Perbuatan
Pertanggungjawaban/ Kesalahan
Pidana
Objek Ilmu Hukum Pidana Perbuatan yang dapat dipidana Terwujud scr in abstracto dlm Perundang-undangan pidana
Berbeda dgn
monistis
Unsur Subjektif: 1. Orang yg mampu bertgjwb 2. Adanya kesalahan (dolus/ culpa) dpt berupa akibat dr perbuatan
dualistis
Moeljatno: Perbtn Pid adlh perbtn yg diancam dg pid, brg siapa yg mlggr larangan tsb. Perbtn pid hrs ada unsur: Perbuatan (manusia) Memenuhi rumusan UU (syarat formil) Bersifat melawan hkm (syarat materiil).
Syarat formil berkaitan dengan asas legalitas Syarat materiil perbtn itu hrs dirasakan oleh msyrkt sbg perbtn yg tak boleh/ tak patut dilkkn. Kesalahan dan kemampuan bertgjwb tak masuk sbg unsur Pbt pid krn hal tsb melekat pd org yg berbuat.
Tiga masalah Pokok Dalam Hukum Pidana/ trias hukum pidana (Sauer)
Perbuatan yang bersifat melawan hukum
Pertanggungjawaban/ Kesalahan
Pidana
Tidak setiap perbuatan yang mencocoki rumusan delik harus dipidana. Untuk dapat dipidananya seseorang harus ada kesalahan/ mampu dipertanggungjawabkan.
Asas yang berlaku: Tiada pidana tanpa kesalahan: Keine strafe ohne schuld: Geen straf zonder schuld; Nulla poena sine culpa.
Arti Kesalahan
Arti Luas:
Dapat disamakan dengan pengertian pertanggungjawaban dalam hukum pidana. Didalamnya terkandung unsur dapat dicelanya (verwijtbaarheid) si pembuat atas perbuatannya:
Arti bentuk : kesengajaan dan kealpaan. Arti sempit: culpa (sebaiknya dihindarkan)
Idema: Membicarakan unsur pertanggungjawaban/ kesalahan dalam hukum pidana berarti kita membicarakan jantungnya hukum pidana.
Sauer:
Trias hukum Pidana : perbuatan yang bersifat melawan hukum; Kesalahan/ Pertanggungjawaban Pidana;dan pidana
Sekarang :
Hukum pidana berpijak pada perbuatan juga orangnya (sculdstrafrecht), artinya untuk penjatuhan pidana disyaratkan adanya kesalahan Tat-Taterstrafrecht/ DadDaderstrafrecht
= PIDANA
Perbuatan terdakwa; Hasil atau akibat Kadn yg terkandung dlm rmsn delik
Intention/ sengaja
Recklessness/ sembrono
Mengambil resiko dg sengaja/ kesalahan Yang disadari/ bewuste schuld/ dolus eventualis
Criminal libel (fitnah, Pencemaran nama baik) Contemp of court (pelanggaran tatib pengadilan) Diadopsi dalam konsep KUHP
Golongan ketiga: ada atau tidak adanya kebebasan kehendak untuk hukum pidana tidak menjadi soal (irrelevan). Kesalahan orang tidak dihubungkan dengan ada atau tidak adanya kehendak bebas. KUHP: Berpijak pada indeterminisme, sesuai dengan pandangan aliran klasik. Aliran modern berpandangan determinisme.
KESALAHAN
Kesalahan
Kebebasan Kehendak Geen straf zonder schuld/ Keine Strafe Ohne Schuld
Determinisme: mns tdk memp. khdk bebas. Namun meskipun tdk memp. khdk bebas, tak berarti org yg melkkn perbtn pid. tdk dpt dipertg-jwbkan. Justru krn tdk adanya khdk
bebas mk ada pertg-jwbn dari seseorg atas perbtn-nya, hanya saja reaksi thd perbt-nya
Indeterminisme:
mns memp. kehendak bebas dan ini mrpkn sb dr sgl kepts.kehendak; tanpa ada kbbsn khdk mk tdk ada kslhn; apbl tidak ada kslhn, mk tdk ada pencelaan, shg tidak ada pemidanaan.
berupa tindakan u/ ketertiban, dan bukannya pidana dlm arti penderitaan sbg buah hasil dari kesalahan pembuat
Adanya kesalahan tidak perlu dihubungkan dengan ada / tidak adanya kehendak bebas. Hubungan itu tidak relevan.
