Anda di halaman 1dari 10

1.

Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan


Sebelum membahas definisi dari tindak pidana pembunuhan, mari simak arti dan
makna tindak pidana itu sendiri terlebih dahulu. Tindak pidana merupakan suatu
sebutan yang diketahui dalam hukum pidana Belanda dengan “Strafbaar feit”, yang
sebenarnya merupakan istilah resmi dalam Strafwetboek atau Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, yang sekarang berlaku di Indonesia. Menururt Wirjono Prodjodikoro
tindak pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman
pidana.( Wirjono Projodikoro, 2003:55).1 Tindak pidana pembunuhan dapat diartikan
sebagai suatu perbuatan kriminal yang dapat menyebabkan hilangnya nyawa
seseorang yang dilakukan baik dengan sengaja ataupun tidak sengaja, dan baik
dengan perencanaan atau tanpa perencanaan. 2 Jika dilihat dari segi segi hukum,
peristiwa pembunuhan dilatarbelakangi oleh KUHP Bab XIX tentang kejahatan
terhadap nyawa Pasal 338-350. Dimana dalam pasal 338 disebutkan bahwa
“barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan,
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”. Seperti yang telah kita ketahui
bahwa segala bentuk kriminalitas tidak dapat dibiarkan begitu saja, siapapun yang
melakukannya harus bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya tersebut. Jika
dilihat secara termonologi tindak pidana pembunuhan adalah mengenai membunuh,
atau perbuatan membunuh. Tindak pidana pembunuhan ini dapat terjadi tanpa
perencanaan atau dengan perencanaan. Tindak pidana pembunuhan telah diatur dalam
KUHP pasal 338, sedangkan tindak pidana pembunuhan berencana diatur dalam
KUHP pasal 340 yang menyebutkan “Barang Barangsiapa sengaja dan dengan
rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan
dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. 3 Tindak pidana pembunuhan
berencana ini merupakan tindakan pembunuhan yang sebelumnya telah terdapat suatu
rangkaian peristiwa pembunuhan yang akan dilakukan.

Tindak pidana seperti ini juga tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja, tetapi bisa
juga menimpa anak-anak. Biasanya yang menjadi pemicu kejadian tersebut adalah
peristiwa melahirkan diluar perkawinan yang sah. Hal seperti ini dinilai sebagai suatu
peristiwa memalukan yang harus disembunyikan, untuk itulah banyak sekali orangtua
yang terpaksa melakukan tindakan pembunuhan kepada anak mereka sendiri.
Seseorang yang sanggup melakukan hal keji seperti ini biasanya dipengaruhi oleh
kesehatan mental nya yang tidak stabil, dimana dia belum sanggup menerima akibat
dari perbuatan yang telah dilakukan sebelumnya. Terganggunya kestabilan mental ini
dapat menimbulkan perasaan cemas dan rasa takut berlebihan melebihi perasaan iba,
oleh karena itulah hal seperti ini bisa banyak terjadi dalam lingkungan masyarakat. 4

