Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK 7

NAMA/NIM: PUTRIANI (210510219)


RAISHA USWANA (210510174)
REVIKA REFANIA (210510182)
DIRA AL ADIRA (210510199)
KELAS: HUKUM PIDANA II-E

Kasus
KRIMINALITAS
Tiga Orang Tewas Ditembak Ditembak Oknum Polisi
JAKARTA, KOMPAS.com - Tiga orang tewas dalam aksi penembakan di sebuah kafe di daerah
Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis (25/2/2021) pagi. Tiga korban tewas itu yakni seorang
anggota TNI, S, serta dua pegawai kafe beinisial FSS dan M. Satu lainnya, H, mengalami luka
dan dibawa ke rumah sakit.
Tersangka pelaku penembakan diketahui merupakan oknum anggota Polri, Bripka CS.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan, tersangka Bripka CS
mendatangi kafe tersebut pada sekitar pukul 02.00 WIB, Kamis. Bripka CS minum minuman
keras (miras) hingga kafe tutup pukul 04.00 WIB.
"Pada saat akan bayar terjadi cekcok, tersangka dan pegawai kafe," ujar Yusri. Bripka CS
rupanya kesal. Dia, yang saat itu mabuk, mengeluarkan senjata api dan menembak empat
orang di tempat itu. "Tiga meninggal dunia di lokasi dan satu dirawat di rumah sakit.
Sementara jenazah masih di Rumah Sakit Kramat Jati. Selesai ditangani, baru diambil
keluarga korban," kata Yusri.
Terkait dengan anggota TNI yang korban, Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran
mengatakan, dirinya telah berkoordinasi dengan Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung
Abdurachman serta Pangkostrad terkait kasus tersebut.
"Kami sudah melaksanakan koordinasi dan komunikasi dengan Pangdam Jaya selaku
penanggung jawab keamanan garnisun Ibu Kota. Kedua, juga berkoordinasi dengan
Analisis

Pelaku kejahatan dalam hal ini dapat dikenakan pasal 338 jo. 65 KUHP dan Pasal 181 KUHP.

Pasal 338 KUHP berbunyi:

“Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan, dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.”

Pasal 65 KUHP berbunyi:

“(1) Dalam hal perbarengan beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan
yang berdiri sendiri-sendiri, sehingga merupakan beberapa kejahatan, yang diancam dengan
pidana pokok yang sejenis, maka hanya dijatuhkan satu pidana.
(2) Maksimum pidana yang dijatuhkan ialah jumlah maksimum pidana yang diancamkan
terhadap perbuatan itu, tetapi tidak boleh lebih dari maksimum pidana yang terberat
ditambah sepertiga.”

Pasal 181 KUHP berbunyi:

“Barangsiapa mengubur, menyembunyikan, kematian atau kelahirannya, diancam dengan


pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.”

Uraian unsur-unsur:

Pasal 338 KUHP

1. Barangsiapa
Barangsiapa berarti menunjuk pada subjek hukum. Subjek hukum adalah
pengemban hak dan kewajiban hukum. Subjek hukum dapat berupa orang (naturlijk
person) ataupun badan hukum.
Dalam kasus ini, subjek hukum adalah Bripka CS. Jadi, unsur ini terpenuhi.
2. Sengaja
“Sengaja” memilki dua unsur, yaitu willen (menghendaki) dan wetens (mengetahui).
Menghendaki berarti si pelaku menghendaki akibat dari perbuatannya itu (contoh:
membunuh berakibat hilangnya nyawa orang lain). Mengetahui berarti si pelaku
mengetahui bahwa perbuatannya adalah dilarang oleh undang-undang (UU).
Ada dua teori sengaja, yaitu:
i. Teori kehendak (Wils theorie)
Opzet ada apabila perbuatan dan akibat suatu delik dikehendaki si pelaku.
ii. Teori bayangan (Voorstellings theorie)
Opzet ada apabila si pelaku pasa waktu mulai melakukan perbuatan, ada
bayangan yang terang bahwa akibat yang bersangkitan akan tercapai, maka
dari itu ia menyesuaikan perbuatannya dengan akibat itu.