Bentuk Pertanggungjawaban
Based on foulth Vicarious liability; Strict liability Corporate liability
Pengertian Kesalahan
Pengertian matematis
Pengertian psychologis
Pengertian normatif
Unsur Kesalahan
Adanya kemampuan bertanggungjawab pada si pembuat; di sini dipersoalkan apakah org ttt menjadi normadressat yang mampu Hubungan bathin dengan perbuatannya yang berupa kesengajaan atau kealpaan (ini merupakan bentukbentuk kesalahan) disini dipersoalkan sikap bathin sipembuat terhadap perbuatannya. Tidak ada alasan yang menghapus kesalahan atau tidak ada alasan pemaaf. disini dipersoalkan ada tidaknya keadaan yang mempengaruhi sipembuat yang menyebabkan kesalahannya hapus.
Jika unsur tersebut di atas telah terpenuhi maka bisa dinyatakan bersalah atau mempunyai pertanggungjawaban pidana sehingga ybs dapat dipidana
Pidana Anak
UU Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak
tindakan
8 th
12 th
18 th
21 th
Sidang Anak
< 8 th
hanya dikenai TINDAKAN: Jika diancam pidana mati/penjara seumur hidup, maka diserahkan ke negara untuk dididik, dibina, atau dilatih kerja Jika diancam pidana selain pidana mati/penjara seumur hidup, maka diserahkan kepada (1) ortu/wali, (2) negara, atau (3) Depsos atau organisasi sosial
8 th
< 12 th
12 th
< 18 th
fault)
Menderita gangguan jiwa, penyakit jiwa, atau retardasi mental Alasan Pemaaf: a. tidak mengetahui/sesat mengenai keadaan atau hukumnya (error facti dan error iuris) kecuali kesesatannya itu patut dipersalahkan. b. daya paksa c. pembelaan terpaksa yang melampaui batas d. dengan iktikad baik melaksanakan perintah jabatan yang diberikan tanpa wewenang Alasan Pembenar: a. melaksanakan aturan perundang-undangan b. melaksanakan perintah jabatan c. keadaan darurat d. pembelaan terpaksa
Pengumuman
Khusus Hari Selasa Tanggal 20 Maret 2012 Kelas B Kuliah dimulai Pkl. 08.45 Kelas C Kuliah dimulai Pkl. 12.00 Dosen memenuhi kewajiban sebagai WNRI, foto e KTP.
ttd Dosen
Kemampuan bertanggungjawab
(Toerekeningsvatbaarheid
).
untuk adanya pertanggungjawaban pidana diperlukan syarat bahwa pembuat harus mampu bertanggung jawab. seseorang tidak dapat dipertanggung jawabkan apabila ia tidak mampu bertanggung jawab.
Bilamana dan apa ukurannya untuk menyatakan adanya kemampuan bertanggung jawab itu ?
Tidak ada satu pasal pun dlm KUHP yg mbrkn pengertian mampu bertgjwb.
Ilmu Pengetahuan
Simons: Kemampuan bertgjwb dp diartikan sbg suatu keadaan psychis sedemikian rupa , yg membenarkan adanya pnrpn suatu pemidanaan, baik dilihat dari sudut umum maupun orangnya. Seseorang mampu bertgjwb jika jiwanya sehat, yi: 1. Org mampu menginsyafi perbtnnya yg bersifat mlwn hkm; 2. Sesuai dg penginsyafan itu dpt menentukan kehendaknya.
MvT (menentukan scr negatip): Tdk mampu bertanggung jawab adlh : 1. Dlm hal org tdk diberi kbbsn memilih antara berbuat/ tdk berbuat u/ apa yg o/ UU dilarang/ diperintahkan 2. Dlm hal org ada dlm keadaan ttt shg tdk dpt menginsyafi perbtn-nya bertentangan dgn hkm, dan tidak mengerti akibat perbtn-nya.
