Anda di halaman 1dari 15

ETIOLOGI KRIMINAL PADA TINDAK PIDANA

PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kriminologi

Oleh
Aulia Parvasani
171003742014732

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SEMARANG
2018
BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH

Negara indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat),


tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (macthtsstaat). Hukum pidana merupakan
bagian daripada hukum pada umumnya, maka fungsi hukum pidana juga sama
dengan fungsi hukum pada umumnya, yaitu mengatur hidup kemasyarakatan dan
menyelenggarakan tata dalam masyarakat.
Kejahatan merupakan gejala sosial yang tak kunjung ada habisnya untuk
dikaji, hal ini mengingat semakin berkembangnya kejahatan seiring dengan
perkembangan hidup manusia. Kejahatan sebagai fenomena sosial lebih banyak
dipengaruhi oleh berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat seperti politik,
ekonomi, sosial budaya dan hal-hal yang berhubungan dengan upaya pertahanan.
Mereka yang melakukan kejahatan harus mendapat sebuah sanksi tegas dari negara.
Sanksi tersebut dapat berupa kurungan, penjara, denda atau pidana mati. ini sesuai
dengan Pasal 10 KUHP.
Salah satu bentuk kejahatan yang mejadi fenomena kompleks saat ini adalah
kejahatan atau tindak pidana pencurian. Kasus pencurian yang kerap terjadi akhir-
akhir ini semakin membuat resah. Tampaknya para pelaku pencurian juga sudah tidak
takut lagi akan ancaman hukuman atau pidana yang dapat menjerat mereka jika
terbukti melakukan pencurian, yaitu penjara maksimal 5 (lima) tahun untuk pencurian
biasa, atau penjara maksimal 9 (sembilan) tahun apabila pencurian tersebut didahului,
disertai atau diikuti dengan kekerasan, dan bahkan hukuman mati atau penjara
seumur hidup jika tindak pencurian tersebut dilakukan oleh dua orang atau lebih
menimbulkan luka berat atau meninggalnya seseorang. Sepertinya ancaman hukuman
sudah tidak membuat takut para pelaku.
Angka pencurian terus saja meningkat bahkan cara-cara yang digunakan
untuk melakukan aksi pencurian tersebut semakin canggih. Pencurian merupakan

1
tindakan kriminalitas, yang sangat mengganggu kenyamanan rakyat. Untuk itu perlu
sebuah tindakan konsisten yang dapat menegakkan hukum, sehingga terjalin
kerukunan. Kemiskinan yang banyak mempengaruhi perilaku pencurian adalah
kenyataan yang terjadi di tengah masyarakat, ini dapat dibuktikan dari rasio
pencurian yang makin meningkat di tengah kondisi obyektif pelaku di dalam
melakukan aktivitasnya, kondisi ini dapat berdampak pada beberapa aspek, yaitu
ekonomi, sosial dan lingkungan kehidupan pelaku tersebut, namun sejauh mana
aktivitas itu dapat memberikan nilai positif dalam membangun masyarakat yang taat
hukum.
Sebagaimana halnya perkembangan hidup manusia, pencurian juga
mengalami beberapa pola kemajuan dalam teknik pelaksanaannya maupun
pelakunya. Walaupun kejahatan tidak dapat dimusnahkan secara total, upaya yang
dapat ditempuh ialah dengan menekan atau mengurangi jumlah kejahatan dan
mengarahkan penjahat agar dapat kembali sebagai warga masyarakat yang baik.
Salah satu bentuk kejahatan pencurian yang akhir-akhir ini sering terjadi dan
sangat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat adalah pencurian kendaraan
bermotor. Dalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), buku ke-2 titel
XXII mulai dari Pasal 362 sampai Pasal 367 KUHP. Bentuk pokok delik pencurian
diatur dalam Pasal 362 KUHP, adalah pencurian kendaraan bermotor khususnya
kendaraan bermotor roda dua merupakan salah satu jenis kejahatan terhadap harta
benda yang banyak menimbulkan kerugian.

2
BAB II
PERMASALAHAN

Masalah yang diangkat pada makalah ini adalah: apa saja yang menjadi
etiologi kriminal pada tindak pidana pencurian kendaraan bermotor?

