PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh:
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menjadi suatu hal yang sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia
berarti hukum tidak terlepas atas pengaruh timbal balik dari keseluruhan
oleh masyarakat, berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak yang berwajib
dan damai, akan tetapi upaya tersebut tidak mungkin akan terwujud secara
1
Saut P. Panjaitan, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Asas, Pengertian, dan Sistematika), (Palembang:
Universitas Sriwijaya, 1998), hlm. 57.
1
2
dilakukan pada waktu malam hari dan pelaku dari perbuatan pidana tersebut
barang milik orang lain untuk dimilikinya secara melawan hukum. Pelaku
kekerasan atau dengan kata lain, para pencuri di dalam melakukan aksinya
pelaku dari perbuatan tindak pidana pencurian itu sudah terorganisir dengan
rapinya, terbukti pelaku dari kasus perbuatan tindak pidana pencurian yang
aksi nya dilakukan lebih dari satu orang. Baik kedudukan mereka sebagai
pelaku utama, sebagai penadah dari hasil pencurian, maupun sebagai pelaku
2
Endro Didik, Hukum Pidana, Surabaya : Airlangga University Press, 2016, cetakan ke-1, Hlm.63
3
menegaskan bahwa:
memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap
sangat logis apabila jenis kejahatan pencurian dengan kekerasan ini menjadi
kasus yang sering dijumpai diantara jenis kejahatan lainnya. Hal tersebut
miliknya baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak. Tindak pidana
3
Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman. 1983, KUHP,
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarta, Penerbit Sinar Harapan, hal. 142
4
satu dengan manusia yang lainnya dan hubungan antara manusia dengan
negara agar segala sesuatunya berjalan dengan tertib. Oleh karena itu, tujuan
maka masalah kriminalitas perlu mendapat perhatian yang serius dari semua
setiap hari terjadi hubungan antara anggota - anggota masyarakat yang satu
atau kejadian yang dapat menggerakkan peristiwa hukum. Hal ini pula yang
saat ini.
yang terkait atau pun menakut-nakuti korban dengan senjata tajam untuk
Pasal 365 Ayat (2) Ke-1 dan Ke-(2) KUHP; atau Pasal 363 Ayat (1) Ke-4
ringan maupun luka berat, selain mengalami kerugian fisik korban juga
mengalami kerugian materiil dan psikis, oleh karena itu tindak pidana
4
P.A.F. Lamintang, 1990, Hukum Pidana Indonesia, Bandung : Penerbit Sinar Baru, hal 60
6
macam modus operandi dengan melihat pada tempat atau lokasi yang akan
kemajuan teknologi dimasa saat ini, modus operandi para penjahat juga
didalam masyarakat.
dengan kejahatan.
dilakukannya kejahatan.
5
Mulyana W. Kusumah, Clipping Service Bidang Hukum, Majalah Gema, 1991. Diakses di
internet pada tanggal 24 September 2022 dari situs: http://eprints.ums.ac.id
7
diproses dan dijatuhi vonis oleh hakim, maka terkadang dan bahkan sering
berbeda antara putusan hakim satu dengan putusan hakim lainnya, dalam
itu. Bahkan apabila terdakwa pelaku kejahatan itu melakukan upaya hukum
bantuan dan sebagainya itu harus juga diberikan pada waktu atau sebelum
yang berjudul :
B. Rumusan Masalah
PN.JKT..BRT ?
C. Tujuan Penulisan
sama.
9
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis :
kekerasan.
2. Secara praktis :
dengan kekerasan.
10
kekerasan.
E. Kerangka Teori
saja namun lebih dari itu harus dilakukan dengan berbagai pendekatan
keadaan dan situasi pada waktu dan untuk masa yang akan datang.
6
Aloysius Wisnubroto, Kebijakan Hukum Pidana, Universitas Atmajaya, Yogyakarta, 1999., hlm.
11
11
keadilan dan daya guna.7 Dengan kata lain, bahwa tujuan yang hendak
policy ini diterjemahkan pula dengan politik hukum pidana. Istilah penal
policy ini mempunyai pengertian yang sama dengan istilah criminal law
pidana. 8
7
Sudarto. Hukum & Hukum Pidana. Alumni, Bandung, 1981, hlm 161.
8
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan,
Citra Adiitya Bakti, Bandung, 2001, hlm.26
12
hukum pidana dapat ditinjau dari sudut politik hukum dan politik
peraturan hukum positif (the positive rules) dan juga kepada para
juga merupakan bagian dari kebijakan atau politik kriminal. Oleh karena
itu, dilihat dari sudut pandang kebijakan kriminal atau politik kriminal
baik sesuai dengan keadaan dan situasi yang ada pada saat ini maupun
yang akan datang serta kebijakan negara melalui badan yang berwenang
9
Ibid,, hlm. 28
13
citakan.
