Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aulia Khairunnisa S

NIM: B011211383

Tugas HUKUM PIDANA A

“Carilah contoh kasus perbarengan”

Contoh Kasus Perbarengan


www.Liputan6.com, Magelang
Perampokan bersenjata api di Jalan Raya Gulon, Muntilan, Magelang, Selasa (15/9)
petang membuat geger warga Jawa Tengah. Perampokan tersebut menimpa mobil jasa
pengiriman uang milik PT Kelola Jasa Arta (Kejar) dengan nomor polisi B 8399 MW. Tiga
orang yang berada dalam mobil tewas seketika dengan luka tembakan.

Tiga korban tewas Agus Sutrimo, warga Kebumen, Arif Wirahadi ,30, warga Dusun
Gendol, Kelurahan Klopo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, serta Brigadir
Murdiono seorang anggota Brimob Polda DIY, yang bertugas mengawal mobil Izusu Panther
milik PT Kejar. Sebelum terjadinya perampokan, ketiganya baru saja mengambil uang dari
Bank Danamon Kota Magelang dan Muntilan. Menurut saksi mata, sebelum mobil menabrak
tiang telepon terdengar suara rentetan tembakan. Namun, perampok tak sempat mengambil
uang yang ada dalam brankas mobil sebab warga sudah banyak yang mendekati

Setelah ditangkap, pelaku, Edi, mengakui bahwa itu telah direncanakan sebelumnya
oleh Kusdarmanto. “Sehari sebelum eksekusi, saya dan Kusdarmanto sempat rapat dua kali
mau bagaimana nanti,” ujar Edi. Saat eksekusi, Edi bertugas sebagai pembuka pintu belakang
mobil PT. Kelola Jasa Artha (Kejar) untuk mengambil uang senilai Rp 2 miliar di brankas.
Sedangkan Kusdarmanto berperan sebagai pengeksekusi tiga penumpang mobil tersebut.

Menurut Kepala Satuan Reserse Kriminal Polisi Resort Magelang Inspektur Satu Aris
Suwarno, Edi Syamsul Bahri ditangkap akan dijerat hukuman dengan pasal 339 dengan
hukuman maksimal 20 tahun penjara. Saat penangkapan, pihaknya bekerja sama dengan
Polres Makassar Barat, Sulawesi Selatan. “Kami sudah berkoordinasi sebelumnya,” ujarnya.
Dua terdakwa kemudian divonis hukuman mati. Vonis untuk Kusdarmanto dan Syamsul
Bahri dijatuhkan majelis hakim dalam sidang di Pengadilan Negeri Mungkid, Magelang,
Jawa Tengah, Kamis(1/4).

Majelis hakim menilai, kedua terdakwa memenuhi unsur pasal pembunuhan


berencana sehingga pantas diganjar hukuman mati. Atas putusan ini, kedua terdakwa melalui
kuasa hukumnya menyakan naik banding.
Sumber : Poskota, tempo interaktif, dan Liputan6.com

Analisis
Gabungan, adalah satu orang yang melakukan beberapa peristiwa pidana. Dalam
penentuan berat hukuman, terdapat perbedaan pendapat, yaitu..
Kemudian terdapat dua jenis gabungan :
1. Concursus idealis
Tersinggung dalam pasal 63 ayat 1 KUHP, yaitu : “Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih
dari satu aturan pidana, maka yang dikenakan hanya salah satu diantara aturan-aturan itu, jika
berbeda-beda yang dikenakan yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat”
Alasannya adalah :

Barangsiapa yang telah memberanikan diri untuk mengadakan delik yang lebih berat,
tidak akan mundur apabila ia kemudian mengetahui bahwa pada saati ia akan
melakukan delik yang lebih berat itu sekaligus juga akan melakukan satu delik yang
lebih ringan, sehingga menjatuhkan hanya satu hukuman itu.
Maksimum hukuman yang ditentukan dalam ketentuan pidana ditujukan pada
penghukuman peristiwa (pidana) yang paling berat, dan delik yang lebih ringan tidak
boleh dijadikan alas an memperberat hukuman maksimum tersebut Sehingga kedua
alasan tersebut dapat dipakai sebagai alasan-alasan untuk menjatuhkan hanya satu
hukuman saja, yaitu hukuman yang terberat.