3
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kriminologi
Secara etimologis, kriminologi berasal dari kata crimen yang berarti
kejahatan dan logos berarti ilmu atau pengetahuan.jadi kriminologi adalah
imu/pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan. Istilah kriminologi
pertama kali di kemukakan oleh P. Topinand (1979), ahli antropologi Perancis
yang sebelumnya menggunakan istilah antropologi kriminal.
Secara yuridis, kejahatan dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang
melanggar undang-undang atau ketentuan yang berlaku dan diakui secara legal.
Secara kriminologi yang berbasis sosiologis kejahatan merupakan suatu pola
tingkah laku yang merugikan masyarakat (dengan kata lain terdapat korban) dan
suatu pola tingkah laku yang mendapatkan reaksi sosial dari masyarakat
Menurut Sutherland, kriminologi terdiri dari tiga bagian utama, yaitu:
1. etiologi kriminal, yaitu mencari secara analisis ilmiah sebab-sebab dari pada
kejahatan;
2. penologi, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sejarah lahirnya,
berkembangnya hukuman, arti dan faedahnya.
3. sosiologi hukum, yaitu analisis ilmiah terhadap kondisi-kondisi yang
mempengaruhi perkembangan hukum pidana.
Adapun yang menjadi objek kriminologi adalah:
1. Kejahatan
Kejahatan yang dimaksud disini adalah kejahatan dalam arti pelanggaran
terhadap undang-undang pidana. Disinilah letak berkembangnya kriminologi
dan sebagai salah satu pemicu dalam perkembangan kriminologi. Mengapa
demikian, perlu dicatat, bahwa kejahatan dedefinisikan secara luas, dan

4
bentuk kejahatan tidak sama menurut tempat dan waktu. Kriminologi dituntut
sebagai salah satu bidang ilmu yang bisa memberikan sumbangan pemikiran
terhadap kebijakan hukum pidana. Dengan mempelajari kejahatan dan jenis-
jenis yang telah dikualifikasikan, diharapkan kriminologi dapat mempelajari
pula tingkat kesadaran hukum masyarakat terhadap kejahatan yang
dicantumkan dalam undang-undang pidana.

2. Pelaku
Sangat sederhana sekali ketika mengetahui objek kedua dari kriminlogi ini.
Setelah mempelajari kejahatannya, maka sangatlah tepat kalau pelaku
kejahatan tersebut juga dipelajari. Akan tetapi, kesederhanaan pemikiran
tersebut tidak demikian adanya, yang dapat dikualifikasikan sebagai pelaku
kejahatan untuk dapat dikategorikan sebagai pelaku adalah mereka yang telah
ditetapkan sebagai pelanggar hukum oleh pengadilan. Objek penelitian
kriminologi tentang pelaku adalah tentang mereka yang telah melakukan
kejahatan, dan dengan penelitian tersebut diharapkan dapat mengukur tingkat
kesadaran masyarakat terhadap hukum yang berlaku dengan muaranya adalah
kebijakan hukum pidana baru.

3. Reaksi masyarakat terhadap kejahatan dan pelaku


Tidaklah salah kiranya, bahwa pada akhirnya masyarakatlah yang
menentukan tingkah laku yang bagaimana yang tidak dapat dibenarkan serta
perlu mendapat sanksi pidana. Sehingga dalam hal ini keinginan-keinginan
dan harapan-harapan masyarakat inilah yang perlu mendapatkan perhatian
dari kajian-kajian kriminologi.

5
B. Pengertian Pencurian
Tindak pidana pencurian merupakan salah satu tindak pidana yang
berkaitan dengan tindak pidana terhadap harta kekayaan orang. Tindak pidana
pencurian ini diatur dalam BAB XXII Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP), ”yang dirumuskan sebagai tindakan mengambil barang seluruhnya atau
sebagian milik orang lain, dengan tujuan memilikinya secara melanggar hukum.”
Pengertian pencurian menurut hukum beserta unsur-unsurnya dirumuskan
dalam Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, adalah berupa rumusan
pencurian dalam bentuk pokoknya yang berbunyi:
Barang siapa mengambil sesuatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik
orang lain dengan maksud untuk memiliki secara melawan hukum, diancam
karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
denda paling banyak Rp. 900; (sembilan ratus rupiah).
Adapun unsur-unsur tindak pidana pencurian ada 2 (dua), yaitu:
a. Unsur subyektif, terdiri dari:
1) Perbuatan mengambil
2) Obyeknya suatu benda
3) Unsur keadaan yang meyertai atau melekat pada benda yaitu benda
tersebut sebagian atau keseluruhan milik orang lain.
b. Unsur obyektif, terdiri dari:
1) Adanya maksud
2) Yang ditujukan untuk memiliki
3) Dengan melawan hukum.
Dalam KUHP dijelaskan ada beberapa jenis macam tidak pidana
pencurian, antara lain :
1. Pencurian Biasa ( Pasal 362 KUHP )
Pencurian biasa ini terdapat didalam UU pidana yang dirumuskan dalam pasal
362 KUHP yang berbunyi : ”Barang siapa yang mengambil barang, yang

