Anda di halaman 1dari 5

TUGAS HUKUM PIDANA

Nama : ADITYA RUKMANA

NO BP : 2010003600115

Mata kuliah : Hukum Pidana

Jenis-jenis tindak pidana atau delik

Berdasarkan syaratnya ada delik umum, khusus, berulang dll:

A. Delik umum

Delik umum adalah semua tindak pidana yang dimuat dalam KHUP sebagai
kodifikasi hukum ppdn materiil. Sementara itu delik khusus adalah semua tindak
pidana yang terdapat dalam kodifikasi tersebut. Walaupun telah ada kodifikasi
(KUHP), tetapi adanya tindak pidana diluar KHUP merupakan suatu keharusan yang
tidak dapat dihindari. Perbuatan-perbuatan tertentu yang dinilai merugikan
masyarakat dan patut diancam dengan pidana itu terus berkembang, sesuai dengan
perkembangan teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan, yang tidak cukup efektif
dengan hanya menambahkannya pada kodifikasi (KUHP).

Tindak pidana diluar KUHP tersebar didalam berbagai peraturan perundang-


undangan yang ada. Peraturan perundang-undangan itu berupa peraturan
perundang-undangan pidana.

Contoh-contohnya: Delik umum: KUHP. Delik khusus: UU No. 31 th 1999


tentang tindak pidana korupsi, UU No. 5 th 1997 tentang psikotropika, dll. Penerapan
delik kejahatan dalam buku II KUHP misalnya delik pembunuhan Pasal 338 KUHP.

B. Delik khususu

Delik khusus atau tindak pidana khusus hanya dapat dilakukan oleh orang
tertentu dalam kualitas tertentu dalam kualitas tertentu, misalnya tindak pidana
korupsi, ekonomi, subversi dan lain-lain.

Delik-delik khusus :

a. Delik kejahatan terhadap kepentingan hukum Negara


b. Delik kejahatan terhadap nyawa, dan kesehatan serta kejahatan yang
membahayakan bagi nyawa, tubuh dan kesehatan.
c. Delik-delik khusus tersebar diuar KUHP, seperti :
 UU tentang senjata api
 UU tentang tindak pidana ekonomi
 UU tentang tindak pidana imigrasi
 UU tentang tindak pidana korupsi
 UU tentang narkotika dan psikotropika.
 UU tentang terorisme

Menurut Prof. Simons

Delik khusus selain kejahatan yang ditunjukkan terhadap kepentingan hukum negara
termasuk pula kejahatan sebagai berikut :

a. Kejahatan yang ditunjukkan terhadap lembaga-lembaga yang secara langsung


ada hubungannya dengan pelaksanaan tugas-tugas kenegaraan.
b. Kejahatan yang ditunjukkan terhadap pelaksanaan tugas peradilan
c. Kejahatan yang dilakukan oleh pegawai negeri dalam jabatan
d. Kejahatan yang ditujukan terhadap pegawai negeri dalam melaksanakan tugas
jabatan mereka yang sah.

Perundang-undangan yang bersifat khusus artinya diluar KUHP seperti :

– Pidana ekonomi

– Pidana subversi

– Pidana korupsi

– Pidana imigrasi, dll.

KUHP terdiri dari Buku, yaitu :

1. Buku I. Ketentuan Umum (Algemere Bepalingen).

Berisi : Asas-asas hukum pidana (beginsel) dan pengertian hukum pidana (begripen).

Berlaku untuk keseluruhan hokum pidana positif baik yang ada di dalam KUHP
maupun yang ada diluar KUHP
Pasal 1 ayat (1) asas legalitas, tujuannya untuk kepastian hokum yang menganut
lairan Positivisme (Hans Kelsen) terkenal dengan teori pyramidal (Stuppen Baud as
Recht) atau serine disebut juga Grand Norm.

C. Buku II (Misdrijven) dan Buku III (Overtredingen) isinya :

Kejahatan (perbuatan asosial, perbuatan yang dilarang oleh hukum publik untuk
melindungi masyarakat dan diberi sanksi berupa pidana oleh negara)

Pelanggaran (perbuatan-perbuatan yang sifat melawan hukumnya baru dapat


diketahui setelah ada wet yang menentukan demikian)

Delik-delik khusus yang terdapat di dalam KUHP :

 Tindak pidana kekayaan

 Tindak pidana nyawa

 Tindak pidana kesusilaan

Delik-delik khusus yang terdapat diluar KUHP :

1. Tindak pidana Korupsi

2. Tindak pidana Ekonomi

3. Tindak pidana Terorisme

4. Tindak pidana Narkotika, dll.

Sebab-sebab adanya Delik Khusus.

1. Karena adanya perubahan sosial secara cepat sehingga


perubahan-perubahan itu perlu dibuat peraturannya yang didalam peraturan
tersebut mencantumkan sanksi pidana. Kehidupan modern yang semakin
kompleks sehingga disamping ada (pidana) berupa yunifikasi hukum (KUHP)
juga diperlukan peraturan pidana yang bersifat temporer.