Van Hamel: Suatu keadaan normalitas psychis dan kematangan (kecerdasan yg membawa 3 akibat yi: 1. Bhw org mampu menginsyafi arti perbtnnya (makna dan akibatnya). 2. Org mampu menginsyafi perbtn-nya itu berttgn dgn kttbn masyrkt. 3. Bhw or mampu menentukan kehendaknya thd perbtn itu.
Tidak mampu bertanggung-jawab untuk sebagian ada beberapa jenis penyakit jiwa penderitanya tidak mampu bertanggung-jawab untuk sebagian (gedeeltelijke ontoerekeningsvatbaarheid), misal :
1. kleptomanie, ialah penyakit jiwa yang berujud dorongan yang kuat dan tak tertahan untuk mengambil barang orang lain, tetapi tak sadar bahwa perbuatannya terlarang. Biasanya barang yang di jadikan sasaran itu barang yang tidak ada nilainya sama sekali baginya. Dalam keadaan biasa ia jiwanya sehat. 2. pyromanie, ialah penyakit jiwa yang berupa kesukaan untuk melakukan pembakaran tanpa alasan sama sekali. 3. claustrophobie, ialah penyakit jiwa yang berupa ketakutan untuk berada di ruang yang sempit. Penderitanya dalam keadaan tersebut misal lalu memecah-mecah kaca jendela. 4. Penyakit yang berupa perasaan senantiasa dikejar-kejar/diuber- uber (achtervolgingswaan) oleh musuh-musuhnya.
Ybs tdk dpt dipertgjwbkan atas perbtn yg ada hub-nya dgn penyakitnya, tetapi apabila melakukan perbtn lain yg tdk berhub dg penyakitnya tetap dipidana.
Hubungan Batin antara pembuat dan Perbuatan Berupa Kesengajaan dan Kealpaan Unsur kedua dari kesalahan adalah hubungan batin antara si pembuat terhadap perbuatan yang dapat berupa sengaja atau alpa. Apa yg dimaksud dgn sengaja KUHP tidak memberi definisi. MvT mengartikan kesengajaan (opzet) sbg menghendaki dan mengetahui (willens en wetens) Berhubung dgn keadaan batin org yg berbuat dgn sengaja berisi menghendaki dan mengetahui itu, dlm ilmu pengthn. timbul dua teori:
1.Teori Kehendak (wilstheorie) kesengajaan adalah kehendak u/ mewujudkan unsur-unsur delik dlm rumusan UU 2.Teori Pengetahuan/ membayangkan (voorstellings-theorie) Sengaja berarti membayangkan akan menimbulkan akbt dari perbtnnya; org tak bisa menghendaki akbt, melainkan hanya dpt membayangkannya. Teori ini menitikberatkan pada apa yg dibayangkan o/ pembuat. Terhadap perbtn yg dilakukan pembuat kedua teori ini tak ada perbedaan, keduanya mengakui bahwa dlm kesengajaan hrs ada kehendak u/ berbuat.
Corak kesengajaan. Dapat dibedakan 3 corak sikap bathin yg menunjukkan tingkatan kesengajaan:
1. Kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk) : Orang menghendaki perbuatan beserta akibatnya. 2. Kesengajaan sebagai Kepastian (opzet met zekerheidsbewustzijn) : dhi. perbuatan mempunyai 2 akibat yi. akibat yg memang dituju oleh si pembuat dan akibat yg tidak diinginkan ttp mrpkn suatu keharusan u/ mencapai tujuan no. 1 (akibat ini pasti terjadi) 3. Kesengajan sebagai Kemungkinan (voorwaardelijk opzet/ dolus eventualis) : dlm hal ada keadaan ttt yg semula mungkin akan terjadi, kmdn ternyata benar-benar terjadi.
Contoh:
Kesengajaan sebagai maksud / tujuan (opzet als oogmerk)
A memukul B. Tentunya A menghendaki B sakit, akibat dipukul.