“Sengaja” dibagi dalam tiga macam:

i. Sengaja sebagai maksud/tujuan


Apa yang dilakukan dan menjadi akibat pelaku memang adalah tujuannya.
Perbuatan tidak akan dilakukan apabila si pelaku tahu akibat perbuatannya
tidak akan terjadi.
Contoh: A mencekik B sampai mati dan menyebabkan kematian B.
ii. Sengaja sebagai kesadaran kepastian
Si pelaku yakin bahwa akibat yang dimaksudkannya tidak akan tercapai yanpa
terjadinya akibat yang tidak dimaksud.
Contoh: Demi menadapatkan uang insuransi kapal, A harus meledakkan
kapalnya dan mencelakakan awak kapal. Mencelakakan awak kapal ini adalah
sengaja sebagai kesadaran kepastian.
iii. Sengaja sebagai kesadaran kemungkinan
Si pelaku menyadari perbuatannya mungkin akan menimbulkan akibat ini.
Contoh: A ingin meracun B yang suka makan bersama C. A akhirnya meracun
B, dan C yang ikut makan bersama B pun ikut keracunan.
Ada dua macam sengaja sebagai keinsyafan kemungkinan:
a. Sengaja dengan kemungkinan sekali terjadi
b. Dolus eventualis
Si pelaku bersedia mengambil resiko yang terlalu besar.

Dalam kasus ini, Bripka CS menghendaki terbunuhnya anggota TNI S, dan pegaawai
cafe berinisial FSS dan M dan mengetahui pembunuhan adalah dilarang oleh UU.
Bripka CS juga memenuhi ‘sengaja sebagai tujuan’ karena Bripka memang bertujuan
membunuh S, FSS dan M. Jadi, unsur ini terpenuhi.

3. Merampas nyawa orang lain


Ini berarti menghilangkan nyawa orang lain. Bripka CS menghilangkan nyawa S, FSS
dan M.
Jadi, unsur ini terpenuhi.

Jadi, Bripka CS dapat dikenakan Pasal 338 KUHP.

Pasal 65 KUHP:

1. Perbarengan beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan yang


berdiri sendiri-sendiri, sehingga merupakan beberapa kejahatan
Bripka CS telah melakukan tiga pembunuhan. Tiap pembunuhan itu: pembunuhan
terhadap S, pembunuhan terhadap FSS dan pembunuhan terhadap M dianggap
sebagai perbuatan yang berdiri sendiri-sendiri.
2. Yang diancam dengan pidana pokok yang sejenis
Pembunuhan diancam dengan pidana penjara.

Pasal 65 KUHP termasuk dalam ajaran Penggabungan Tindak Pidana.

Penggabungan tindak pidana berarti penggabungan beberapa tindak pidana, yang


dilakukan dengan satu atau lebih dari satu perbuatan, dan di antara beberapa tindak
pidana itu belum ada putusan hakim, dan beberapa tindak pidana itu akan diadili
sekaligus.

Dalam KUHP ada 3 pengelompokkan penggabungan tindak pidana:

1. Concursus idealis
Satu perbuatan melanggar beberapa pasal.
Contoh: Memperkosa perempuan di taman dapat dikenakan pasal pemerkosaan dan
penggangguan ketertiban umum.
2. Perbarengan tindakan berlanjut
Antara perbuatan-perbuatan tersebut ada hubungan sedemikian rupa sehingga
harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut.
Contoh: Mencuri TV dengan mengambil parts-nya.
3. Concursus realis
Perbuatannya tidak hanya satu, tapi perbuatan-perbuatan itu belum disidangkan.

Dalam kasus ini, Bripka CS melakukan tiga pembunuhan, maka ini termasuk dalam
kategori concursus realis.