6
sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk
memiliki barang itu dengan melawan hukum, dipidana karena mencuri dengan
pidana selamalamanya lima tahun atau dengan denda sebanyak-banyaknya
sembilan ribu rupiah”.
2. Pencurian dengan Pemberatan
Dinamakan juga pencurian dikualifikasi dengan ancaman hukuman yang lebih
berat jika dibandingkan dengan pencurian biasa, sesuai dengan pasal 363
KUHP maka bunyinya sebagai berikut : (1) ”Dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya tujuh tahun”. Seperti pencurian ternak.
3. Pencurian Ringan
Pencurian ringan dijelaskan dalam pasal 364 KUHP yang bunyinya sebagai
berikut : ”Perbuatan yang diterangkan dalam pasal 363 no.5 asal saja tidak
dilakukan dalam sebuah rumah atau dalam pekarangan yang tertutup yang ada
rumahnya, dan jika harga barang yang dicuri itu tidak lebih dari dua ratus lima
puluh ribu rupiah dipidana karena pencurian ringan, dengan pidana penjara
selama-lamanya 3 bulan atau sebanyak-banyaknya sembilan ratus rupiah”.
Sesuai jenis perinciannya, maka pada pencurian ringan hukuman penjaranya
juga ringan dibanding jenis pencurian lain. Seperti diketahui bahwa pencurian
ringan diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya tiga bulan dan
denda sebanyak sembilan ribu rupiah.
4. Pencurian dengan kekerasan
Sesuai dengan Pasal 365 KUHP maka bunyinya adalah sebagai berikut:
1) Diancam dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan tahun dipidana
pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan pada orang, dengan maksud untuk menyediakan atau
memudahkan pencurian itu atau jika tertangkap tangan, supaya ada
kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi yang turut serta melakukan

7
kejahatan itu untuk melarikan diri atau supaya barang yang dicurinya tetap
tinggal di tempatnya.
2) Dipidana penjara selama-lamanya dua belas tahun dijatuhkan : Ke-1 : Jika
perbuatan itu dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau
dipekarangan tertutup yang ada rumahnya, atau di jalan umum atau di dalam
kereta api atau trem yang sedang berjalan. Ke-2 : Jika perbuatan itu dilakukan
bersama-sama oleh dua orang atau lebih. 23 Ke-3 : Jika yang bersalah masuk
ke tempat melakukan kejahatan itu dengan memakai anak kunci palsu,
perintah palsu atau pakaian jabatan palsu. Ke-4 : Jika perbuatan itu berakibat
ada orang luka berat.
3) Dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya lima tahun jika perbuatan itu
berakibat ada orang mati.
4) Pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-
lamanya dua puluh tahun dijatuhkan jika perbuatan itu berakibat ada orang
luka atau mati dan perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau
lebih dan lagi pula disertai salah satu hal yang diterangkan dalam No.1 dan
No.3.

C. Etiologi Kriminal pada Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor


1. Faktor Pendidikan
Faktor pendidikan merupakan salah satu faktor pendorong seseorang untuk
melakukan suatu tindak pidana pencurian. Hal itu disebabkan oleh tingkat
pengetahuan mereka yang kurang terhadap hal-hal seperti aturan yang dalam
cara hidup bermasyarakat. “tingkat pendidikan dianggap sebagai salah satu
faktor yang mempengaruhi seseorang berbuat jahat (mencuri), pendidikan
merupakan sarana bagi seseorang untuk mengetahui mana yang baik dan
mana yang buruk. Dan dengan melakukan suatu perbuatan apakah perbuatan
tersebut memiliki suatu manfaat tertentu atau malah membuat

8
masalah/kerugian tertentu. Selain itu, hal tersebut juga menunjukkan daya
tangkap orang tersebut mengenai mana hal yang baik dan yang buruk juga
kurang.

