Anda di halaman 1dari 3

Nama : Siti Yogaputri

NPM : 110110200140

Kelas : Hukum Pidana C

KESALAHAN

Dalam menentukan suatu tindak pidana, terdapat unsur kesalahan yang dibagi menjadi:

1. Kesengajaan (Dolus)
Kesengajaan adalah kehendak untuk melakukan tindakan-tindakan yang dilarang
atau tidak melakukan tindakan-tindakan yang diharuskan dalam undang-undang.
Contoh delik dolus diantaranya:
a. Pasal 354 : dengan sengaja melukai berat orang lain.
b. Pasal 187 : dengan sengaja menimbulkan kebakaran.
c. Pasal 304 : dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seseorang dalam
keadaan sengsara.

Yang dimaksud dengan sengaja yaitu dikehendaki dan diketahui (willens en


wetens). Menurut teori dan doktrin hukum pidana. Terdapat tiga bentuk kesengajaan,
yaitu:

a. Kesengajaan sebagai maksud (oogmerk)


Maksud adalah sesuatu yang terkandung dalam batin seseorang.
Kesengajaan sebagai maksud dapat diartikan menghendaki (willens) suatu
perbuatan pidana dan menghendaki akibat yang ditimbulkannya. Dapat juga
dikatakan bahwa maksud merupakan tujuan yang mendorong seseorang
melakukan suatu tindakan. Contoh kasusnya, apabila pelaku menghendaki
matinya seseorang dengan tangannya sendiri maka pelaku mencekik orang
tersebut hingga mati.
b. Kesengajaan sebagai kesadaran kepastian (opzet bij zekerbeids bewustzjin)
Kesengajaan sebagai kesadaran kepastian yaitu kesengajaan yang
berupa kesadaran terhadap suatu akibat yang umumnya pasti terjadi karena
suatu perbuatan tertentu dan terjadinya akibat tersebut tidak dapat dihindarkan.
Akibat yang timbul merupakan akibat lain dari tindakan yang dilakukannya dan
bukan merupakan akibat yang dikehendaki. Misalnya pada kasus peledakan
kapal Thomas van Bremerhaven untuk mendapatkan uang asuransi, namun
akibat peledakan yang dilakukan itu para awak kapal mati. Meskipun kematian
ini tidak diinginkan, namun siapapun pasti tahu akibat ledakan tersebut dapat
menyebabkan seseorang mati.
c. Kesengajaan sebagi kemungkinan (dolus eventualis)
Kesengajaan sebagai kemungkinan yaitu suatu kesadaran untuk
melakukan perbuatan yang telah diketahuinya bahwa akibat lain yang mungkin
akan timbul dari perbuatan itu yang tidak ia inginkan dari perbuatannya, namun
si pembuat tidak membatalkan niat untuk melakukannya. Misalnya, seorang
yang menembak orang lain mengatakan, bahwa ia tidak bermaksud untuk
membunuh, tapi semestinya ia menyadari apabila seseorang terkena tembakan
dapat menyebabkan pendarahan dan kemungkinan besar si korban akan
kehabisan darah, yang tentu akan mengakibatkan kematian.
2. Kealpaan (Culpa)
Kealpaan (culpa) merupakan tindakan seseorang yang tidak terlarang dan tidak
menghendaki timbulnya hal yang terlarang, namun karena kesalahan atau
kekeliruaanya menimbulkan hal yang dilarang dalam undang-undang.
Pada Konsep Rancangan KUHP, lebih lanjut disebutkan bahwa “Tindak pidana
dilakukan dengan kealpaan, jika pelakunya tidak berhati-hati sebagaimana seharusnya,
dan atau tidak menduga terlebih dahulu tentang akan terjadinya akibat yang terlarang,
atau walaupun menduga bahwa akibat yang terlarang itu mungkin dapat ditimbulkan
oleh perbuatannya, tetapi ia berkeyakinan dapat menghindarkan terjadinya akibat
tersebut, sedangkan kenyataannya adalah sebaliknya.”
Oleh karena itu, pada dasarnya culpa memiliki dua unsur yaitu, tidak adanya
kehati-hatian (het gemis aan voorzichtigheid) dan kurangnya perhatian terhadap akibat
yang dapat timbul (het gemis van de voorzienbaarheid).
Contoh delik culpa diantaranya:
a. Pasal 360 : karena kealpaannya menyebabkan orang lain mendapatkan luka-luka
berat.
b. Pasal 189 : karena kealpaannya menyebabkan kebakaran.
c. Pasal 232 : karena kealpaannya menimbulkan rusaknya segel dalam penyitaan.

Contoh kasusnya, seseorang yang sudah berhati-hati dijalan namun remnya


blong sehingga menabrak orang hingga luka berat dapat dituntut dengan pasal 360 yang
karena kealpaannya menyebabkan orang lain mendapatkan luka-luka berat.
DAFTAR PUSTAKA

Erlandi, G. A. (2018). Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Terkait Penghinaan Agama


(Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

Kalia, H. (2013). Pembuktian Tindak Pidana Dengan Terang-Terangan dan Tenaga Bersama
Menggunakan Kekerasan Terhadap Orang Yang Mengakibatkan Luka-Luka (Studi
Putusan Nomor: 256/Pid.B/2010/PN.DGL). Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion, 5.

Lamintang, P. A. (1984). Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: CV. Sinar Baru.

Moeljatno. (2008). Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta.

Muhaling, A. J. (2019). Kelalaian Yang Mengakibatkan Matinya Orang Menurut Perundang–


Undangan Yang Berlaku. LEX CRIMEN, 8(3).

Sengi, E. (2019). KONSEP CULPA DALAM PERKARA PIDANA SUATU ANALISIS


PERBANDINGAN PUTUSAN NOMOR 18/Pid. B/2017/PN. TOBELO. Era Hukum-
Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum, 17(2).

Anda mungkin juga menyukai