Anda di halaman 1dari 19

DELIK-DELIK DALAM KUHP

KULIAH II
TINDAK PIDANA/DELIK/STRAFTBARFEIT
A. PENGERTIAN DELIK
Terjemahan strafbaarfeit yaitu :
 Peristiwa pidana – Utrecht, Simons.
 Perbuatan pidana – Moeljatno, Roeslan Saleh
 Pelanggaran pidana - Tirta Amidjaja.
 Perbuatan yang dapat dihukum – Wahid Salayan, UU Nomor 15 Drt
Tahun 1951.
 Tindak pidana – Undang-Undang.

Terjemahan delicti atau delicten yaitu delik-delik :


Pengertian menurut para ahli :
 Simons, delik adalah kelakuan yang diancam dengan pidana yang bersifat
melawan hukum yang berkaitan dengan kesalahan seseorang yang
mampu bertanggung jawab.
 Vos, delik adalah kelakuan atau tindak laku manusia yang oleh peraturan
perundang-undangan diberikan pidana.
 Wiryono Projodikoro, delik adalah suatu perbuatan yang pelakunya dapat
dikenakan pidana. Pelaku dapat dikatakan sebagai “Subjek” tindak
pidana.
 Van Hattum : menyetakan suatu peristiwa pidana adalah suatu peristiwa
yang menyebabkan seseorang (pembuat) mendapat hukuman.
 Van Hamel : Strafbaarfeit adalah kelakuan yang dirumuskan dalam Wet
(Undang-Undang) yang bersifat melawan hukum yang dapat dipidana dan
dilakukan dengan kesalahan oleh orang yang dapat
dipertanggungjawabkan.
 Moelyatno, delik adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan
hukum larangan mana disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana
tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.
 Delik adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang
oleh peraturan perundang-undangan diancam dengan pidana (Pasal 12
ayat 1 Rancangan KUHP 2015).
 Kesimpulan, delik adalah perbuatan yang dilarang atau yang disuruh
dalam UU dan pelanggaran terhadap larangan atau suruhan tersebut
diancam dengan pidana dalam UU serta bersifat melawan hukum.
 Delik dalam KUHP adalah perbuatan yang dilarang atau yang disuruh
dalam KUHP dan pelanggaran terhadap larangan atau suruhan tersebut
diancam dengan pidana dalam KUHP serta bersifat melawan hukum.
Sistimatika KUHP :
- KUHP/WVS
- Buku I Algemene Deel, 9 bab, Pasal 1-103.
- Buku II Misdrijven, 31 bab, Pasal 104 – 489.
- Buku III Overtredingen, 9 bab, Pasal 490 – 570.
- Sistematika Rancangan KUHP 2018.
- Buku I Ketentuan Umum, 6 bab, Pasal 1-218.
- Buku II Tindak Pidana, 39 bab, Pasal 219- 786.
UNSUR-UNSUR DELIK
Kalau kita lihat pengertian Strafbaarfeit atau tindak pidana, menurut sarjana,
maka dapat diuraikan tentang unsur-unsur Strafbaar Feit/tindak pidana.

Pengertian Strafbaar Feit menurut Simons dan Van Hamel dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Kelakuan/perbuatan manusia.
2. Perbuatan itu diancan dengan pidana.
3. Perbuatan ini bersifat melawan hukum.
4. Perbuatan ini berhubungan dengan kesalahan.
5. Perbuatan ini dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab.

Pengertian perbuatan pidana menurut Moelyatno dapat pula diuraikan unsur-


unsur perbuatan pidananya sebagai berikut :
1. Unsur-unsur formal terdiri dari :
a. Perbuatan manusia.
b. Perbuatan itu dilarang oleh suatu aturan hukum.
c. Larangan itu disertai ancaman yang berupa pidana tertentu.
d. Larangan itu dilanggar oleh manusia.

