2
Orientasi Wilayah Kepulauan Derawan
Gambar 3
Situasi Pulau Derawan yang Eksotik
3. Keluaran Pengelolaan Sampah terakhir dari suatu siklus
Dalam Mendukung Citra pengumpulan sampai ke TPA atau
Kawasan Wisata Pulau TPST padapengumpulan dengan pola
Derawan individual langsung atau dari tempat
Penanganan sampah di Pulau pemindahan (Transfer Depo, transfer
Derawan berada di bawah Dinas station), penampungan sementara
Kebersihan Kabupaten Berau. Di (TPS, LPS, TPS 3R) atau tempat
Pulau tersebut terdapat tiga orang penampungan komunal sampai ke
petugas pengangkut sampah yang tempat pengolahan/ pembuangan
bertugas membersihkan sepanjang akhir (TPA/TPST). Sehubungan
garis pantai dari sampah. Sedangkan dengan hal tersebut, metoda
untuk sampah yang ada di pengangkutan serta peralatan yang
masyarakat dikelola sendiri oleh akandipakai tergantung dari pola
masyarakat dengan cara dibuang pengumpulan yang dipergunakan.
langsung ke laut untuk sampah- Permasalahan yang dihadapi dalam
sampah sisa makanan dan pengangkutan sampah adalah sebagai
berkategori organik. Untuk sampah berikut :
anorganik, seperti plastik dan kertas, a. Penggunaan waktu kerja yang
maka masyarakat membuang di tidak efisien.
tempat kosong atau dibakar. b. Penggunaan kapasitas muat
Di Pulau Dearawan sebenarnya kendaraan yang tidak tepat.
telah tersedia lahan untuk c. Rute pengangkutan yang tidak
pengelolaan sampah domestik. DI efisien.
tempat tersebut tersedia pula sarana d. Tingkah laku petugas.
pencacah dan komposter. Hanya saja e. Aksesbilitas yang kurang baik.
karena tidak ada yang
mengoperasikan, alat tersebut sudah 3.3. Pengolahan Sampah
hampir dalam kondisi rusak. Pengolahan sampah merupakan
bagian dari penanganan sampah dan
3.1. Sistem Pengelolaan Sampah menurut UU no 18 Tahun 2008
Dua komponen sub sistem didefinisikan sebavai proses
persampahan yang penting adalah perubahan bentuk sambah
masalah pengangkutan dan denganmengubah karakteristik,
pengolahan sampah. Berikut ini akan komposisi, dan jumlah sampah.
dijelaskan secara singkat secara Pengolahan sampahmerupakan
teoritis mengenai kedua hal tersebut kegiatan yang dimaksudkan untuk
dan pelengkap berupa perencanaan mengurangi jumlah sampah,
lokasi pengolahan sampah terpadu. disamping memanfaatkan nilai yang
Tinjauan teori ini dimaksudkan masih terkandung dalam sampah itu
untuk mencari model dan alternatif sendiri (bahan daurulang, produk
pengelolaan sampah yang tepat, yang lain, dan energi). Pengolahan sampah
akan digunakan di Pulau Derawan dapat dilakukan berupa
nantinya. pengomposan, recycling/daur ulang,
pembakaran (insinersi), dan lain-lain.
3.2. Pengangkutan Sampah Pengolahan secara umum
Pengangkutan dimaksudkan merupakan proses transformasi
sebagai kegiatan operasi yang sampah baik secarafisik, kimia
dimulai dari titikpengumpulan maupun biologi. Masing masing
definisi dari proses transformasi bertujuan memperluas per-
tersebutadalah : mukaan kontak dari
a. Transformasi fisik. komponen sampah.
Perubahan sampah secara fisik b. Transformasi Kimia.
melalui beberapa metoda atau Perubahan bentuk sampah secara
cara yaitu : kimiawi dengan menggunakan
§ Pemisahan komponen prinsipproses pembakaran atau
sampah: dilakukan secara insenerasi. Proses pembakaran
manual atau mekanis, sampah dapat didefinisikan
§ Sampah yang bersifat sebagai pengubahan bentuk
heterogen dipisahkan sampah padat menjadi fasa gas,
menjadi komponen cair, dan produk padat yang
komponennya, sehingga terkonversi, dengan pelepasan
bersifat lebih homogen. energi panas. Proses
Langkah ini dilakukan pembakaran ini sangat
untuk keperluan daur ulang. dipengaruhi oleh karakteristik
Demikian pula sampah yang dan komposisi sampah yaitu :
bersifat berbahaya dan § Nilai kalor dari sampah,
beracun (misalnya sampah dimana semakin tinggi nilai
laboratorium berupa sisa- kalor sampah maka akan
sisa zat kimia) sedapat semakin mudah proses
mungkin dipisahkan dari pembakaran berlangsung.
jenis sampah lainnya, untuk Persyaratan nilai kalor
kemudian diangkut ke adalah 4500 kJ/kg sampah
tempat pembuangan khusus. agar dapat terbakar.