2. Concursus realis(pasal 65,66,70.70 bis KUHP)


Pada suatu saat peristiwa yang satu dicatat terlepas sekali dari peristiwa yang lain, dan
sebaliknya, sehingga peristiwa-peristiwa yang bersangkutan dilihat terpisah yang satu dari
yang lain. Jonkers menyatakan, concursus realis adalah segala yang tidak merupakan
concursus idealis atau perbuatan terus menerus.
Tiga ukuran untuk menentukan beratnya hukuman :

Sistem absorpsi yang diperberat


Sistem kumulasi yang diperingan
Sistem kumulasi murni (sistem kumulasi yang tidak terbatas)
Diadakan perbedaan antara :
- Kejahatan-kejahatan yang diancam dengan hukuman-hukuman utama yang sejenis
Diatur dalam pasal 65 KUHP ayat (1) : “ Dalam hal perbarengan beberapa perbuatan
yang harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri-sendiri, sehingga
merupakan beberapa kejahatan, yang diancam dengan pidana pokok yang sejenis,
maka hanya dijatuhkan satu pidana”
Dan pasal 65 ayat (2) KUHP : “ Maksimum pidana yang dijatuhkan ialah jumlah
maksimum pidana yang diancamkan terhadap perbuatan itu, tetapi tidak boleh lebih
dari maksimum pidana yang terberat ditambah sepertiga” Jadi teranglah bahwa oleh
hakim ditetapkan hanya satu hukuman saja (absorpsi)
- Kejahatan-kejahatan yang diancam dengan hukuman-hukuman utama yang tidak
sejenis Ditentukan dalam pasal 66 ayat (1) KUHP, yaitu : “dalam hal perbarengan
beberapa perbuatan yang masing-masing harus dipandang sebagai perbuatan yang
berdiri sendiri-sendiri, sehingga merupakan beberapa kejahatan, yang diancam dengan
pidana pokok yang tidak sejenis, maka dijatuhkan pidana atas tiap-tiap kejahatan,
tetapi jumlahnya tidak boleh melebihi maksimum pidana yang terberat ditambah
sepertiga”
- Pelanggaran-pelanggaran

Ringakasan kasus : Kasus yang terjadi adalah pelaku melakukan perampokan


(pencurian) senilai 2 Miliar di mobil dengan membunuh 3 korban terlebih dahulu
yang telah direncanakan sebelumnya namun perbuatan yang dilakukan tidak selesai
(pogging)
I. Berdasarkan kasus, pelaku dikenai Pasal 365 ayat (4) KUHP tentang pencurian,
yaitu “Diancam dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau selama waktu
tertentu paling lama duapuluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau
mati dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, pula desertai oleh
salah satu hal yang diterangkan dalam no.1 dan 3”
Unsur-unsurnya :
1. Perbuatan mengakibatkan luka berat atau mati Dalam kasus pelaku menyebabkan
matinya 3 orang korban
2. Dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu Dalam kasus, plaku
melakukan tindak pidana berdua dan telah melakukan koordinasi sebelumnya
mengenai perencanaan pencurian yang didahului dengan pembunuhan terhadap para
korban yang menjaga uang tersebut
3. Pula disertai oleh salah satu hal yang diterangkan dalam no.1 dan 3 Dalam kasus,
pasal 365 Ayat (1) KUHP, yaitu “Diancam dengan pidana penjara paling lama
Sembilan tahun, pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan, terhadap orang, dengan maksud untuk mempersiapkan atau
mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan
melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang
dicurinya”,
Unsur-unsurnya :

Pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan, terhadap orang
Dalam kasus, pelaku melakukan kekerasan (menembak) para korban (orang) untuk
mendahului pencurian tersebut
Dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal
tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya,
atau untuk tetap menguasai barang yang dicurinya

Dalam kasus perbuatan yang dilakukan pelaku sudah direncanakan terlebih dahulu agar
dapat mencuri uang yang dijaga ketat oleh ketiga korban dengan tujuan untuk tetap
menguasai barang yang dikuasainya
Maka pasal 365 ayat (1) KUHP terpenuhi unsur-unsurnya
Kemudian Pasal 365 ayat (3) KUHP, yaitu “ jika perbuatan mati, maka dikenakan pidana
penjara paling lama limabelas tahun” Sehingga pasal 365 ayat (4) KUHP
Unsur-unsurnya :
a. jika perbuatan mati
Dalam kasus, ketiga korban mati
Maka pasal 365 ayat (3) KUHP terpenuhi unsur-unsurnya
Sehingga Pasal 365 ayat (4) KUHP terpenuhi unsur-unsurnya