2. Unsur-unsur material
Adalah perbuatan itu harus bersifat melawan hukum, yaitu harus betul-betul
dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tidak boleh dilakukan.
Jadi meskipun perbuatan itu memnuhi perumusan undang-undang tetapi
apabila tidak bersifat melawan hukum atau bertentangan dengan hukum,
maka perbuatan pidana/tindak pidana.
Contoh :
Seorang ayah memukul anaknya yang bandel.
Dalam ilmu hukum pidana unsur-unsur tindak pidana itu dapat dibagi atas dua
bentuk :
1. Unsur Objektif
Unsur objektif adalah unsur yang terdapat diluar dari pelaku tindak pidana
yang meliputi :
a. Perbuatan atau kelakuan
Perbuatan atau kelakuan ini ada yang aktif (berbuat sesuatu).
Misalnya, membunuh pasal 338 KUHP, menganiaya pasal 351 KUHP,
mencuri pasal 362 KUHP.

Dan ada pula perbuatan atau kelakuan yang pasif


Contoh :
tidak melapor kepada yang berwajib atau kepada yang terancam
sedangkan ia mengetahui adanya pemufakatan jahat, adanya niat untuk
melakukan suatu kejahatan tertentu pasal 164, 165 KUHP.
b. Akibat
Hal ini terdapat dalam delik-delik materil :
Contoh :
- Pembunuhan 338 KUHP.
- Penganiayaan 351 KUHP.

c. Unsur-unsur melawan hukum


Setiap perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh
peraturan dan perundang-undangan hukum pidana itu harus bersifat
melawan hukum, meskipun unsurnya tidak dinyatakan dengan tegas
dalam perumusannya.
Contoh :
Mengenai menghancurkan atau merusak barang.
Sedang yang menyebutkan dengan tegas unsur melawan hukum ini.
Contoh :
- Dengan melawan hukum merampas kemerdekaan, pasal 333 KUHP.
- Untuk dimiliki secara secara melawan hukum, pasal 362 JUHP.
- Dengan melawan hukum menghancurkan pasal 406 KUHP dan lain-
lain.
d. Unsur lain yang menentukan sifat tindak pidana
Ada beberapa tindak pidana yang untuk memperoleh sifat tindak
pidananya itu memerlukan beberapa hal-hal objektif yang menyertainya.
Contoh :
- Penghasutan : pasal 282 KUHP.
- Melanggar kesusilaan : pasal 282 KUHP.
- Pengemisan : pasal 504 KUHP.
- Mabuk : pasal 536 KUHP.
Tindak pidana tersebut harus dilakukan didepan umum.
Contoh lain :
- Melarikan wanita belum dewasa pasal 332 KUHP ayat 1 butur 1.

Selain dari pada itu ada pula beberapa tindak pidana yang dapat
memperoleh sifat tindak pidananya memerlukan hal-hal subjektif.
Contoh :
- Kehajatan jabatan : pasal 413-437 KUHP harus dilakukan oleh
pegawai negeri.
- Pembunuhan anak sendiri : pasal 341-342 KUHP harus dilakukan oleh
ibunya sendiri dan lain-lain.

Unsur-unsur tersebut diatas harus ada pada waktu perbuatan dilakukan,


oleh karena itulah disebut dengan “yang menentukan sifat tindak
pidana”.
e. Unsur yang memberatkan pidana
Unsur ini terdapat dalam delik-delik yang dikualifikasikan oleh akibatnya,
yaitu karena menimbulkan akibat tertentu, maka ancaman pidananya
diperberat.
Contoh :
- Ayat 1 : pasal 333 KUHp, diancam dengan pidana penjara paling
lama 8 tahun.
- Ayat 2 : apabila perbuatan itu mengakibatkan luka-luka, ancaman
pidananya diperberat menjadi 9 tahun.
- Ayat 3 : apabila mengakibatkan mati, ancaman pidananya diperberat
lagi menjadi penjara paling lama 12 tahun.