Dolus Eventualis
Dalam dolus eventualis dikenal teori apa boleh buat yakni untuk mencapai apa yang dimaksud, akan muncul resiko sebagai akibat atau keadaan yang harus timbul disamping maksud yang dituju. Kemungkinan akan adanya akibat itu sungguh-sungguh timbul (disamping hal yang dimaksud tadi), apa boleh buat, dia/ tersangka juga harus berani memikul resiko yang timbul tadi (Teori Prof.Moeljatno, SH)
Dlm keadaan konkrit sangat sulit bagi hakim u/ menentukan sikap batin terdakwa berupa kesengajaan/ kealpaan ada pada pembuat. Apbl org menerangkan dgn jujur sikap batinnya, mk tdk akan menemui kesulitan, ttp apbl terdakwa tidak jujur, mk sikap batinnya hrs disimpulkan dari keadaan lahir yg tampak dari luar. Jadi dlm banyak hal hakim hrs mengobjektipkan adanya kesengajaan itu.
tidak berwarna
Keberatan terhdp pendirian kesengajaan itu berwarna ialah memberikan beban yg berat bagi PU u/ membuktikan adanya kesengajaan.
Jenis kesengajaan
Dolus generalis kesengajaan yg ditujukan kepada org banyak, mis. melempar bom ditengah kerumunan Dolus indirectus mlkkn perbuatn yg dilarang, ttp muncul akibat lain yg tidak dikehendaki Dolus determinatus kesengajaan yg ditujukan pada tujuan ttt (perbt/ akibat) Dolus indeterminatus kesengajaan yg ditujukan kpd sembarang org Dolus alternativus kesengajaan yg dilkkn seseorang dgn menghendaki akibat yang muncul adalah salah satu dari beberapa kemungkinan. Dolus premiditatus kesengajaan yg tlh dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh Dolus repentinus kesengajaan dgn sekonyong-konyong.
Dwaling
Suatu kesengajaan dapat terjadi karena salah faham atau kekeliruan (melakukan perbuatan pidana dengan sengaja karena kekeliruan). Bentuk dari kekeliruan ini ada beberapa macam: Feitelijke-dwaling: Suatu kekeliruan yang dilakukan dengan tidak sengaja yang tertuju pada salah satu unsur perbuatan pidana. Ex. Seseorang membeli brg, dikira brg itu sudah menjadi miliknya, kmdn brng itu dipretheli, shg sudah tidak seperti aslinya, padahal beralihnya brg itu masih hrs diikuti dgn pembayaran lainnya. Dhi tidak dpt dikenai Psl 406 KUHP. Rechts-dwaling: Melakukan suatu perbuatan dengan perkiraan hal itu tidak dilarang o/ UU. Dhi dibedakan menjadi 2, yi kekeliruan yg dpt dimengerti, dan kekeliruan yg tdk dpt dimengerti Eror in persona: kekeliruan mengenai org yg hendak menjadi tujuan dari perbuatan pidana. Eror in objecto: kekeliruan mengenai objek yg hendak menjadi tujuan dari perbuatan pidana. Aberratio ictus: Kekeliruan yang timbul disebabkan karena berbagai sebab, sehingga akibat yang timbul berbeda/ berlainan dari yang dikehendaki
Di samping sikap batin berupa kesengajaan ada pula sikap batin yang berupa kealpaan. Akibat ini timbul karena ia alpa, ia sembrono, teledor, ia berbuat kurang hatihati atau kurang penduga-duga. Perbedaannya dengan kesengajaan ialah bahwa ancaman pidana pada delik-delik kesengajaan lebih berat. Kealpaan merupakan bentuk kesalahan yang lebih ringan dari pada kesengajaan, tetapi bukan kesengajaan yang ringan.
TINGKATAN CULPA
Culpa lata : sangat tidak berhati-hati, kealpaan serius, sembrono (gross fault or neglect) Culpa levis : kesalahan biasa/ kesalahan ringan (ordinary fault or neglect) Culpa levissima : kesalahan sangat ringan (slight fault or neglect) (Black 1979 hal. 241)
Bentuk kealpaan
Kealpaan yang disadari (bewuste culpa)
Yaitu apabila pelaku didalam melakukan perbuatan dapat menyadari, dapat membayangkan, atau dapat menduga tentang apa yang dilakukan beserta akibatnya yang terjadi (kecelakaan) akan tetapi meskipun ia percaya dan berharap serta berusaha untuk mencegah timbulnya suatu akibat itu, namun akibat itu terjadi juga.
Ps.