2. Pembunuhan Prespektif Hukum Positif


Terdapat pandangan Hukum Positif terhadap Tindak pidana pembunuhan
diterapkannya pelakuan hukum yang dapat dilihat dari dasar legalitas hukum pasal 1
KUHP yang berbunyi :
1) tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam
perundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatan dilaukan.
2) Jika sesudah perbuatan dilakukan ada perubahan dalam perundang-
undangan,dipakai aturan yang paling ringan bagi terdakwa.
Menuurut pasal 1 KUHP diatas menjelaskan bahwa perbuatan mana yang dapat
berakibat pidana; tentu saja bukan perbuatannya yang dipidana, tetapi orang yang
melakukan perbuatan itu, yaitu:
a) Perbuatan itu harus ditentukan oleh perundang-undangan pidana sebagai
perbuatan yang pelakunya dapat dijatuhi pidana.
b) Perundang-undangan pidana itu harus sudah ada sebelum perbuatan itu dilakukan.
Dengan perkataan lain tidak boleh terjadi suatu perbuatan yang semula belum
diterapkan bahwa pelakunya dapat dipidana, karena dirasakan oleh penguasa sangat
merugikan, lalu dibuatkan peraturan dan pelakunya dapat dijerat dengan peraturan
tersebut, walaupun perbuatannya telah lewat, atau boleh dikatakan bahwa perundang-
undangan pidana tidak boleh berlaku surut. Terkait dengan kasus pembunuhan
berantai atau gabungan tindak pidana menurut hukum positif pelaku terbukti
melakukan pembunuhan karena adanya bukti yang terkait atas tindakannya terhadap
korban yang satu dengan korban yang lainnya meski berbeda waktu dan tempat, maka
dengan perundang-undangan yang ada pelaku divonis hukuman mati menurut pasal
340 (pembunuhan berencana) seperti kasus Very Idham Henyaksyah atau dipanggil
(Ryan) 30th dengan cara memutilasi korban-korbannya.5
Pembunuhan termasuk ke dalam suatu bentuk tindak pidana yang dilakukan oleh
seseorang. Di Indonesia hukum yang mengatur hal tersebut ada dalam peraturan
KUHP. Di dalamnya pidana penjara adalah suatu dasar pidana yang berbentuk
perampasan atau pengurangan kemerdekaan seseorang, maksudnya ialah bahwa
seseorang tidak dapat bertindak dengan bebas selama dalam penjara, ia harus
mematuhi segala peraturan yang ada dalam penjara tersebut.
Selain hukuman tersebut, KUHP juga terkadang melibatkan dasar pidana lain
yaitu pidana denda, seperti yang termuat dalam KUHP Pasal352 tentang
penganiayaan ringan. Dalam pasal tersebut dituturkan bahwa penganiayaan
ringan yang tidak menyebabkan sakit atau halangan untuk menjalankan
jabatan atau pekerjaan, dihukum dengan hukuman penjara paling lama tiga bulan
atau denda sebanyak-banyaknya tiga ratus rupiah. Pidana berupa denda ini tidak
berdasarkan ukuran maksimumnya secara umum, sebagaimana tercantum
dalam Pasal30 ayat (1) KUHP sebesar dua puluh lima sen (dikalikan 15 menurut
Undang-undang No. 18/Prp/1960).6 Jika kita lihat dalam Pasal 90 KUHP dalam
menjelaskan luka berat dan diterapkan dalam pasal-pasal penganiayaan, yaitu
dalam Pasal 351 ayat (2) KUHP tentang penganiayaan biasa yang mengakibatkan
luka berat yang menyebutkan : “Jika perbuatan itu berakibat luka berat, yang
bersalah dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun”, maka
perbuatan penganiayaan dalam kasus yang dibicarakan merupakan penganiayaan
yang mengakibatkan luka berat dengan ancaman hukuman penjara selama-lamanya
lima tahun.