f. Unsur tambahan yang menentukan tindak pidana


Dalam tindakan pidana, tindak pidana yang memerlukan unsur
tambahan tersebut diatas, apabila tidak ada unsur tambahan tersebut,
maka tindak-pidana pidana itu tidak akan terjadi. Kata lain, apabila
unsur tambahan itu tidak ada, maka tindak pidanapun tidak akan
terjadi.
Contoh :
- Tidak melapor kepada yang berwajib atau kepada orang yang
terancam, jika mengetahui akan adanya kejahatan-kejahatan –
kejahatan tertentu, pasal 164 dan 165 KUHP pelakunya hanya dapat
dipidana jika kejahatan itu dilakukan.
- Tidak memberi pertolongan kepada orang yang sedang menghadapi
maut, pasal 531 KUHP. Pelakunya hanya dapat dipidana jika
kemudian orang itu meninggal dunia.
2. Unsur Subjektif
Unsur subjektif adalah unsur yang terdapat dalam diri pelaku tindak pidana
yang meliputi antara lain :
a. Kesengajaan (dalus).
b. Kelapaan (culpa).
c. Niat (voomemen).
d. Maksud (oogmerk).\
e. Dengan rencana lebih dahulu.
f. Perasaan takut.

Contoh :
g. Unsur Kesengajaan
Contoh :
Seperti :
- Melanggar kesusilaan : pasal 281 KUHP.
- Melanggar kesusilaan : pasal 281 KUHP.
- Merampas kemerdekaan : pasal 333 KUHP.
- Pembunuhan : pasal 338 KUHP.

b. Unsur Kealpaan
Contoh :
- Dirampas kemerdekaan : pasal 334 KUHP.
- Menyebabkan mati : pasal 539 KUHP.
- Dan lain-lain.

c. Unsur Niat
Contoh :
- Hal ini terdapat dalam percobaan (poging) pasal 53 KUHP.
d. Unsur Maksud (oogmerk)
Contoh :
- Pencurian : pasal 362 KUHP.
- Pemerasan : pasal 368 KUHP.
- Penipuan : pasal 372 KUHP.

e. Unsur Dengan Rencana Terlebih Dahulu


Contoh :
- Pembunuhan dengan rencana: pasal 340 KUHP.
- Membunuh anak sendiri dengan rencana : pasal 342 KUHP dan lain-
lain.
f. Perasaan Takut
Contoh :
- Membuang anak sendiri : pasal 308KUHP dan lain-lain.
- Membunuh anak sendiiri : pasal 341 KUHP.
Moelyatno dalam bukunya Asas-asas Hukum Pidana mengatakan yang
merupakan unsur atau elemen dari delik adalah :
1. Kelakuan dan akibat ( perbuatan).
2. Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan.
3. Keadaan tambahan yang memberatkan pidana.
4. Unsur melawan hukum objektif.
5. Unsur melawan hukum subjektif
Syarat-syarat lain adalah sebagai berikut :
 Syarat yang tidak dapat ditinggalkan untuk menentukan bahwa telah
dilakukan tindak pidana. Umpamanya , baru dapat dikatakan adanya
perbuatan mencuri harus terbukti adanya benda yang dicuri , dan benda
itu seluruh dan sebahagian serta benda itu diambil dengan maksud
untuk dijadikan milik sendir yang bertentangan dengan hukum.

 Syarat yang memberatkan . Adanya keadaan yang dapat memberikan


corak yang khusus kepada tindak pidana. Misalnya, penganiayaan sudah
merupakan suatu tindak pidana akan tetapi apabila penganiayaan itu
meyebabkan matinya orang yang dianiaya dapat menyebabkan pidana
nya lebih berat.
 Syarat-syarat yang diperlukan untuk memperlakukan ketentuan pidana.
Misalnya, didalam delik aduan ( klacht delicten) yaitu, diperlukan syarat
adanya pengaduan dari orang yang berhak mengajuan pengaduan
menurut hukum.

 Syarat-syarat tambahan untuk dapat dilakukan tuntutan pidana.Misalnya


dalam pasal 299 KUHP yang mengancam hukuman terhadap yang
melakukan persetubuhan didalam perkawinan yang sah dengan
perempuan yang diketahui atau secara wajar dapat dikira-kirakan bahwa
perempuan itu belum cukup umur untuk dikawini, apabila persetubuhan
itu menyebabkan kerusakanpada tubuh perempuan itu.

Anda mungkin juga menyukai