10
Ibid,, hlm..6
11
Hanafi Amrani, Mahrus Ali, 2015, Sistem Pertanggungjawaban Pidana, Jakarta,Rajawali Pers,
hlm-52
15
semua karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung
atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara
politik.13
F. Orisinalitas Penelitian
G. Sistematika Penulisan
12
Chairul Huda, Dari Tindak Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada Pertanggung jawab
Pidana Tanpa Kesalahan, Cetakan ke-2, Jakarta, Kencana, 2006, hlm-68
13
Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 335-337
BAB II
terjemahan dari bahasa Belanda "straf" yang dapat diartikan juga sebagai
yang berasal dari kata "straf" ini dan istilah "dihukum" yang berasal dari
14
Soerjono Soekamto dan Purnadi Purbacaraka, Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum,
(Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 85
16
17
Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum
pidana Belanda yaitu strafbaar feit. Walaupun istilah terdapat dalam WvS
Belanda, dengan demikian juga WvS Hindia Belanda (KUHP), tetapi tidak
ada penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar feit itu.
Karena itu, beberapa ahli hukum berusaha untuk memberikan arti dan isi
Strafbaar feit secara harfiah terdiri dari tiga kata, yaitu straf yang
15
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana (Jakarta: PT.Bima Aksara, 1993), hlm. 35.
16
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana,(Jakarta:Rajawali pres, 2012), hlm.4.
17
Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: PT. Citra Adityta Bakti, 1996),
hlm.7.
18
tidak mungkin berupa kelakuan alam, karena yang dapat berbuat dan
18
M.Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amazah, 2012), hlm.25.
19
Ibid, hlm.26
19
20
R. Tresna, Azas-Azas Hukum Pidana, Jakarta, Tiara Limit, hlm. 27.
21
Sudarto, 1990, Hukum Pidana I, Semarang, Fakultas Hukum UNDIP, hlm. 38.
22
Wirjono Prodjodikoro, 1986, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, Bandung, Eresco, hlm. 55.
23
Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2001), hlm.22.
20
kepentingan umum. 24
sebagai berikut:
24
Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, hlm.11.
21
keseluruhan.
lainnya seperti yang diatur dalam Pasal 188 dan Pasal 360
KUHP.
22
tetapi dapat dilakukan secara tidak aktif atau tindak pidana yang
25
Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2001), Hlm.25-27.
23
korban.
berulang.26
pidana yang juga disebut tindak pidana atau delik terdiri atas unsur subjektif
26
Amir Ilyas, Asas-asas Hukum Pidana (Yogyakarta: Rangkang Education & PuKab, 2012), hlm.
28.
27
R. Abdoel Djamali,Pengantar Hukum Indonesia Edisi Revisi (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),
hlm. 175
25
juga disebut tindak pidana atau delict ialah suatu perbuatan atau rangkaian
itu.
dengan unsur subjektif adalah unsur yang melekat pada diri si pelaku
28
Leden Marpaung, Asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm. 10
27
Ke-2 Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan
bersekutu.
29
Andi Hamzah, Delik-Delik Tertentu (Specialle Delicten) di dalam KUHP.2007. hlm. 77
28
pada Pasal 365 KUHPidana ini sama dengan yang dipunyai oleh Pasal 362
a. Mempersiapkan atau
b. Memudahkan atau
unsur :
a. Waktu malam
c. di jalan umum,
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Spesifikasi Penelitian
penelitian ini dan agar dapat memberikan hasil yang bermanfaat maka
31
32
penelitian ini juga, dapat digunakan untuk mencari asas hukum yang
analitis ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, karena
yang ada atau fakta yang ada dan mendeskripsikan sebuah masalah.
sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah ada.
dan pendapat ahli hukum yang berkaitan dengan penelitian ini, ataupun
efektivitas penelitian, yaitu dengan pemisahan secara garis besar antara data
30
Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 13.
31
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1996), hlm. 63.
32
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.
27-28.
33
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.205
33
yaitu:
a. Kamus Hukum
c. Pedoman EYD
D. Lokasi Penelitian
Ibukota Jakarta 11410, Telepon (021) 53661110. Lokasi ini dipilih oleh
peneliti berdasarkan pada data pra riset yaitu peneliti menggunakan putusan
1. Studi Kepustakaan.
35
EYD.
2. Teknik Wawancara
dengan cara mencari dan menentukan hubungan antara data yang diperoleh
ii