§ Mengurangi volume sampah § Kadar air sampah, semakin
dengan pemadatan atau kecil dari kadar air maka
kompaksi: proses pembakaran akan
§ dilakukan dengan berlangsung lebih mudah.
tekanan/kompaksi. Tujuan § Ukuran partikel, semakin
dari kegiatan ini adalah luas permukaan kontak dari
untuk menekan kebutuhan partikel sampah maka
ruang sehingga mem- semakin mudah sampah
permudah penyim-panan, terbakar.
pengangkutan dan pem- Jenis pembakaran dapat
buangan. Reduksi volume dibedakan atas :
juga bermanfaat untuk § Pembakaran stoikhiometrik,
mengurangi biaya pengang- yaitu pembakaran yang
kutan dan pem-buangan. dilakukan dengan suplai
Jenis sampah yang udara/oksigen yang sesuai
membutuhkan reduksi dengan kebutuhan untuk
volume antara lain: kertas, pembakaran sempurna
karton, plastik, kaleng. § Pembakaran dengan udara
§ Mereduksi ukuran dari berlebih, yaitu pembakaran
sampah dengan proses yang dilakukan dengan
pencacahan. Tujuan hampir suplai udara yang melebihi
sama dengan proses kebutuhan untuk ber-
kompaksi dan juga langsungnya pembakaran
sempurna perkantoran, pasar, dll). Lokasi
§ Gasifikasi, yaitu proses pengolahan skala kawasan
pembakaran parsial pada dilakukan di TPST (Tempat
kondisi substoikhiometrik, Pengolahan Sampah Terpadu).
di mana produknya adalah Proses yang dilakukan pada
gas-gas CO, H2, dan TPST umumnya berupa :
hidrokarbon pemilahan, pencacahan sampah
§ Pirolisis, yaitu proses pem- organik, pengomposan, penya-
bakaran tanpa suplai udara. ringan kompos, penge-pakan
b. Transformasi Biologi kompos, dan pencacahan plastik
Perubahan bentuk sampah untuk daur ulang.
dengan memanfaatkan aktivitas c. Skala kota; yaitu pengolahan
mikro organisme untuk yang dilakukan untuk melayani
mendekomposisi sampah sebagian atau seluruh wilayah
menjadi bahan stabil yaitu kota dan dikelola oleh pengelola
kompos. Teknik biotransformasi kebersihan kota. Lokasi
yang umum dikenal adalah: pengolahan dilakukan di
§ Komposting secara aerobik Instalasi Pengolahan Sampah
(produk berupa kompos). Terpadu (IPST) yang umumnya
§ Penguraian secara anaerobik menggunakan bantuan peralatan
(produk berupa gas metana, mekanis.
CO2 dan gas-gas lain,
humus atau lumpur). 3.5. Kompos dan Proses
Humus/lumpur/kompos Komposting
yang dihasilkan sebaiknya Kompos didefinisikan sejenis
distabilisasi terlebih dahulu pupuk organik, dimana kandungan
secara aerobik sebelum unsur N, P dan K yang tidak terlalu
digunakan sebagai kon- tinggi, hal ini membedakan kompos
disioner tanah. dengan pupuk buatan. Kompos
sangat banyak mengandung unsur
hara mikro yang berfungsi
3.4. Skala Pengolahan Sampah membantu memperbaiki struktur
Berdasarkan metoda pengolahan tanah dengan meningkatkan
dan tanggung jawab pengelolaan porositas tanah sehingga tanah
maka skala pengolahan dapat menjadi gembur dan lebih mampu
dibedakan atas beberapa skala yaitu : menyimpan air (Tchobanoglous et
a. Skala individu; yaitu pengolahan al.,1993). Adapun manfaat dari
yang dilakukan oleh penghasil kompos adalah :
sampah secara langsung di a. Memperbaiki struktur tanah;
sumbernya (rumah tangga b. Sebagai bahan baku pupuk
/kantor). Contoh pengolahan organik;
pada skala individu ini adalah c. Sebagai media remediasi tanah
pemilahan sampah atau yang tercemar (pemulih tanah
komposting skala individu. akibat pencemaran bahan kimia
b. Skala kawasan; yaitu yang toxic terhadap mikroba
pengolahan yang dilakukan tanah);
untuk melayani suatu ling- d. Meningkatkan oksigen dalam
kungan/kawasan (perumahan, tanah;
e. Menjaga kesuburan tanah; 3.6. Daur Ulang Sampah
f. Mengurangi kebutuhan pupuk Daur ulang didefinisikan suatu
inorganik. proses mengumpulkan, memisahkan,
Cara atau metoda untuk melakukan proses, menjual material
membuat kompos adalah proses yang dapat dimanfaatkan kembali atau
komposting. Proses komposting ini mengubah menjadi material baru.