Ps. 188: karena kealpaannya menimbulkan peletusan, kebakaran dst. Ps. 231 (4): karena kealpaannya si-penyimpan menyebabkan hilangnya dan sebagainya barang yang di sita. Ps. 359: karena kealpaannya menyebabkan matinya orang. Ps. 360: karena kealpaannya menyebabkan orang luka berat dsb. Ps. 409: karena kealpaannya menyebabkan alatalat perlengkapan (jalan kereta api dsb.) hancur dsb.
Apakah alasan pembentuk Undang-undang mengancam pidana perbuatan yang mengandung unsur kealpaan di samping unsur kesengajaan ? Menurut M.v.T. adalah sebagai berikut : "ada keadaan, yang sedemikian membahayakan keamanan orang atau barang, atau mendatangkan kerugian terhadap seseorang yang sedemikian besarnya dan tidak dapat diperbaiki lagi, sehingga Undang-undang juga bertindak terhadap kekurangan penghati-hati, sikap sembrono (teledor).
Pengertian Kealpaan.
Hazewinkel - Suringa. IImu pengeth hk dan jurisprudensi mengartikan 'schuld' (kealpaan), sbg:
1. kekurangan penduga-duga atau 2. kekurangan penghati-hati.
Bagaimanakah menetapkan adanya kealpaan pada seseorang sehingga ia dapat dinyatakan bersalah atau dicela ?
Kealpaan orang tersebut harus ditentukan secara normatif, dan tidak secara fisik atau psychis. Tidaklah mungkin diketahui bagaimana sikap batin seseorang yang sesungguh sungguhnya, maka haruslah ditetapkan dari luar bagaimana seharusnya ia berbuat dengan mengambil ukuran sikap batin orang pada umumnya apabila ada dalam situasi yang sama dengan si-pembuat itu. "Orang pada umumnya" ini berarti bahwa tidak boleh orang yang paling cermat, paling hati-hati, paling ahli dan sebagainya. Ia harus orang biasa/ seorang ahli biasa. Untuk adanya pemidanaan perlu adanya kekurangan hatihati yang cukup besar, jadi harus ada culpa lata dan bukannya culpa levis (kealpaan yang sangat ringan). Untuk menentukan kekurangan penghati-hati dari si-pembuat dapat digunakan ukuran apakah ia "ada kewajiban untuk berbuat lain". Kewajiban ini dapat diambil dari ketentuan Undang-undang atau dari luar Undangundang, ialah dengan memperhatikan segala keadaan apakah yang seharusnya dilakukan olehnya. Kalau ia tidak melakukan apa yang seharusnya ia lakukan, maka hal tersebut menjadi dasar untuk dapat mengatakan bahwa ia alpa. Undang-undang mewajibkan seorang untuk melakukan sesuatu atau untuk tidak melakukan sesuatu. Misalnya, dalam peraturan lalu-lintas ada ketentuan bahwa "di persimpangan jalan, apabila datangnya bersamaan waktu, maka kendaraan dari kiri harus didahulukan".
Bagaimanakah apabila yang dilakukan oleh seorang terdakwa dapat diterima oleh masyarakat, bahkan mungkin sesuai dengan hukum ? apakah di sini ada culpa atau tidak ? Dhi perbuatannya tidak bersifat melawan hukum. VOS: dalam delik culpa sifat melawan hukum telah tersimpul di dalam culpa itu sendiri. "Memang culpa tidak mesti meliputi dapat dicelanya si-pembuat, namun culpa menunjukkan kepada tidak patutnya perbuatan itu dan jika perbuatan itu tidak bersifat melawan hukum, maka tidaklah mungkin perbuatan itu perbuatan yang abnormal, jadi tidak mungkin ada culpa. Dalam delik culpoos tidak mungkin diajukan alasan pembenar rechtvaardigingsgrond
Suatu kapal motor sungai diberi muatan terlalu penuh. Krani yg bertugas mengurus dan mengawasi semua pengangkutan brng dan penumpang itu dianggap bertanggung-jawab. Ia tlh mendpt tegoran dari pengawas kapal/ polisi yg bertugas, namun la tdk memperdulikannya, setidaktidaknya tdk mengambil tindakan yg tepat utk menghindarkan kesukaran-kesukaran yg mungkin terjadi krn derasnya arus sungai. Stlh kapal berangkat, lalu miring, kemasukkan air dan tenggelam. Akibatnya 7 orang meninggal. Pengadilan negeri Pontianak menjatuhkan pidana 6 bulan penjara atas diri Krani tersebut, "karena melakukan kjhtn krn kesalahannya bbrp orang menjadi mati". Dlm tingkat banding, PT Jakarta menjatuhkan pidana 9 bulan penjara, dgmemperbaiki dictumnya, shg berbunyi : "karena kealpaannya dlm mlkkn pekerjaannya tlh mengakibatkan kematian bbrp orang". Wirjono Prodjodikoro: "bahwa juragan kapal itu dpt di ptgjwbkn atas tenggelamnya kapal dan matinya orang-orang itu, sebab juragan itu juga tahu hal terlalu berat muatannya, bahkan turut memperingatkan si Krani, ttp tidak mencegahnya.