Selain itu terdapat pasal-pasal lain yang menjabarkan tentang penganiayaan yang
dapat menimbulkan luka berat yaitu pasal 353 KUHP tentang penganiayaan yang
direncanakan terlebih dahulu, yang berbunyi :
a. Penganiayaan dengan suatu yang telah direncanakan lebih dahulu dihukum
dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun.
b. Jika perbuatan itu berakibat luka berat, yang bersalah dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun.
c. Jika perbuatan itu berakibat orangnya mati, yang bersalah dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun.
Jika dilihat dalam pasal diatas, dijelaskan bahwa penganiayaan yang direncanakan
menimbulkan luka berat maka pelakunya diancam dengan hukuman penjara
selama-lamanya tujuh tahun. Kemudian jika dimasukkan ke dalam kasus yang
dibahas, apabila dalam kasus tersebut ditemukan terdapat unsur perencanaan
sebelumnya, maka kasus yang dikemukakan bisa dikelompokkan sebagai
penganiayaan berencana yang mengakibatkan luka berat dengan ancaman hukuman
penjara selama-lamanya tujuh tahun.7
Tak hanya itu, pasal lain dalam KUHP yaitu pasal 354 juga menjabarkan
penganiayaan berencana yang menyebabkan luka berat serta jenis dari penganiayaan
itu juga termasuk ke dalam penganiayaan berat, pasal 354 berbunyi :
a. Barangsiapa yang secara sengaja melukai berat orang lain duhukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya delapan tahun.
b. Apabila perbuatan tersebut berakibat orangnya mati, yang bersalah dihukum
dengan hukuman penjara selama-lamanya sepuluh tahun.
Pembagian dari jenis tersebut dikelompokkan berdasarkan dampak yang terjadi yaitu
berupa luka berat dan kematian, jad ketika kasus yang diserahkan termasuk ke dalam
kelompok jenis ini maka ancaman hukuman yaitu selama-lamanya delapan tahun.
Kemudian terdapat pasal 355 KUHP yang di dalamnya memuat aturan tentang
penganiayaan berat serta berencana. Pasal tersebut adalah campuran dari dua pasal
sebelumnya, yang berbunyi :
a. Penganiayaan berat dengan direncanakan sebelumnya, akan dihukum dengan
hukuman selama-lamanya penjara dua belas tahun.
b. Dan apabila perbuatan ini mengakibatkan orang tersebut mati, yang bersalah
dihukum dengan hukuman selama-lamanya lima belas tahun penjara.
Dalam pasal tersebut dalam ayat (1) dijelaskan bahwa penganiayaan berat yang
direncanakan sebelumnya akan terancam hukuman selama-lamanya dua belas tahun
penjara, pengelompokkan penganiayaan itu juga di latarbelakangi oleh dampak yang
ditimbulkan yaitu luka berat dan kematian, maka kasus yang diumumkan juga dapat
dikelompokkan ke dalam jenis penganiayaan ini ketika ditemukan terdapat faktor
perencanaan lebih dulu.8
Dalam Hukum Pidana Indonesia terdapat beberapa sanksi pidana, sebagaimana yang
telah disampaikan di dalam Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),
menyebutkan sebagai berikut,
a) Pidana Pokok (pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan, pidana denda,
pidana tutupan).
b) Pidana Tambahan (pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang
tertentu, pengumuman putusan hakim).
Mengenai Tindak Pidana Pembunuhan, sanksi pidana yang dikenakan bagi pelaku
pembunuhan adalah pidana asli yaitu pidana mati, pidana penjara, dan pidana
kurungan.9

3. Pembunuhan Prespektif Hukum Pidana Islam


Suatu bentuk tindakan pembunuhan atau berupa tindakan penganiayaan yang
mengakibatkan kematian, Islam memiliki perspektif tersendiri. Ada dua hal umum
yang dapat melatarbelakangi terjadinya suatu tindakan pembunuhan yaitu :
a. Pembunuhan yang benar. Maksudnya adalah segala peristiwa pembunuhan yang
tidak didasari oleh permusuhan, seperti pembunuhan yang terpaksa dilakukan oleh
algojo ketika melaksanakan hukuman qishas. 10
b. Pembunuhan yang haram. Maksudnya adalah pembunuhan yang dilatarbelakangi
permusuhan dan penganiayaan.
Selain itu, secara karakteristik sebagian besar ulama sepakat bahwa tindak pidana
pembunuhan terbagi atas 3 jenis yaitu :
a. Pembunuhan yang benar disengaja (‘Amd Mahdh )
Disebutkan oleh Abu Syujak, Pembunuhan yang benar disengaja (‘Amd Mahdh),
adalah sengaja memukul seseorang dengan sesuatu benda yang biasa
dipergunakan untuk membunuh. Arti dari “dengan sesuatu yang biasa dijadikan
alat untuk membunuh” lebih umum sifatnya daripada mengatakan dengan
“sesuatu alat yang tertentu atau semacamnya”, kata “alat” lebih umum
daripada kata “alat yang ditajamkan”, seperti pisau dan semacamnya dan “alat
yang berat”, seperti batu besar dan semacamnya.

b. Pembunuhan yang nyaris sengaja atau tersalah semata-mata (Khatha’ Mahdh)


