Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 3

MATKUL : HUKUM PIDANA

NAMA : HAMZAH

NIM : 042161047

JURUSAN : ILMU HUKUM S1

1. Jika dilihat dari kasus diatas, apakah Esmeralda dapat dipertanggungjawabkan


atas meninggalnya Gatot? Uraikanlah berdasarkan macam-macam ajaran
kausalitas yang saudara pahami!

Jawab :

2. Apakah hukuman mati dalam dalam sistem hukum Indonesia masih sesuai
dengan falsafah negara Pancasila dan juga UUD Tahun 1945!

Jawab :

Jika dilihat secara dekonstruktif pada hakukatnya hukuman mati melangkahi wewenang
yang Maha Kuasa dan jelas bertolak belakang dengan sila kedua Pancasila yaitu
kemanusian yang adil dan beradab, menunjukan bahwa Indonesia menghargai hak hidup
manusia secara adil dan beradab yang berarti berlaku bagi semua orng dan tidak
membedakan derajat atau tingkat keberadaan orang tersebut.

Sebaliknya secara konstruktif Ketika menyadingkan hak hidup terkait dengan pidana mati
di Indonesia, menurut Mahkamah Konstitusi dalam putusannya pada tanggal 30 oktober
2007 tidak bertentangan dengan UUD 1945. Pidana mati yang di ancamkan untuk
kejahatan tertentu dalam Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika
tidak bertentangan dengan UUD 1945
Dalam Pancasila dan UUD NRI tahun 1945 ditegaskan bahwa hak hidup merupakan hak
asasi manusia yang tidak dapat di kurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun

Implikasi terhadap peraturan Hukuman Mati dalam Undang-Undang Pengaturan


ancaman hukuman mati yang tersebar di beberapa aturan Undang – Undang
mengindentifikasikan bahhwa negara masih membutuhkan jenis hukuman tersebut
sebagai salah satu alternatif sanksi yang dijatuhkan bagi pelaku kejahatan atau tindak
pidana tertentu.

3. Di dalam Ilmu Hukum Pidana dikenal istilah alasan pembenar dan alasan pemaaf.
Berikanlah kesimpulan saudara dari kedua istilah tersebut, kemudian berikan
masing-masing contohnya!

Jawab :

Dalam ilmu hukum pidana dikenal alasan penghapus pidana yaitu alasan pembenar dan
alasan pemaaf menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”):

a. Alasan pembenar berarti alasan yang menghapus sifat melawan hukum suatu tindak
pidana. Jadi, dalam alasan pembenar dilihat dari sisi perbuatannya (objektif). Misalnya,
tindakan 'pencabutan nyawa' yang dilakukan eksekutor penembak mati terhadap
terpidana mati (Pasal 50 KUHP);

b. Alasan pemaaf adalah alasan yang menghapus kesalahan dari si pelaku suatu tindak
pidana, sedangkan perbuatannya tetap melawan hukum. Jadi, dalam alasan pemaaf
dilihat dari sisi orang/pelakunya (subjektif). Misalnya, lantaran pelakunya tak waras
atau gila sehingga tak dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya itu (Pasal 44
KUHP).
4. Apakah secara hukum dibolehkan menjatuhkan pidana berupa pencabutan
seluruh hak yang dimiliki oleh seseorang, jelaskan dan berikan dasar hukumnya
dan contoh putusan hakim!

Jawab :

Arti Pidana Pencabutan Hak-Hak Tertentu

Lebih lanjut R.Soesilo menjelaskan (hal.55) bahwa pencabutan hak-hak tertentu


merupakan salah satu jenis dari pidana tambahan. Pencabutan hak-hak tertentu memiliki
arti bahwa tidak semua hak terpidana akan dicabut, (seperti hak asasi manusia, hak
hidup, dan lainnya tidak dapat dicabut. Sebab apabila semua hak dicabut maka dapat
mengakibatkan kehilangan kesempatan hidup bagi pihak terpidana.

Kemudian hal ini dan juga bertentangan dengan Pasal 3 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (“KUHPerdata”), yang menyatakan bahwa:

Tidak ada satu hukuman pun yang dapat mengakibatkan kematian perdata atau
kehilangan semua hak-hak sipil.

Maka dari itu, pencabutan hak tertentu hanya dilakukan pada hak-hak yang memang
diatur dalam Pasal 35 ayat (1) KUHP, yaitu:

1. Hak-hak terpidana yang dengan putusan hakim dapat dicabut dalam hal-hal
yang ditentukan dalam kitab undang-undang ini, atau dalam aturan umum lainnya
ialah:

a. Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan tertentu;

b. Hak memasuki angkatan bersenjata;

c. Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan


aturan-aturan umum;
d. Hak menjadi penasehat hukum atau pengurus atas penetapan
pengadilan, hak menjadi wali, wali pengawas, pengampu atau pengampu
pengawas, atas orang yang bukan anak sendiri;

e. Hak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankan perwalian, atau


pengampuan atas anak sendiri;

f. Hak menjalankan mata pencaharian tertentu.

Selanjutnya, Pasal 38 KUHP, juga diatur mengenai batas waktu dari pencabutan hak,
yaitu:

1. Jika dilakukan pencabutan hak, hakim menentukan lamanya pencabutan sebagai


berikut:

1. Dalam hal pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, lamanya
pencabutan seumur hidup;

2. Dalam hal pidana penjara untuk waktu tertentu atau pidana kurungan,
lamanya pencabutan paling sedikit dua tahun dan paling banyak lima tahun
lebih lama dari pidana pokoknya;

3. Dalam hal pidana denda, lamanya pencabutan paling sedikit dua tahun
dan paling banyak lima tahun.

Jadi, mengenai pencabutan hak-hak tertentu, dijatuhkan bukan karena ingin


menghilangkan kehormatan seseorang, akan tetapi berdasarkan kepatutan seperti
alasan pencegahan agar seseorang tidak lagi melakukan perbuatan pidana serupa.
Misal, seorang dokter malpraktik dicabut haknya menjadi seorang dokter,
tujuannya agar dokter tersebut tidak kembali melakukan perbuatan kejatahan yang
sama, begitu pula terpidana korupsi (koruptor), dapat dicabut hak politiknya (hak
memilih dan dipilih), tujuannya agar koruptor tadi tidak lagi melakukan perbuatan
serupa yang tentu dapat merugikan negara.
Sumber :

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5bc8952c77167/arti-pidana-
pencabutan-hak-hak-tertentu/

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt515e437b33751/apakah-seorang-
yang-gila-bisa-dipidana/

https://www.researchgate.net/publication/337840132_PANCASILA_DAN_HUKUM_MA
TI

Anda mungkin juga menyukai