A mengendarai sepeda motor pada waktu di atas jembatan yang lebarnya 4 m ia menyusul orang yang berjalan kaki dengan arah yang sama. Ketika hendak dilampaui, orang ini justru menyimpang kekanan sehingga terlanggar dan meninggal dunia. Apakah di sini terdakwa telah berlaku sembrono dan kurang hati-hati. Berbeda dengan pendapat officier van Justitie, Politierechter berpendirian bahwa dalam hal ini tidak ada kesembronoan atau kekurangan hati-hati, dengan pertimbangan antara lain sbb.
1. lalu-lintas di jalan umum tidak menghendaki pengendara sepeda motor yang hendak menyusul orang pejalan kaki yang berjalan kearah yang sama di sebelah kiri, kira-kira 1 1/2 meter dari pagar jembatan yang lebarnya 4 meter itu, untuk membunyikan klakson atau mengurangi kecepatan dalam hal ini tidak tinggi, karena masih ada ruang cukup untuk di lalui sepeda motor itu ; 2. lalu-lintas di jalanan itu disesuaikan dengan pemakai jalan yang normal; 3. dari pengendara sepeda motor itu menurut akal sehat tidak dapat diharapkan untuk bisa menduga, bahwa pejalan kaki itu tiba-tiba ber-reaksi secara keliru, ialah ketika dilalui ia minggir kekanan jalan yang diperuntukkan bagi sepeda motor itu.
R.v.J. memberi keputusan lepas dari segala tuntutan (onstslagvan alle rechtsvervolging). Hooggerechtshof yang memutuskan perkara itu dalam tingkat banding berpendapat antara lain : 1. bahwa terlanggarnya pejalan kaki hingga mati itu bukanlah akibat dari perbuatan terdakwa. 2. bahwa sebab dari terlanggarnya pejalan kaki itu dalam pemeriksaan di sidang tidak jelas. Oleh karena itu putusan Hooggerechtshof (H.G.H.) berbunyi: 1. membatalkan keputusan Politierechter; 2. menyatakan kesalahan terdakwa atas apa yang dituduhkan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan ; 3. oleh karena itu membebaskan terdakwa (vrijspraak).
Ibu jari A luka sehingga perlu dipotong. Sebelum dipotong ibu jari harus disuntik agar tidak merasa sakit. Tetapi pembantu dokter yang disuruh dokter untuk mengisi mangkok dengan obat suntik (tutocaine) keliru mengisinya dengan hydrochloras cocaine 0,5%. Akibat suntikan dengan obat yang keliru ini, sang pasien meninggal dunia. Raad van Justitie berpendapat antara lain, bahwa perbuatan terdakwa mengandung kealpaan, dokter tersebut seharusnya meneliti obat yang akan disuntikkan; kalau tidak, maka ia berbuat atas risiko sendiri dan tidak dapat melemparkan tanggungjawabnya kepada orang yang membantunya. Putusan : pidana bersyarat 3 bulan kurungan.
Istilah yang dipakai dalam delik-delik tersebut ialah "diketahui" atau "mengerti" untuk kesengajaan dan "sepatutnya harus di-duga" atau "seharusnya menduga" untuk kealpaan. Pada delik-delik ini kesengajaan atau kealpaan hanya tertuju kepada salah satu unsur dari delik itu. Pada delik penadahan ditujukan kepada hal "bahwa barang yang bersangkutan diperoleh dari kejahatan".