merupakan proses dengan Dalam pengelolaan sampah terpadu
memanfaatkan proses biologis yaitu daur ulang merupakan salah satu
pengembangan massa mikroba yang bagian penting yang ditunjukkan
dapat tumbuh selama proses terjadi. dengan hirarki seperti pada Gambar
Metoda ini adalah proses biologi berikut.
yang mendekomposisi sampah
(terutama sampah organic yang
basah) menjadi kompos karena
adanya interaksi kompleks dari
organisme yang terdapat secara
alami. Berdasarkan prinsip proses
biologis ini, maka karakteristik dari
mikroba menjadi penting untuk
diperhatikan.
Proses komposting merupakan
suatu proses yang paling relatif
mudah dan murah, serta
menimbulkan dampak lingkungan Gambar 6. Hirarki Pengelolaan
yang paling rendah. Proses ini Sampah
hampir sama dengan pembusukan
secara alamiah, dimana berbagai
jenis mikro organisme berperan 3.7. Instalalsi Pengolahan Sampah
secara serentak dalam habitatnya Terpadu
masing-masing. Makanan untuk Tempat Pengolahan Sampah
mikoro oganisme adalah sampah, Terpadu (TPST) atau Material Recovery
sedangkan suplai udara dan air diatur Facility (MRF) didefinisikan sebagai
dalam proses komposting ini. tempat berlangsungnya kegiatan
Jenis sampah sangat pemisahan dan pengolahan sampah
mempengaruhi proses komposting secara terpusat . Kegiatan pokok di MRF
ini. Sampah yang dapat dikomposkan ini adalah:
adalah sampah organik atau sering a. pengolahan lebih lanjut sampah
disebut sampah basah adalah jenis yang telah dipilah di sumbernya
sampah yang berasal dari jasad hidup b. pemisahan dan pengolahan
sehingga mudah membusuk dan langsung komponen sampah kota
dapat hancur secara alami. c. peningkatan mutu produk
Contohnya adalah sayuran, daging, recovery/recycling
ikan, nasi, ampas perasan kelapa, dan Jadi fungsi MRF & MR (Material
potongan rumput /daun/ ranting dari Recovery)/TF adalah sebagai tempat
kebun berlangsungnya pemisahan, pen-
cucian/pembersihan, pengemasan, dan
pengiriman produk daur ulang
sampah. Sedangkan pertimbangan waktu. Peralatan mekanis yang
teknis adanya MRF adalah : digunakan antara lain:
a. penetapan definisi dan fungsi § Alat untuk memisahkan
MRF berdasarkan ukuran :
b. penentuan komponen sampah reciprocating screen,
yang akan diolah untuk saat trommel screen, disc screen
sekarang dan masa mendatang § Alat untuk memisahkan
c. identifikasi spesifikasi produk berdasarkan beratjenis : air
d. pengembangan diagram alir classifier, pemisahan inersi,
proses pengolahan dan flotation.
e. penentuan laju beban pengo- c. Fasilitas pengolahan sampah
lahan secara fisik, setelah dipilah
f. penentuan lay-out dan disain sampah akanditangani menurut
g. penentuan peralatan yang jenis dan ukuran material tersebut.
digunakan Peralatan yang digunakan antara
h. penentuan upaya pengendalian lain: hammer mill dan shear
kualitas lingkungan shredder.
i. penentuan pertimbangan- d. Fasilitas pengolahan yang lain
pertimbangan estetika seperti komposting, ataupun RDF.
j. penentuan adaptabilitas Faktor-faktor yang menentukan fungsi
peralatan terhadap perubahan- dari MRF adalah :
perubahan yang mungkin terjadi a. Peranan MRF dalam pengelolaan
MRF sebagai tempat daur ulang sampah.
sampah, memerlukan fasilitas b. Jenis komponen yang diolah.
berdasarkan komponen sampah yang c. Bentuk sampah yang diserahkan
masuk dan yang akan dikelola. ke MRF.