2. Faktor Individu
Seseorang yang tingkah lakunya baik akan mengakibatkan seseorang tersebut
mendapatkan penghargaan dari masyarakat, akan tetapi sebaliknya jika
seseorang bertingkah laku tidak baik maka orang itu akan menimbulkan
kekacauan dalam masyarakat. Mereka yang dapat mengontrol dan
mengembangkan kepribadiannya yang positif akan dapat menghasilkan
banyak manfaat baik itu bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
Sedangkan mereka yang tidak bisa mengontrol kepribadiannya dan cenderung
terombang ambing oleh perkembangan akan terus terseret arus kemana akan
mengalir. Entah itu baik atau buruk mereka akan tetap mengikuti hal tersebut.
Terdapat pula penyebab seseorang melakukan tindak pidana, seperti yang
telah disebutkan diatas bahwa keinginan manusia merupakan hal yang tidak
pernah ada batasnya. Selain dari diri si pelaku, korban merupakan faktor yang
tidak kalah penting dalam terjadinya suatu kejahatan. Kelengahan korban
merupakan kunci dari suatu kejahatan, misalnya saja korban yang akan
mengunakan sepeda motor untuk menuju ke suatu tempat, kemudian
mengeluarkan sepeda motor tersebut di depan rumah dengan menyalakan
mesinnya terlebih dahulu, lalu korban kembali masuk ke dalam rumah untuk
mengambil sesuatu yang tertinggal. Pada titik ini kelengahan korban dapat
menyebabkan terjadinya suatu kejahatan. Seseorang yang secara kebetulan
melewati rumah tersebut melihat sepeda motor yang sudah siap untuk dibawa
pergi tanpa berpikir panjang bisa saja mengambil sepeda motor tersebut,
meskipun orang tersebut tadinya tidak memiliki niat untuk mengambil sepeda
motor tersebut.

9
3. Faktor Ekonomi
Kemiskinan merupakan sebuah fenomena yang tidak dapat ditolak di setiap
negara. Hingga sekarang belum ada jalan kelaur untuk menyelesaikan
fenomena tersebut. Plato mengemukakan bahwa disetiap negara dimana
banyak terdapat orang miskin dengan secara diam-diam terdapat banyak
penjahat, pelanggar agama dan dan penjahat dari bermacam-macam corak.
Hampir setiap tahun harga kebutuhan pokok terus meningkat, sedangkan
pendapatan tiap individu belum tentu mampu untuk mencukupi peningkatan
tersebut. Sehingga hal tersebut mengakibatkan alasan bagi seseorang untuk
melakukan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor. Kondisi
perekonomian inilah yang membuat seseorang dengan terpaksa melakukan
pencurain. Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, seseorang
melakukan pencurian tersebut tanpa pikir panjang.

4. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh atas
terjadinya tindak pencurian. Seseorang yang hidup/tinggal di dalam
lingkungan yang mendukung untuk dilakukannya pencurian, maka di suatu
waktu ia juga akan melakukan tindak pencurian tersebut. Banyak hal yang
membuat lingkungan menjadi faktor penyebab terjadinya suatu tindak
kejahatan (pencurian). Misalnya kebutuhan dalam pergaulan dengan teman
sebaya, kontrol dari lingkungan yang kurang dan pergaulan dengan seseorang
yang memiliki pekerjaan sebagai pencuri. Orang tua bertanggungjawab atas
apa yang dilakukannya oleh anaknya, ada pepatah mengatakan bahwa “buah
jatuh tidak jauh dari pohonnya” oleh sebab itu pola tingkah laku/kebiasaan
orang tua di dalam rumah tangga menentukan bagaimana sifat seorang anak
dalam pergaulannya. Selain itu bagaimana cara orang tua mendidik seorang

10
anak juga mempengaruhi bagaimana sifat seorang anak di masyarakat. R.
Owen mengatakan lingkungan yang tidak baik membuat perilaku seseorang
menjadi jahat dan lingkungan yang baik membuat perilaku seseorang menjadi
baik.