Pembunuhan dimana merupakan kesalahan asli yang terjadi dalam peristiwa
pembunuhan. Sebagai contoh ketika seorang pemburu atau pembidik yang
pelurunya meleset hingga mengenai seorang laki–laki dan kemudian laki–laki
tersebut mati karenanya maka tidak wajib qishas bagi pemburu atau pembidik
tersebut.
c. Pembunuhan yang benar disengaja dan tersalah (qatl al-khata’)
Maksudnya yaitu pembunuhan yang terjadi tanpa alasan atau maksud untuk
membunuh, dan tindakan penganiayaan yang dilakukan adalah dengan
barang yang tidak mematikan. Seperti contoh ketika memukul seseorang
dengan tongkat yang ringan kemudian orang tersebut mati, maka tidak wajib
qishasatas orang yang memukul.
Menurut Islam, hukum pembunuhan diatur dalam Al-Qur’an Surah An-Nissa (4) ayat
92 yang berbunyi :
‫َو َم ا َك اَن ِلُم ْؤ ِم ٍن َاْن َّيْقُتَل ُم ْؤ ِم ًنا ِااَّل َخ َطًٔـاۚ َو َم ْن َقَتَل ُم ْؤ ِم ًنا َخ َطًٔـا َفَتْح ِر ْيُر َر َقَبٍة ُّم ْؤ ِم َنٍة َّوِدَيٌة ُّمَس َّلَم ٌة ِآٰلى َاْهِلٖٓه ِآاَّل َاْن َّيَّصَّد ُقْو اۗ َفِاْن‬
‫َك اَن ِم ْن َقْو ٍم َع ُد ٍّو َّلُك ْم َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن َفَتْح ِرْيُر َر َقَبٍة ُّم ْؤ ِم َنٍةۗ َوِاْن َك اَن ِم ْن َقْو ٍۢم َبْيَنُك ْم َو َبْيَنُهْم ِّم ْيَثاٌق َفِدَيٌة ُّمَس َّلَم ٌة ِآٰلى َاْهِلٖه َو َتْح ِرْيُر‬
‫َر َقَبٍة ُّم ْؤ ِم َنٍةۚ َفَم ْن َّلْم َيِج ْد َفِصَياُم َشْهَر ْيِن ُم َتَتاِبَع ْيِۖن َتْو َبًة ِّم َن ِهّٰللاۗ َو َك اَن ُهّٰللا َع ِلْيًم ا َحِكْيًم ا‬
Yang artinya : “ Dan tidak patut bagi seorang yang beriman membunuh seorang yang
beriman (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Barangsiapa membunuh seorang
yang beriman karena tersalah (hendaklah) dia memerdekakan seorang hamba sahaya yang
beriman serta (membayar) tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu),
kecuali jika mereka (keluarga si terbunuh) membebaskan pembayaran. Jika dia (si terbunuh)
dari kaum yang memusuhimu, padahal dia orang beriman, maka (hendaklah si pembunuh)
memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Dan jika dia (si terbunuh) dari kaum (kafir)
yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh)
membayar tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan
hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa tidak mendapatkan (hamba sahaya), maka
hendaklah dia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai tobat kepada Allah.
Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.
Selain surah diatas, dalam Al-Qur’an Surah Al-Israa ayat 33 yang berbunyi :
‫َو اَل َتْقُتُلوا الَّنْفَس اَّلِتْي َح َّر َم ُهّٰللا ِااَّل ِباْلَح ِّۗق َو َم ْن ُقِتَل َم ْظُلْو ًم ا َفَقْد َجَع ْلَنا ِلَو ِلِّيٖه ُس ْلٰط ًنا َفاَل ُيْس ِر ْف ِّفى اْلَقْتِۗل ِاَّنٗه َك اَن َم ْنُصْو ًرا‬
Yang artinya : “Dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah
(membunuhnya), kecuali dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara
zalim, maka sungguh, Kami telah memberi kekuasaan kepada walinya, tetapi janganlah
walinya itu melampaui batas dalam pembunuhan. Sesungguhnya dia adalah orang yang
mendapat pertolongan.”
Berdasarkan penggolongan di atas, adapun hukuman yang dberikan sesuai dengan kelompok
nya masing-masing menurut Islam terbagi atas tiga yaitu11 :
a. Hukuman asli : Hukuman asli bagi pembunuhan yang disengaja dan telah disahkan
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis yaitu Qishas yang bermakna penjatuhan hukuman
mati bagi pelaku tindak pidana pembunuhan sengaja.
b. Hukuman Pengganti : Hukuman pengganti yang berupa diyat pembayaran dengan mal
untuk mengganti hukuman qishas dan ta’zir hukuman yang dijatuhkan melalui
putusan hakim
c. Hukuman penyetaraan : Hukuman tambahan ini adalah bentuk hukuman yang
merupakan terhalangnya para pembunuh untuk mendapatkan hak waris dan wasiat.
Adapun surah lainnya dalam Al-Qur’an yang menjadi landasan hukum pembunuhan menurut
Islam yaitu :12
a) Surah Al-An’am ayat 151
‫ْل َتَع اَلْو ا َاْتُل َم ا َح َّر َم َر ُّبُك ْم َع َلْيُك ْم َااَّل ُتْش ِرُك ْو ا ِبٖه َش ْئًـا َّو ِباْلَو اِلَد ْيِن ِاْح َس اًنۚا َو اَل َتْقُتُلْٓو ا َاْو اَل َد ُك ْم ِّم ْن ِاْم اَل ٍۗق َنْح ُن َنْر ُزُقُك ْم‬
‫َو ِاَّياُهْم ۚ َو اَل َتْقَر ُبوا اْلَفَو اِحَش َم ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَۚن َو اَل َتْقُتُلوا الَّنْفَس اَّلِتْي َح َّر َم ُهّٰللا ِااَّل ِباْلَح ِّۗق ٰذ ِلُك ْم َو ّٰص ىُك ْم ِبٖه َلَع َّلُك ْم‬
‫َتْع ِقُلْو َن‬
Yang artinya : Katakanlah (Muhammad), “Marilah aku bacakan apa yang diharamkan
Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik
kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang
memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; janganlah kamu mendekati perbuatan
yang keji, baik yang terlihat ataupun yang tersembunyi, janganlah kamu membunuh
orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar. Demikianlah Dia
memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti.”