Cara menentukan pertanggungjawaban Pasal 44: Barangsiapa melakukan perbtn yg tdk dpt dipertgjwbkan kepadanya, disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana. Pengertian ini tidak menjelaskan kemampuan bertgjwb, ttp pntpn bgmn keadaan jiwa si pembuat, yi konstatasi keadaan pribadi si pembuat yg berupa keadaan akal atau jiwa yg cacat dlm pertumbuhannya, atau terganggu krn penyakit. Ini akan ditentukan oleh psychiater yg menyelidiki bgmn keadaan pembuat pada saat perbtn dilakukan. Adanya penentuan hub kausal antara keadaan jiwa si pembuat dgn perbuatannya. Dhi hakimlah yg akan menentukan apakah Tsk dpt dipertanggungjwbkan. Sist yg dipakai KUHP untuk menentukan hub kausal antara keadaan jiwa si pembuat dgn perbuatannya adalah deskriptif normatif
deskriptif, krn keadaan jiwa digambarkan menurut apa adanya oleh Psychiater. normatif, krn hakimlah yg akan menilai, berdsrkan pemeriksaan psychiater, dan menyimpulkan apakah Tsk mampu bertgjwb.
2. Metode psikologis:
menunjukkan hub antara keadaan jiwa yg abnormal dgn perbuatnnya. Metode ini mementingkan akibat jiwa thd perbtn-nya shg dpt dikatakan tdk mampu bertg-jwb dan tdk dpt dipidana.
3. Metode biologis-psikologis:
di samping memperhatikan keadaan jiwanya, kmdn keadaan jiwa ini dipernilai dgn perbuatannya u/ dinyatakan tdk mampu bertg jwb.
KUHP menganut metode gabungan (biologispsikologis) dan dalam penetapan pidana menggunakan sist deskriptif normatif.
Kedudukan Pertanggungjawaban dlm SF Kemampuan bertgjwb merupakan syarat utk pertanggungjwbn pidana. Hazewinkel Suringa: kemampuan bertgjwb bukanlah isi dari delik, ttp hanya mrpkn syarat utk dpt menjatuhkan pidana. Ia tdk bersangkut paut dgn sifat dpt dipidananya perbtn. Konsekuensi dari pandangan ini ialah penganjur (Uitlocker) dan pembantu (medeplichtige) thd perbtn pid yg dilakukan oleh org yg cacat jiwanya tetap dpt dipidana.
MVT
Inwendig uitwendig
Ilmu Pengetahuan
Alasan pembenar
Alasan Pemaaf
Menghapus sifat melawan hk-nya Prbtn -Pembelaan terpaksa Psl 49 ayt 1, -Melaks UU 50, -Perintah jbtn 51 ayt 1
Menghapus kesalahan pembuat Tdk mampu bertgjwb (Ps 44) Noodweer exces (49 ayt 2) Dg etikad baik melaks perintah jbtn yg tdk sah
KUHP
Di Luar UU
Hak org tua/ guru Hak yg timbul dari pekerjaan Zaakwarneming Tdk ada sifat mlwn hk materiil 1. 2. 3. 4. 5. Tidak mampu bertanggungjawab Daya Paksa (overmacht) Pembelaan Terpaksa Menjalankan UU Melaksanakan Perintah Jabatan
Org mengira tlh berbuat sesuatu dlm daya paksa/ Pembelaan darurat/ menjalankan UU/ perintah jbtn padahal setelah pemeriksaan diketahui tdk ada alasan tsb.
1. Tdk penuhi Pasal 2-8 2. Ps 61,63 penerbit 3. Tdk ada pengaduan pd delik aduan; 4. a.Terdakwa meninggal b. Ne bis in idem c. Daluwarsa d. shicking
Noodtoestand
KUHP
Menjalankan UU
1. Tdk mampu bertanggung jawab Tidak dipidana karena pelaku tdk dpt dipertgjwbkan krn jiwanya terganggu/ sakit; MVT menyebut tdk dpt diptggjwbkan krn sebab yg terletak dlm diri si pembuat; Menghapus kesalahan, perbtn-nya tetap mlwn hkm.
