Anda di halaman 1dari 11

Unsur, Jenis dan Pelaku Tindak

Pidana
Faiq Tobroni, SHI., MH.
Pertemuan Kedelapan
Tindak Pidana
 Tindak pidana = strafbaar feit, delik, perbuatan pidana dan
peristiwa pidana.
 Delik adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena
merupakan pelanggaran terhadap undang-undang.
 Sebagai contoh hakikat delik bisa diformulasikan sebagai
berikut: “Barangsiapa mengambil suatu barang yang seluruhnya
atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud hendak
memilikinya dengan melawan hukum, dihukum karena bersalah
tentang pencurian… dan seterusnya.”
 Dari ketentuan di atas, unsur-unsur pencurian (delik) adalah: a)
barangsiapa; b) mengambil; c) sesuatu barang; d) barang itu
seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain; e) dengan
maksud memilikinya dengan melawan hukum.
Unsur-unsur Tindak Pidana
1. Unsur objektif
Adalah unsur yang terdapat di luar diri si pelaku, yang terdiri atas:
1. Perbuatan Manusia, berupa: a) act, yakni perbuatan aktif; b) omission,
yakni perbuatan pasif atau perbuatan negatif, yang berupa perbuatan
yang mendiamkan atau membiarkan.
2. Akibat (result) perbuatan manusia.
3. Keadaan-keadaan (circumstances).
4. Sifat dapat dihukum dan sifat melawan hukum.
2. Unsur Subjektif
Unsur yang berada di dalam diri si pelaku, terdiri dari:
a. Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa).
b. Maksud pada suatu percobaan, seperti ditentukan dalam Ps 53 (1)
KUHP.
c. Macam-macam maksud seperti terdapat dalam kejahatan-kejahatan
pencurian, penipuan, pemerasan dan sebagainya.
d. Merencanakan terlebih dahulu, seperti tercantum dalam Pasal 340
KUHP, yakni pembunuhan yang direcanakan lebih dahulu.
e. Perasaan takut seperti terdapat dalam Ps 308 KUHP.
Jenis Delik
1. Kejahatan dan Pelanggaran
2. Delik Formal dan Material
3. Delik Dolus dan Culpa
4. Delik commission dan Omission
5. Delik Aduan dan Biasa
Kejahatan dan Pelanggaran
 Kejahatan merupakan rechtsdelict atau delik hukum dan
pelanggaran merupakan wetsdelict atau delik undang-
undang. Delik hukum adalah pelanggaran hukum yang
dirasakan melanggar rasa keadilan, misalnya perbuatan
seperti pembunuhan, melukai orang lain, mencuri dan
sebagainya. Sedangkan delik undang-undang melanggar apa
yang ditentukan oleh undang-undang, misalnya saja
keharusan untuk mempunyai SIM bagi yang mengendarai
kendaraan bermotor di jalan umum, atau mengenakan
helm ketika mengendarai sepeda motor.
Formal dan Material
 Delik formal adalah delik yang dianggap selesai dengan
dilakukannya perbuatan itu, atau dengan perkataan lain titik
beratnya pada perbuatan itu sendiri. Tidak dipermasalahkan
apakah perbuatannya, sedangkan akibatnya hanya merupakan
aksidentalia (hal yang kebetulan). Contoh delim formal adalah
Pasal 362 (pencurian), Pasal 160 (penghasutan) dan Pasal 209-
210 (penyuapan).
 Sebaliknya di dalam delik material titik beratnya pada akibat
yang dilarang. Delik itu dianggap selesai jika akibatnya sudah
terjadi, bagaimana cara melakukan perbuatan itu tidak menjadi
masalah. Contohnya adalah Pasal 338 (pembunuhan), yang
terpenting adalah matinya seseorang.
Dolus dan Culpa
 Pengertian kesengajaan adalah dengan sadar berkehendak untuk
melakukan suatu kejahatan tertentu. Bentuk-bentuknya adalah:
1. Kesengajaan dengan maksud. Agar dibedakan antara “maksud”
(oogmerk) dengan “motif”. Agar tidak timbul keragu-raguan, diberikan
contoh sebagai berikut. “A bermaksud membunuh B yang telah
menyebabkan ayahnya meninggal. A menembak B dan B meninggal.”