b) Surah Al-Isra ayat 31-33


‫َو اَل َتْقَر ُبو۟ا ٱلِّز َنٰٓى ۖ ِإَّن ۥُه َك اَن َٰف ِح َش ًة َو َس ٓاَء َس ِبياًل َو اَل َتْقُتُلٓو ۟ا َأْو َٰل َد ُك ْم َخ ْش َيَة ِإْم َٰل ٍقۖ َّنْح ُن َنْر ُز ُقُهْم َو ِإَّياُك ْم ۚ ِإَّن َقْتَلُهْم َك اَن ِخ ْطًٔـا‬
‫َك ِبيًرا‬
‫َّن‬ ‫ْت‬‫َق‬ ‫ْل‬ ‫ِّف‬ ‫َف‬ ‫ًن‬ ‫َٰط‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬ ‫ْظُل‬ ‫ُق‬
‫َو اَل َت و ٱل َس ٱ ِتى َح َّر َم ٱُهَّلل ِإ ِبٱ َح ِّقۗ َو َم ن ِتَل َم وًم ا َجَع َنا ِلَو ِلِّيِهۦ ُس ا ُيْس ِر ف ى ٱ ِل ۖ ِإ ۥُه َك اَن‬
‫اَل‬ ‫َفَقْد‬ ‫ْل‬ ‫اَّل‬ ‫َّل‬ ‫ْف‬‫َّن‬ ‫۟ا‬ ‫ُل‬‫ُت‬ ‫ْق‬
‫َم نُصوًرا‬
Yang artinya : Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. Dan janganlah kamu
mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu
jalan yang buruk. Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa
dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada
ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh.
Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.