2. Daya Paksa (overmacht) KUHP tdk menjelaskan arti daya paksa MvT: Setiap kktn, setiap paksaan atau tekanan yg tak dpt ditahan alam/ mns. Tak dpt ditahan menunjukkan bhw mnrt akal sehat tak dpt dihrpkn dr pembuat utk mengadakan perlawanan. Keadaan itu hrs ditinjau scr objektif. Sifat daya paksa datang dari luar diri si pembuat dan lebih kuat daripadanya. Paksaan tidak hrs berbentuk paksaan mutlak yg tdk memberikan kesempatan kpd pembuat menentukan kehendaknya Oki overmacht dpt dibedakan dlm dua hal, yi:
Vis absoluta (paksaan yg absolut, Prof Moelyatno menyebut karena kekt phisik yang mutlak) Vis compulsiva (paksaan yg relatif, Prof Moelyatno menyebut karena kekt phychis yang mutlak)
Daya Paksa yang absolut (Vis absoluta) dapat disebabkan oleh kekt mns atau alam. Dhi paksaan ini sama sekali tidak dapat ditahan. Ex. Ledakan gunung berapi, air bah yg tiba-tiba, tangan dipegang dan dipukulkan di kaca, mk org yg dipegang tangannya tak dpt dikatakan tlh memecahkan kaca. Daya Paksa yang relatif (Vis compulsiva) menunjukkan bhw sebenarnya paksaan itu dpt ditahan, ttp dr org yg di dlm paksaan itu tak dpt diharapkan bhw ia akan dpt mengadakan perlawanan (Prof. Moejatno menyebut karena pengaruh daya paksa) kasir Bank ditodong pisau untuk serahkan uang.
3. Pembelaan Terpaksa Psl 49 (1) seolah-olah perbtn main hakim sendiri diperbolehkan. Dhi tdk di pid apbl memenuhi syarat tdk ada unsur mlwn hkm. Syarat: Ada serangan hrs memenuhi unsur:
Seketika Yg langsung mengancam Mlwn hkm Sengaja di7kan pd badan, peri-kesopanan, dan harta benda
Ada pembelaan yg perlu dilkkn thd serangan itu hrs memenuhi unsur:
Pembelaan hrs dan perlu dilakukan Pembelaan hrs menyangkut badan, peri-kesopanan, dan harta benda
Pembelaan terpaksa hrs ada keseimbangan antara penyerangan dan pembelaan atau keseimbangan antara perbtn pembelaan dan kept yg diserang
Pembelaan Terpaksa
Situasi yg dihadapi perbtn yg bersft mlwn hkm
Ada yg berpendapat sbg alsn Sbg alasan penghapus sifat mlwn pemaaf, ada yg sebg alsn pembenar hkm
Noodweer exess
Pasal 49 ayat (2) tdk dipidana apbl pembelaan yg melampaui batas itu disebabkan oleh kegoncangan jiwa krn serangan/ ancaman serangan Jadi melampaui batas tdk dipidn apbl ada: kelampauan bts yg diperlukan; Pembelaan sbg akibat langsung dr kegoncangan jiwa yg hebat; Goncangan jiwa itu disebabkan oleh serangan (ada hub kausal)
4. Menjalankan Peraturan UU
UU dhi diartikan materiil, yi tiap prtrn yg dibuat oleh badan pembentuk prtrn. Pertrn di sini tdk perlu hrs didsrkan adanya prtrn pelaks, ttp cukup prtrn itu memberi kwjbn utk melaksanakan. Utk dpt dikualifikasikan perbtn ini, mk perbtn hrs dilakukan scr patut, wajar dan masuk akal ada keseimbangan antara tujuan dg cara pelaksanaannya.
Psl 51 ayt (1) tidak dipid seseorg yg melaks perintah jbtn yg sah. Sah:
perintah itu berdsrkn tugas, wwng atau kwjbn yg didsrkan suatu prtrn; Org yg memerintah dan yg diperintah hrs ada hub jabatan dan bersifat sub ordinasi (meskipun sementara)
Contoh: agen polisi diminta komandannya menangkap seorg agitator dlm suatu rapat umum, ternyata ia bukan agitator, jadi perintah tdk sah. Dhi agen Polisi tdk dipidana.