5. Faktor Penegakan Hukum


Minimnya jumlah hukuman yang dijatuhkan kepada para pelaku membuat
tidak jeranya pelaku pencurian kendaraan bermotor tersebut, sehingga pelaku
yang telah bebas dari masa hukumannya tidak takut/tidak segan-segan
mengulangi perbuatan pencurian kembali. Penerapan hukum pidana yang
kurang maksimal membuat ketidakjeraan pelaku dalam melakukan tindak
pidana. Sulit tercapainya keadilan bagi korban membuat masyarakat sedikit
demi sedikit berpaling atau tidak percaya kepada negara sebagai pelindung
hak-hak warga negara. Masyarakat cenderung melakukan caranya sendiri
untuk mengatasi apabila terjadi kejahatan di lingkungannya yaitu dengan cara
main hakim sendiri.

6. Faktor Perkembangan Global


Perkembangan global memiliki dampak yang positif bagi kemajuan suatu
negara, sedangkan bagi individu perkembangan global merupakan suatu
sarana untuk menunjukan bahwa dia adalah seseorang yang mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya dalam masa perkembangan global tersebut.
Selain itu seseorang yang memiliki sesuatu (harta) yang lebih dipandang
sebagai orang yang sukses, hal ini tentunya membuat setiap orang dalam
masyarakat bersaing satu sama lainnya untuk menunjukkan bahwa dirinyalah
yang paling unggul. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa orang yang tadinya
kurang mampupun akan ikut bersaing meskipun mengunakan cara-cara yang
salah. Kebanyakan dari mereka lebih memilih cara yang praktis daripada

11
harus bekerja lebih keras tanpa memikirkan resiko apa yang akan diterimanya
kelak atas perbuatan yang telah ia lakukan. Media massa memberikan
rangsangan terhadap pemikiran-pemikiran seseorang dalam kehidupan
bermasyarakat. Bahkan tidak jarang tayangan televisi memberikan contoh-
contoh melakukan pencurian kendaraan bermotor, meskipun pada dasarnya
tayangan tersebut bukan bermaksud untuk memberikan suatu contoh.
Pemikiran dan daya tangkap masing-masing individu tentulah berbeda-beda
pula, oleh sebab itu, tayangan televisi dapat memberikan suatu kesan yang
buruk bagi seseorang. Meskipun telah dijelaskan diatas mengenai faktor-
faktor yang menyebabkan seseorang melakukan tindak pidana pencurian
kendaraan bermotor, tetapi tidak menutup kemungkinan munculnya faktor-
faktor baru yang semakin komplek mengingat terjadinya perkembangan di
segala bidang itu sendiri.

12
BAB IV
KESIMPULAN

Dari uraian diatas, dapatlah kita ambil kesimpulan bahwa:


- Tindak pidana pencurian merupakan salah satu tindak pidana yang berkaitan
dengan tindak pidana terhadap harta kekayaan orang. Tindak pidana pencurian ini
diatur dalam BAB XXII Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Salah
satu bentuk kejahatan pencurian yang akhir-akhir ini sering terjadi dan sangat
mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat adalah pencurian kendaraan
bermotor. Pencurian kendaraan bermotor khususnya kendaraan bermotor roda dua
merupakan salah satu jenis kejahatan terhadap harta benda yang banyak
menimbulkan kerugian
- Etiologi kriminal atau faktor yang menjadi penyebab terjadinya kejahatan
pencurian kendaraan bermotor antara lain:
1) faktor individu
2) faktor lingkungan;
3) faktor ekonomi;
4) faktor pendidikan;
5) faktor penegakan hukum
6) faktor perkembangan global

13
DAFTAR PUSTAKA

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


Wijaya, Yogapermana. 2014. Peranan Hukum Dalam Kehidupan Demokrasi di
Indonesia.
Windia, Wayan P, dkk. 2009. Hukum dan Kebudayaan. Denpasar
Prodjodikoro, Wirjono. 2008. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia. Jakarta: Refika
Aditama
Zabidin. 2014. Diktat Kuliah Kriminologi Semarang: Fakultas Hukum Untag

14

Anda mungkin juga menyukai