c) Surah Al-Fuqran ayat 68


‫ۙ َو اَّلِذ ْيَن اَل َيْدُع ْو َن َم َع ِهّٰللا ِاٰل ًها ٰا َخ َر َو اَل َيْقُتُلْو َن الَّنْفَس اَّلِتْي َح َّر َم ُهّٰللا ِااَّل ِباْلَح ِّق َو اَل َيْز ُنْو َۚن َو َم ْن َّيْفَع ْل ٰذ ِلَك َيْلَق َاَثاًم ا‬
Yang artinya : “dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan
sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan
(alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barangsiapa melakukan demikian itu,
niscaya dia mendapat hukuman yang berat,”
Menurut suatu penelitian, dengan kejadian-kejadian pada masanya, Allah swt. Sebagai Maha
Pencipta memberikan keadilan bagi makhluk ciptaan-Nya yang melakukan tindakan baik dan
buruk akan mendapatkan balasan baik di dunia maupun di akhirat. Tujuan dari
diberlakukannya hukuman pidana dalam agama Islam yaitu untuk memberika balasan
kepada orang melakukan tindak pidana, mencegah orang untuk tidak melakukan perbuatan
tersebut dan mendidik agar orang yang pernah melakukan perbuatan tersebut menjadi lebih
baik dan bisa diterima di lingkungannya lagi.
Kemudian, dalam hukum pidana Islam tentang pembunuhan tidak hanya untuk orang dewasa
saja, tetapi adapula aturan yang telah ditetapkan untuk anak-anak. Dalam hukum Islam anak
adalah seseorang yang usianya sudah memasuki tujuh tahun dan belum baligh. Menurut
pendapat Abdul Qadir Audah anak di bawah umur dapat ditentukan bahwa laki - laki
belum keluar sperma dan bagi perempuan belum haid, ikhtilamdan belum pernah
hamil.13
Suatu Tindak Pidana Pembunuhan dalam Hukum Islam dikenal dengan sebutan Fiqih
Jinayah adalah ilmu yang mengatur mengenai hal – hal yang dilarang oleh (syara`) atau
aturan dalam Hukum Pidana Islam. Perbuatan yang dilarang dalam Hukum Pidana Islam
disebut dengan Jarimah. Menurut Abdul Qadir Audah Jarimah ialah suatu sebutan untuk
perbuatan yang dilarang oleh syara`, baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta, atau
lainnya.14
Salah satu perbuatan yang dilarang oleh syara` dalam Hukum Islam adalah pembunuhan atau
yang dikenal dengan sebutan Al-Qatl. Menurut para ulama pembunuhan diartikan sebagai
suatu perbuatan yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang. Mazhab Maliki hanya
membagi pembunuhan menjadi dua macam yaitu pembunuhan sengaja, dan pembunuhan
tidak sengaja. Sedangkan para ulama seperti Hanafiyah, Syafiiah, dan Hambali membagi
pembunuhan menjadi tiga macam, yaitu:
a) Pembunuhan secara sengaja (Qatl Al-Amd), yaitu suatu perbuatan penganiayaan
terhadap seseorang dengan maksud untuk menghilangkan nyawa,
b) Pembunuhan yang nyaris sengaja (Qatl Syibh Al-Amd), yaitu perbuatan penganiayaan
terhadap seseorang tidak dengan maksud untuk membunuh,
Pembunhan yang terjadi karena kesalahan (Qatl Al-Khta`), yaitu pembunuhan yang
disebabkan salah dalam perbuatan, salah dalam perbuatan, dalah dalam maksud, dan
kelalaian.15 Imam Malik berpendapat bahwa jenis pembunuhan dalam Islam hanya ada
dua jenis yaitu pembunuhan sengaja, dan pembunuhan tidak sengaja, hal ini didasari
karena di dalam Al-Qur`an hanya menyebutkan dua jenis pembunuhan saja.
“Pembunuhan menyerupai sengaja hanya dijelaskan di dalam Hadits saja, namun Hadits
yang menyebutkan tentang jenis pembunhan ini masih dianggap lemah karena riwayatnya
mutdhtarib”.16
Adapun hukuman tindak pidana pembunuhan menurut Hukum Pidana Islam dengan Kitab
Undang – Undang Hukum Pidana Indonesia sebagai berikut. Agama Islam menerapkan
hukuman bagi suatu tindak pidana, yang sering kali dianggap keji, dan keras bagi
sebagian orang yang hanya melihat sepihak tanpa mengkaji lebih dalam dari tujuan
diberlakukannya hukuman yang tegas dalam hukum islam. 17 Dalam pembagian jenis
hukuman dalam Islam ada empat hal yaitu :
a) Hukuman Hudud yaitu hukuman yang telah ditentukan jenis dan jumlahnya dan
menjadi hak Allah SWT. Pengertian Hak Allah di sini adalah bahwa hukuman
tersebut tidak dapat dihapuskan baik oleh perseorangan (yang menjadi korban
jarimah), maupun oleh masyarakat yang diwakili oleh negara.
b) Hukuman Qishas ialah hukuman yang dibalas dengan hukuman yang setara atau
balasan yang sama dengan tindak pidana yang dilakukannya. Apabila melakuakan
pembunuhan maka hukuman baginya adalah hukuman mati.
c) Hukuman Diyat adalah hukuman ganti rugi yang diberikan oleh pelaku tindak pidana
kepada ahli waris dari korban tindak pidana. Hukuman diyat berlaku bagi pelaku
dengan hukuman qishas. Hukuman ini adalah hukuman pengganti dari qishas.
d) Hukuman Ta`zir merupakan hukuman pendidikan atas pelaku yang belum ditentukan
oleh syara’. Maka dapat disimpulkan bahwa aturannya hanya dijelaskan secara umum
di dalam Al-qur`an, dan Al-Hadits, kemudian hukumannya ditentukan oleh Ullil Amri
(penguasa atau hakim).18