D. Delik berulang

Perbuatan pidana yang berlangsung terus menerus memiliki ciri bahwa


perbuatan perbuatan yang terlarang itu berlangsung terus, misalnya delik merampas
kemerdekaan orang sedangkan yang dimaksud perbuatan pidana yang tidak
berlangsung terus menerus adalah perbuatan pidana yang memiliki ciri bahwa
keadaan yang terlarang itu tidak berlangsung terus menerus, misalnya pencurian dan
pembunuhan.

Pasal 64 KUHP menyatakan bahwa, jika antara beberapa perbuatan


mempunyai hubungan sedemikian rupa sehingga harus dianggap sebagai perbuatan
berlanjut atau berkesinambungan, meskipun masing-masing merupakan kejahatan
atau pelanggaran, maka kepada terdakwa hanya dapat dikenakan satu peraturan
pidana (strafsanctie), dan jika berbeda maka yang dapat dikenakan ialah peraturan
yang mengandung ancaman pidana yang paling berat. Ukuran tentang hubungan
kedua delik itu tidak ditetapkan oleh KUHP, tetapi diserahkan kepada hakim untuk
menentukannya.

Pasal 64 KUHP dapat ditafsirkan sebagai berikut :

a. Delik berkesinambungan atau berlanjut pada hakikatnya merupakan satu


bentuk kesatuan atau satu delik.

b. Voortgezette delict, atau delik berlanjut terdiri atas dua atau lebih delik yang
karena kaitannya yang erat mengakibatkan dikenakannya satu sanksi atau pidana
kepada terdakwa.

Menurut Hezwinkel Suringa pendapat pada butir b yang paling banyak dianut,
yang sangat penting hubungannya dengan locus delicti tempat terjadinya delik) dan
konsekuensi yang bertalian dengan hal itu.

Selain itu delik berlanjut juga penting untuk penyertaan pasal 55 dan pasal 56
KUHP. Jikalau delik berlanjut dipandang sebagai gabungan beberapa delik, dan
bukan sebagai suatu kesatuan maka ia merupakan concursus realis yaitu
perbarengan beberapa delik yang diadili sekaligus oleh hakim.

E. Delik formil dan materiil

Tindak pidana formil adalah perbuatan pidana yang perumusannya


dititikberatkan pada perbuatan yang dilarang yaitu tindak pidana telah dianggap
selesai dengan telah dilakukannya perbuatan yang dilarang oleh undang-undang
tanpa mempersoalkan akibatnya, sedangkan perbuatan pidana materiil adalah
perbuatan pidana yang perumusannya dititikberatkan pada akibat yang dilarang yaitu
tindak pidana ini baru dianggap telah terjadi atau dianggap telah selesai apabila akibat
yang dilarang itu telah terjadi.

F. Delik tunggal
Tindak pidana tunggal adalah tindak pidana yang cukup dilakukan dengan satu
kali perbuatan, misalnya penipuan, pencurian, pembunuhan. Sedangkan tindak
pidana berganda terjadi apabila terjadi apabila dilakukan beberapa kali perbuatan,
misalnya penadahan.
G. Delik aduan atau delik biasa

Delik aduan adalah perbuatan pidana yang penuntutannya hanya dilakukan


jika ada pengaduan dari pihak yang terkena atau yang dirugikan. Delik aduan
dibedakan dalam dua jenis, yaitu delik aduan absolute dan delik aduan relative. Delik
aduan absolute adalah delik yang mempersyaratkan secara absolute adanya
pengaduan untuk penuntutannya. Sedangkan delik aduan relative adalah delik yang
dilakukan masih dalam lingkungan keluarga. Delik biasa adalah delik yang tidak
mempersyaratkan adanya pengaduan untuk penuntutannya.

H. Delik komisi, delik omisi

Delik komisi adalah delik yang berupa pelanggaran terhadap larangan, yaitu
berbuat sesuatu yang dilarang. Sedangkan delik omisi adalah delik yang berupa
pelanggaran terhadap perintah, yaitu tidak berbuat sesuatu yang diperintah. Tindak
pidana juga dibedakan atas delik dolus dan delik culpa. Delik dolus adalah delik yang
memuat kesengajaan, sedangkan delik culpa adalah delik yang memuat unsur
kealpaan.

I. Delik biasa atau delik kualifikasi

Delik biasa adalah bentuk tindak pidana yang paling sederhana, tanpa adanya
unsur bersifat memberatkan. Sedangkan delik yang dikualifikasikan adalah tindak
pidana dalam bentuk pokok yang ditambah dengan adanya unsur pemberat, sehingga
ancaman pidananya menjadi diperberat.

Anda mungkin juga menyukai