Secara umum dibedakan atas: d. Pengemasan dan penyimpanan
a. Fasilitas pre-processing, me- produk.
rupakan tahap awal pemisahan
sampah, mengetahui jenis 2. Kesimpulan
sampah yang masuk, meliputi Beberapa kesimpulan yang bisa
proses-proses sebagai berikut: ditarik dari penelitian ini, adalah:
§ Penimbangan, mengetahui a. Sistem pengelolaan sampah di
jumlah sampah yang masuk. Pulau Derawan mendesak
§ Penerimaan dan direalisasikan dengan memini-
penyimpanan, menentukan malisir penggunaan lahan,
area untuk mengantisipasi mengingat keterbatasan luasan
jika sampah yang terolah pulau
tidak secepat sampah yang b. Teknologi pengelolaan sampah
datang ke lokasi. harus dilakukan secara bijaksana,
b. Fasilitas pemilahan, bisa secara dengan mengolah sampah yang
manual maupun mekanis. Secara dihasilkan menjadi produk
manual akan membutuhkan area alternatif yang bisa dimanfaatkan
dan tenaga kerja untuk kembali
melakukan pemilahan dengan c. Kemungkinan mengalokasikan
cepat, sedangkan secara mekanis Instalasi Pengolahan Sampah
akan mempermudah proses Akhir di bagian lain wilayah
pemilahan dan menghemat Kabupaten Berau (di luar Pulau
Derawan Produktif, Bappeda
d. Perlu desain teknis, sehingga Kabupaten Magelang, 2006
proses pengelolaan sampah dapat Jayadinata, JL., Tata Guna Tanah
mendukung citra Pulau Derawan dalam Perencanaan Pe-
sebagai tujuan wisata yang desaan, Perkotaan dan
semakin menarik di masa Wilayah, Penerbit ITB, 2006
mendatang. Pemerintah Kabupaten Berau,
Rencana Umum Tata Ruang
Daftar Pustaka Kabupaten, 2011
Berry, BJL., dan Horton, BB., Peraturan Menteri Dalam Negeri
Geographic Perspectives on Nomor 33 Tahun 2010
Urban Systems, Prentice- tentang Pedoman Penge-
Hall, Englewood Cliffs, New lolaan Sampah
Jersey, 1970 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:
Brunn, SD., dan Williams, JF., Cities P.70/Menhut-II/2008 tentang
of the World: Regional Pedoman Teknis Rehabilitasi
Urban Development, Harper Hutan dan Lahan, 2008
& Row, New York, 1983 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Bryant, C. and White, L.G., Nomor 01/PRT/M/2008
Managing Development in tentang Pengelolaan Sampah
the Third World. Bouder, Peraturan Pemerintah Republik
Colorado : Westview Press., Indonesia, Nomor 76 tentang:
1982 Rehabilitasi dan Reklamasi
Chapin, Jr., FS., dan Kaiser, EJ., Hutan, 2008
Urban Landuse Planning, Undang-Undang Republik Indonesia
Third Edition, University of Nomor 18 Tahun 2008
Illinois, 1979 tentang Pengelolaan Sampah
Departemen Kelautan dan Perikanan,
Direktorat Jenderal Kelautan Biodata Penulis:
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Indro Sulistyanto, Alumni S1
Direktorat Tata Ruang Laut Jurusan Teknik Arsitektur UGM
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Yogyakarta (1982), Pasca Sarjana (S2)
Model Analisis Daya Dukung Program Magister Teknik Universitas
Wilayah Pesisir dan Laut, Atmajaya Yogyakarta (1999). Dosen
2008 pada Program Studi Teknik Arsitektur
Departemen Kelautan dan Perikanan, Fakultas Teknik UTP Surakarta Tahun
Direktorat Jenderal Kelautan 1985 sampai sekarang. Pernah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, menjabat sebagai Ketua Jurusan
Direktorat Tata Ruang Laut Arsitektur , dan Dekan Fakultas
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Teknik UTP Surakarta.
Panduan Analisis Penentuan
Pusat-pusat Pengembangan
di Wilayah Pesisir dan Laut,
2008
Indro Sulistyanto, Pengaruh
Perkembangan Penduduk
terhadap Semakin Ber-
kurangnya Lahan-Lahan

Anda mungkin juga menyukai