4. Jenis Tindak Pidana Pembunuhan


Terdapat beberapa jenis tindakan pembunuhan berupa pasal tentang pembunuhan
yang dimuat dalam KUHP, sebagai berikut :
a. Pembunuhan biasa (dalam pasal 338) yang menyebutkan : “Barang siapa dengan
sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan
penjara paling lama lima
belas tahun”.
b. Pembunuhan berencana (dalam pasal 340) yang menyatkan : “Barang siapa
dengan sengaja dan dengan direncanakan terlebih dahulu merampas nyawa
orang lain, diancam karena pembunuhan berencana, dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling
lama dua puluh tahun”.
c. Pembunuhan dengan pemberatan (dalam pasal 339) yang menyebutkan :
“Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu tindak pidana,
yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari
pidana bila tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang
yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh
tahun”.
d. Pembunuhan atas permintaan yang bersangkutan (dalam pasal 344) yang
menyatakan : “ Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan
sungguh-sungguh dari orang itu sendiri, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun”.
e. Membantu seseorang bunuh diri ( dalam pasal 345) yang menyatakan : “Barang
siapa dengan sengaja membujuk orang lain untuk bunuh diri, menolongnya
dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun kalau orang itu jadi bunuh diri”.
f. Pembunuhan berupa pengguguran kandungan atas izin dari ibunya (dalam pasal
346) yang menyatakan : “Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan
atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.
g. Pembunuhan berupa berupa pengguguran kandungan tidak atas izin dari ibunya
(dalam pasal 347) yang menyatakan :

1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan


seorang wanita tanpa persetujuan wanita itu, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun.
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan wanita itu meninggal, dia diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Dalam KUHP jenis tindak pidana pembunuhan secara garis besar hanya dibedakan menjadi
tiga, yaitu membunuh dengan sengaja, membunuh dengan rencana, dan membunuh tanpa
sengaja. Salah satu yang akan dibahas dibawah ini yaitu :
Membunuh dengan Rencana
Menurut pasal 338 KUHP pembunuh adalah seseorang yang melakukan perbuatan
membunuh yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang dengan ancaman penjara selama-
lamanya lima belas tahun.19 Jika kita lihat penjabaran secara yuridis, bentuk
pertanggungjawaban dari tindak pidana pembunuhan berencana yang tercantum dalam Pasal
340 KUHP, dipidana dengan hukuman mati atau dipenjara seumur hidup atau penjara
selama-lamanya dua puluh tahun. Berbeda dengan pembunuhan (dalam Pasal 338 KUHP)
dan pembunuhan direncanakan dapat dilihat ketika pembunuhan biasa itu dilakukan seketika
sedangkan pembunuhan berencana, perbuatan menghilangkan nyawa orang lain ini dilakukan
karena ada niat, kemudian membuat rencana bagaimana pembunuhan tersebut akan
dilaksanakan dalam waktu senggang yang dapat diperkirakan si pelaku dapat berpikir dengan
tenang.20
i
i(1 Muhammad Khotomi. T, A. LawaliHasibuan & RizkanZulyadi, Peran KepolisianDalamPencegahanTindakPidanaPembunuhanDisertaiPemerkosaan. JurnalIlmiah Hukum, Vol. 2 No. 1, Juni 2020, hal.35 )

(2 Anton rudiyanto, FungsiSidikJariPelakuTindakPidanaPembunuhan. Jurnal Hukum Khaira Ummah, Vol.12 No. 4, Desember 2017, hal.928 )

(3 EchwanIryanto & Halif , UnsurRencanaDalamTindakPidanaPembunuhanBerencana. JurnalKomisiYudisial, Vol.14 No. 1, April 2021, hal.20 ).

