HUKUM PIDANA
1. Apakah hukuman mati dalam dalam sistem hukum Indonesia masih sesuai dengan falsafah
negara Pancasila!
Jawab: Pada hakikatnya hukuman mati melangkahi wewenang yang Maha Kuasa dan jelas
bertolak belakang dengan sila kedua Pancasila yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab.
Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia menghargai hak hidup manusia secara adil dan
beradab berlaku bagi semua orang dan tidak membedakan derajat atau tingkat keberadaan
orang tersebut. Maka apabila ada pembenaran terhadap pembunuhan atau perampasan
nyawa manusia dengan alasan apa pun termasuk alasan keadilan, maka hal itu tidak
sesuai dengan keberadaban manusia.
Namun menurut Mahkamah Konstitusi dalam putusannya pada tanggal 30 Oktober
2007 hak hidup terkait dengan pidana mati tidak bertentangan dengan UUD 1945. Pidana
mati yang diancamkan untuk kejahatan tertentu dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1997 tentang Narkotika tidak bertentangan dengan UUD 1945. Oleh karena itu Mahkamah
Konstitusi menolak menghapus hukuman mati yang tertuang dalam Undang-undang
Narkotika. Menurut Mahkamah Konstitusi, hukuman mati untuk kejahatan terhadap
narkotika tidak melanggar perjanjian internasional apapun termasuk Konvensi Internasional
Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang menganjurkan penghapusan hukuman mati.
Jadi dapat disimpulkan menghilangkan nyawa seseorang memang bertentangan
dengan falsafah hukum Indonesia, yaitu Pancasila namun hukum positif Indonesia
membiarkan pidana mati bagi tindak pidana tertentu. Hal ini merupakan bentuk
inkonsistensi negara terhadap ideologi dan konstitusi negaranya sendiri. Dalam Pancasila
dan UUD NRI Tahun 1945 ditegaskan bahwa hak hidup merupakan hak asasi manusia
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun. Selanjutnya
ditegaskan pula bahwa negara menjamin hak hidup dari setiap warga negaranya.Tetapi
dalam perundang-undangan Indonesia masih banyak Undang-Undang yang
mencantumkan hukuman mati sebagai salah satu ancaman hukumannya.
2. Apa keuntungan dan kelemahan dari pidana denda, berikan contoh kasus dan pasal yang
dikenakan!
Jawab: Pidana denda memiliki Keuntungan Pidana dan kelemahan. Adapun keuntungan
Pidana denda, yaitu:
1) Dengan penjatuhan pidana denda maka anomitas terpidana akan tetap terjaga,
setiap terpidana merasakan kebutuhan untuk menyembunyikan identitas mereka
atau tetap anonym/ tidak dikenal.
2) Pidana denda tidak menimbulkan stigma atau cap jahat bagi terpidana,
sebagaimana halnya yang dapat ditimbulkan dari penerapan pidana perampasan
kemerdekaan.
3) Dengan penjatuhan pidana denda, negara akan mendapatkan pemasukan dan di
samping proses pelaksanaan hukumnya lebih mudah dan murah.
3. Apakah secara hukum dibolehkan menjatuhkan pidana berupa pencabutan seluruh hak
yang dimiliki oleh sesorang, jelaskan dan berikan dasar hukumnya!
Jawab: menurut hukum tidak diperkenankan menjatuhkan pidana berupa pencabutan
seluruh hak yang dimiliki oleh seseorang karena menurut hukum dalam Pasal 3 BW
pencabutan seluruh hak yang dimiliki seseorang mengakibatkan kematian perdata. Di
dalam Undang-Undang memberikan wewenang melalui lembaga atau alat negaranya untuk
mencabut hak-hak tertentu saja, yaitu sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 35 Ayat 1
KUHP hak-hak yang dapat dicabut, yaitu:
1) Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan tertentu
2) Hak menjalankan jabatan dalam angkatan bersenjata/TNI
3) Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-
aturan umum
4) Hak menjadi penasihat hukum atau pengurus atas penetapan pengadilan, hak
menjadi wali, wali pengawas, pengampu atau pengawas atas anak yang bukan
anak sendiri.
5) Hak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankanperwalian atau pengampuan
atas anak sendiri
6) Hak menjalankan mata pencaharian
4. Bagaimana ketentuan pidana pencabutan hak yang dapat dijatuhkan oleh hakim terhadap
seseorang, jelaskan dan berikan dasar hukumnya!
Jawab: ketentuan pidana pencabutan hak oleh hakim tidak untuk selama-lamanya
melainkan dalam waktu tertentu saja, kecuali bila yang bersangkutan dijatuhi pidana
penjara seumur hidup atau pidana mati. Dalam pasal 38 dijelaskan mengenai tentang
lamanya waktu apabila hakim menjatuhkan pidana pencabutan hak-hak tertentu, yaitu
sebagai berikut:
1) Bila pidana pokok yang dijatuhkan hakim pada yang bersangkutan berupa pidana
mati atau pidana penjara seumur hidup maka lamanya pencabutan hak-hak tertentu
itu berlaku seumur hidup
2) Jika pidana pokok yang dijatuhkan berupa pidana penjara sementara atau kurungan
maka lamanya pencabutan hak-hak tertentu itu maksimum lima tahun dan minimum
dua tahun lebih lama dari pidana pokoknya.
3) Jika pidana pokok yang dijatuhkan adalah berupa pidana denda, maka pidana
pencabutan hak-hak tertentu adalah paling sedikit dua tahun dan paling lama lima
tahun.
Sumber:
1) Buku Materi Pokok Hukum Pidana-UT
2) Pancasila dan Hukuman Mati- Nabielsky Bagis Abdullah- UNJ