II.Selain itu, berdasarkan kasus pelaku dikenai Pasal 340KUHP tentang pembunuhan
berencana, yaitu “Barangsiapa sengaja dan dengan terencana terlebih dahulu merampas
nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana
mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama duapuluh
tahun”
Unsur-unsurnya :

1. Mencoba melakukan kejahatan dipidana Dalam kasus telah melakukan penembakan


terhadap ketiga korban dan mencoba mencuri brankas
2. Jika niat untuk itu telah nyata dari adanya permulaan pelaksanaan Dengan telah
membunuh dan telah hampir mencuri brankas
3. Dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena
kehendaknya sendiri Dengan sebab keburu ketahuan warga

Sehingga pasal 53 KUHP ayat (1) terpenuhi unsur-unsurnya


Tindak pidana yang dilakukan terlepas sekali dari peristiwa yang lainnya, yaitu pembunuhan
yang dibarengi dengan pencurian, sehingga peristiwa-peristiwa yang bersangkutan dilihat
terpisah yang satu dari yang lain.
Atas dasar itulah maka kasus tersebut masuk kedalam kategori Concursus realis Berdasarkan
pendapat Jonkers,
- Kejahatan-kejahatan yang diancam dengan hukuman-hukuman utama yang tidak sejenis
Ditentukan dalam pasal 66 ayat (1) KUHP, yaitu : “dalam hal perbarengan beberapa
perbuatan yang masing-masing harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri-
sendiri, sehingga merupakan beberapa kejahatan, yang diancam dengan pidana pokok yang
tidak sejenis, maka dijatuhkan pidana atas tiap-tiap kejahatan, tetapi jumlahnya tidak boleh
melebihi maksimum pidana yang terberat ditambah sepertiga”
Unsur-unsurnya :
1. dalam hal perbarengan beberapa perbuatan yang masing-masing harus dipandang sebagai
perbuatan yang berdiri sendiri-sendiri Tindakan yang dilakukan masuk kedalam delik mandiri
dimana peristiwa-peristiwa yang bersangkutan terpisah satu sama lain (bukan berlanjut)
sehingga dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendriri-sendiri
2. sehingga merupakan beberapa kejahatan Dalam kasus, yang dilakukan adalah pembunuhan
berencana dan pencurian yang masuk dalam delik kejahatan
3. yang diancam dengan pidana pokok yang tidak sejenis 4. dimana pidana pokok yang
dilakukan tidak sejenis yaitu pembunuhan dan pencurian sehingga Pasal 66 ayat (1) KUHP
terpenuhi unsur-unsurnya Dalam kasus Pasal 365 ayat (4) KUHP dengan ancaman hukuman
pidana mati atau penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama duapuluh
tahun, dan Pasal 340 KUHP dengan ancaman hukuman pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama duapuluh tahun, dalam jumlah
hukuman, kedua nya memiliki ancaman hukuman pokok terberat yang sama, yaitu pidana
mati.
Dalam pemutusan yang digunakan adalah maksimum pidana terberat ditambah
sepertiga, yaitu pidana pokok mati ditambah sepertiga, yang dapat dikatakan pidana mati
Namun yang perlu diingat bahwa kasus tersebut memenuhi unsure percobaan (pogging) yang
diatur dalam Pasal 53 KUHP, sehingga berdasarkan Pasal 53 ayat (3) KUHP maka hukuman
mati yang diterima pelaku dijatuhkan penjara paling lama lima belas tahun.

Dalam hal ini kemudian ditarik Pasal 66 ayat (1) KUHP bahwa pidana yang terberat
ditambah sepertiga dan berdasarakan pasal 53 ayat (2) KUHP yaitu percobaan dapat
dikurangi sepertiga, maka hasil yang didapat adalah sama saja, yaitu Lima Belas Tahun
Penjara

Anda mungkin juga menyukai