(4 I Made Jaya.P, I Nyoman Gede.S, dan I Made Minggu.W, TindakPidanaPembunuhan Oleh Seorang Ibu TerhadapBayinya Setelah Dilahirkan. JurnalPrefensi Hukum. Vol 3 No.2 Mei 2022, hal 353).

(5 Zakirin, Akhmad (2011) TindakPidanaPembunuhanBerantaidalamPerspektif Hukum Positif dan Hukum Islam. Skripsi, Syariah Dan Ekonomi Islam.)

(6 Moh. Alvian, TindakPidanaPenganiayaan Yang MenyebabkanKematianPerspektif Hukum Positif dan Hukum Pidana Islam. JurnalRechtenstudent. Vol 1 No.1 April 2020, hal 76).

(7 Moh. Alvian, TindakPidanaPenganiayaan Yang MenyebabkanKematianPerspektif Hukum Positif dan Hukum Pidana Islam. JurnalRechtenstudent. Vol 1 No.1 April 2020, hal 77).

(8 Moh. Alvian, TindakPidanaPenganiayaan Yang MenyebabkanKematianPerspektif Hukum Positif dan Hukum Pidana Islam. JurnalRechtenstudent. Vol 1 No.1 April 2020, hal 77).

(9 Muhamad Adib.F. StudiKomperatifTindakPidanaPembunuhanDitinjau Dari Hukum Pidana Islam Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia. JurnalIlmiahfakultas Hukum Universitas

Mataram, 2018. hal 9)

(10 Moh. Alvian, TindakPidanaPenganiayaan Yang MenyebabkanKematianPerspektif Hukum Positif dan Hukum Pidana Islam. JurnalRechtenstudent. Vol 1 No.1 April 2020, hal 74).

(11 Hasuri. Restorative Justice Bagi Anak PelakuTindakPidanaPembunuhanDalamPerspektifPidana Islam. JurnalIlmu Hukum, Vol.2 No.1, Juni 2018. hal 63)

(12 Muhamad Adib.F. StudiKomperatifTindakPidanaPembunuhanDitinjau Dari Hukum Pidana Islam Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia. JurnalIlmiahfakultas Hukum Universitas

Mataram, 2018. hal 11)

(13 Hasuri. Restorative Justice Bagi Anak PelakuTindakPidanaPembunuhanDalamPerspektifPidana Islam. JurnalIlmu Hukum, Vol.2 No.1, Juni 2018. hal 60)

(14 Muhamad Adib.F. StudiKomperatifTindakPidanaPembunuhanDitinjau Dari Hukum Pidana Islam Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia. JurnalIlmiahfakultas Hukum Universitas

Mataram, 2018. hal 4)

(15 Muhamad Adib.F. StudiKomperatifTindakPidanaPembunuhanDitinjau Dari Hukum Pidana Islam Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia. JurnalIlmiahfakultas Hukum Universitas

Mataram, 2018. hal 5)

(16 Muhamad Adib.F. StudiKomperatifTindakPidanaPembunuhanDitinjau Dari Hukum Pidana Islam Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia. JurnalIlmiahfakultas Hukum Universitas

Mataram, 2018. hal 5)

(17 Muhamad Adib.F. StudiKomperatifTindakPidanaPembunuhanDitinjau Dari Hukum Pidana Islam Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia. JurnalIlmiahfakultas Hukum Universitas

Mataram, 2018. hal 8)

(18 Muhamad Adib.F. StudiKomperatifTindakPidanaPembunuhanDitinjau Dari Hukum Pidana Islam Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia. JurnalIlmiahfakultas Hukum Universitas

Mataram, 2018. hal 7)

(19 Junior Immanuel. M, PertanggungJawabanPidanaPelaku Tidak PidanaPembunuhanBerencanaDitinjau Dari Pasal 340 KUHP. Jurnal Lex Crimen, Vol 8 No.11, November 2019. Hal 91)

(Junior Immanuel. M, PertanggungJawabanPidanaPelaku Tidak PidanaPembunuhanBerencanaDitinjau Dari Pasal 340 KUHP. Jurnal Lex Crimen, Vol 8 No.11, November 2019. Hal 95)

Anda mungkin juga menyukai