Concursus realis, menurut doktrin, dibagi menjadi dua:

1. Concursus realis homogenius


Melakukan beberapa perbuatan dan perbuatan-perbuatan tersebut melanggar suatu
ketentuan pidana beberapa kali.
2. Concursus realis heterogenius
Melakukan beberapa perbuatan dan perbuatan-perbuatan tersebut melanggar
beberapa ketentuan pidana yang berbeda.

Dalam kasus ini, Bripka CS melakukan tiga pembunuhan, maka termasuk dalam
concursus realis homogenius.

Jadi, kasus ini memenuhi unsur pasal 65 KUHP penggabungan tindak pidana karena
Bripka CS membunuh tiga orang dan di antara tindak-tindak pidana itu belum ada
keputusan hakim dan ancaman pidananya adalah sama yaitu penjara.

Penyertaan dalam perbuatan pidana

Penyertaan dalam perbuatan pidana atau deelneming adalah ajaran umum yang dibuat
untuk menuntut perbuatan mereka yang memungkinkan pelaku melakukan tindak pidana.
Mereka tetap dimintakan pertanggungjawaban karena tanpa adanya bantuan mereka,
tindak pidana tersebut tidak akan terjadi, walaupun mereka tidak memenuhi semua unsur
tindak pidana.

Penyertaan diatur dalam Bab V KUHP:

Melakukan (Pleger)

Menyuruh melakukan (Doenpleger)


Pasal 55 KUHP (dianggap sebagai pelaku)
Turut serta melakukan (Medepleger)

Penyertaan Membujuk melakukan (Uitlokker)

Sengaja memberi bantuan saat kejahatan


dilakukan
Pasal 56 KUHP (pembantu lakuan)
sengaja memberi kesempatan, sarana, atau
keterangan untuk melakukan kejahatan
Penyertaan yang dianggap sebagai pelaku:

1. Melakukan (pleger)
Adalah orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi semua unsur tindak
pidana.
2. Menyuruh melakukan (doen pleger)
Melakukan perbuatan pidana dengan perantaraan orang lain sebagai “alat”. Yang
menyuruh disebut ‘pelaku tidak langsung’ atau ‘aktor intelektual’. Yang disuruh
adalah ‘pelaku langsung’ atau ‘manus ministra’.
Persyaratan:
i. Alat yang dipakai adalah manusia
ii. Orang tersebut melakukan
iii. Orang tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban
iv. Kehendak ada di penyuruh
v. Penyuruh yang dimintakan pertanggungjawaban

Orang yang disuruh tidak dapat dipidana dan yang menyuruh dianggap sebagai
pelaku, seolah-olah dia melakukan tindak pidana itu sendiri.

Tidak dapat dipertangungjawabkan: Pasal 44, 45, 48, 51 (2), Avas, Putatif delict.

Contoh: A memiliki niat melakukan tindak pidana kepada B karena dendam. A


menyuruh B melakukannya dan B ini tidak dapat dimintakan
pertanggungjawabannya (mengira perintah jabatan yang sah, lemah akal, gila).
3. Turut serta melakukan (medepleger)
Dengan sengaja turut mengerjakan sesuatu yang dilarang menurut UU.
Turut melakukan suatu tindak pidana:
i. Mereka memenuhi semua rumusan delik
ii. Salah satu memenuhi semua rumusan delik
iii. Masing-masing hanya memenuhi sebagian rumusan delik.

Syarat:

i. Kerjasama secara sadar (bewuste samenwerking): mengetahui dan


merencanakan bersama.
a. Menyadari akan niat melakukan tindak pidana
b. Menyadari akan melakukannya bersama sama
c. Kesadaran tidak perlu timbul jauh sebelum tindak pidana, tetapi dapat timbul
saat terjadinya peristiwa.
ii. Pelaksanaan secara fisik: pembagian-pembagian tugas.
Semua anggota memiliki andil, meskipun tidak perlu semua peserta
memenuhi unsur tindak pidana.
iii. Tujuan bersama
4. Membujuk melakukan (uitlokker)
Orang yang membujuk orang lain untuk melakukan suatu tindak pidana dengan
menggunakan saran yang ditentukan oleh UU.
Syarat:
i. Kesengajaan untuk membujuk orang lain melakukan tindak pidana.
ii. Upaya pembujukan limitative ditentukan dalam pasal 55 (2)
iii. Kehendak pelaku timbul akibat bujukan
iv. Pelaku melakukan perbuatan mana yang dikehendaki oleh pembujuk.
v. Pelaku harus dapat dipertanggungjawabkan.
Cara-cara menggerakan:
i. Memberikan sesuatu
ii. Memberikan janji
iii. Menyalahgunakan kekuasaan atau martabat
iv. Kekerasan (walaupun dalam tahap ringan)
v. Ancaman atau penyesatan
vi. Kesempatan
vii. Sarana
viii. Keterangan

Pembujukan menurut doktrin:

i. Pembujukan sampai taraf percobaan


Sudah dilakukan, tetapi sampai tahap percobaan saja.
ii. Percobaan yang gagal
Yang terbujuk mengurungkan niatnya.
iii. Pembujukan tanpa akibat:
Pelaku sama sekali tidak terbujuk untuk melakukan delik.

Dalam kasus ini, Bripka CS adalah Pelaku (pleger)

Jenis delik:

1. Delik kejahatan dan delik pelanggaran


Pembunuhan diatur dalam buku II KUHP tentang Kejahatan, sehingga pembunuhan
termasuk dalam kejahatan.
2. Delik materiil dan delik formil
Pembunuhan adalah delik yang menitikberatkan pada akibat, yaitu hilangnya nyawa
orang lain, sehingga termasuk dalam delik materiil.
Delik formiel adalah yang dititikberatkan pada perbuatan fisiknya, delik dianggap
selesai saat perbuatan fisik dilakukan. Contoh: pemerkosaan.
3. Delik komisi dan delik omisi
Delik komisi adalah delik yang dilakukan dengan cara berbuat, sehingga
pembunuhan termasuk dalam delik komisi.
Delik omisi adalah delik yang dilakukan dengan cara tidak berbuat, contohnya tidak
menolong orang yang memerlukan pertolongan.
4. Delik dolus dan delik culpa
Dolus berarti sengaja, dalam kasus ini AF dan MJ sengaja membunuh Taiwan,
Hernema dan Oro Aro.
5. Delik biasa dan delik aduan
Delik biasa adalah delik yang bisa dilaporkan oleh siapa saja dan kemudian ditindak
lanjuti oleh pihak berwenang. Pembunuhan adalah delik biasa.
Delik aduan adalah delik yang hanya bisa ditindaklanjuti oleh pihak berwenang
apabila ada aduan dari korban.
6. Delik yang berdiri sendiri dan delik berlanjut
Pembunuhan adalah delik yang berdiri sendiri, sehingga kasus ini merupakan delik
yang berdiri sendiri.
Delik berlanjut adalah delik yang mengambil beberapa rentang waktu untuk selesai,
contoh penculikan.
7. Delik tunggal dan delik berangkai
Delik tunggal adalah delik yang terdiri dari satu tindak pidana, kasus ini adalah delik
tunggal.
Delik berangkai terdiri dari beberapa tindak pidana yang saling berkaitan.
8. Delik sederhana dan delik berkualifikasi atau berprivilege
Pasal 338 yang dikenakan terhadap MJ dan AF adalah delik sederhana.
Delik berkualifikasi adalah delik yang ditambah syarat untuk diperberat, contoh pasal
340 KUHP. Delik berprivilege adalah delik yang diringankan.
9. Delik propia dan delik komun
Delik propia adalah delik yang hanya bisa dilakukan oleh orang tertentu.
Delik komun adalah delik yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Pembunuhan dalam hal
ini adalah delik komun.
10. Delik politik dan delik komun
Delik politik adalah delik yang melibatkan unsur politik.
Delik komun adalah delik yang tidak berhubungan dengan unsur politik.
Pembunuhan dalam hal ini tidak berhubungan dengan unsur politik sehingga
merupakan delik komun.

Anda mungkin juga menyukai