Pada contoh di samping, dorongan untuk membalas kematian ayahnya
disebut dengan motif. Adapun “maksud”, adalah kehendak A untuk
melakukan perbuatan atau mencapai akibat yang menjaddi pokok
alasan diadakannya ancaman hukuman pidana, dalam hal ini
menghilangkan nyawa B.
2. Kesengajaan dengan keinsafan pasti. Sebagai contoh, “A berkehendak
untuk membunuh B. Dengan membawa senjata api, A menuju rumah B.
akan tetapi, ternyata setelah smapai di rumah B, C berdiri di depan B.
Disebabkan rasa marah, walaupun ia tahu bahwa C yang berdiri di
depan B, A toh melepaskan tembakan. Peluru yang ditembakkan A
pertama-tama mengenai C dan kemudian B, hingga C dan B mati.
3. Kesengajaan dengan keinsafan kemungkinan. Contoh klasik dalam hal
dolus eventualis adalah kasus kue tar di kota Hoorn, dengan kejadian
sebagai berikut. “ A hendak membalas dendam terhadap B yang
berdiam Hoorn; A mengirim pada B sebuah kue tar beracun dengan
tujuan membunuhnya. Ia tahu bahwa selain B, juga tinggil istri B di
rumah B. A memikirkan adanya kemungkinan bahw aistri B yang tidak
bersalah akan memakan kue tar tersebut. Walaupun demikian, ia toh
mengirimkannya. Perkara tersebut diadili oleh Hof. Amsterdam dengan
putusan tanggal 9 Maret 1911.
 Umumnya kealpaan itu terdiri atas dua bagian, yaitu tidak berhati-
hati melakukan suatu perbuatan, di samping dapat menduga akibat
perbuatan itu. Pada umumnya bentuk kealpaan adalah sebagai
berikuta;
1. Kealpaan dengan kesadaran (bewuste schuld). Dalam hal ini, si pelaku
telah membayangkan atau menduga akan timbulnya suatu akibat, tetapi
walaupun ia berusaha untuk mencegah, toh timbul juga akibat tersebut.
2. Kelapaan tanpa kesadaran (onbewuste schuld). Dalam hal ini, si pelaku
tidak membayangkan atau menduga akan timbulnya suatu akibat yang
dilarang dan diancam hukuman oleh undang-undang, sedang ia
seharusnya memperhitungkan akan timbulnya suatu akibat.
Jenis Delik yang lain
 Delik berturut-turut (voortgezet delict); yaitu tindak pidana
yang dilakukan berturut-turut, misalnya mencuri uang stau juta
rupiah, tetapi dilakukan setiap kali seratus ribu rupiah.
 Delik yang berlangsung terus: misalnya tindak pidana merampas
kemerdekaan orang lain.
 Delik berkualifikasi, yaitu tindak pidana dengan pemberatan,
misalnya pencurian pada malam hari, penganiayaan berat.
 Delik dengan privilege (gepriviligeerd delict), yaitu delik dengan
peringanan, misalnya pembunuhan bayi oleh ibu yang
melahirkan karena takut diketahui.
 Delik politik, yaitu tindak pidana yang berkaitan dengan negara
sebagai keseluruhan.’
 Delik Propna, yaitu tindak pidana yang dilakukan oleh orang
yang mempunyai kualitas tertentu, seperti hakim, ibu, pegawai
negeri, dll.
Subjek Tindak Pidana
 Rumusan tindak pidana dalam buku kedua dan ketiga KUHP
biasanya dimulai dengan kata barangsiapa. Ini menunjukkan arti
bahwa yang dapat melakukan tindak pidana atau subjek tindak
pidana pada umumnya adalah manusia. Juga dari ancaman
pidana yang dapat dijatuhkan sesuai dengan pasal 10 KUHP,
seperti pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan, denda dan
pidana tambahan mengenai pencabutan hak, dan sebagainya
menunjukkan bahwa yang dapat diketahui pada umumnya
adalah manusia atau persoon.
 Memang pandangan klasik berpendapat bahwa subjek tindak
pidana adalah orang pribadi, meskipun ia berkedudukan sebagai
pengurus atau komisaris suatu badan hukum. Namun, menurut
perkembangan zaman subjek tindak pidana dirasakan perlu
diperluas termasuk badan hukum.

Anda mungkin juga menyukai