Anda di halaman 1dari 6

1.

Beni yang tinggal di Indonesia telah melakukan transaksi secara online atau E-Commerce dengan
membeli 1 buah hard disk dari toko online, bernama Disc Shop. Ketika paket datang ternyata diketahui
barang yang tiba tidak sesuai dengan spesifikasi yang ada di deskripsi. Sehingga Beni lalu meminta
penggantian barang yang dibelinya kepada Disc Shop. Namun, Disc Shop tidak berkenan mengganti
barang tersebut dengan alasan barang yang dikirim sudah sesuai. Diketahui, Disc Shop berdomisili di
Amerika.

Pertanyaan:

Berikan analisis saudara Choice of law mana yang digunakan untuk menyelesaikan kasus tersebut.

Jawab:

Pilihan hukum adalah kebebasan yang diberikan kepada para pihak dalam menentukan atau memilih
hukum mana yang akan berlaku dalam perjanjian mereka yang bersifat internasional. Hal ini lazimnya
disebut dengan istilah pilihan hukum (choice of law).

Berdasarkan Literatur yang saya baca , dalam pemilihan Choice of law di tentukan oleh hukum yang
mengatur pada Toko online atau E-Commerce tersebut. Apabila berdasarkan Pasal 18 ayat (2) dan (4)
UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (sebagaimana diubah dengan UU No.
19 Tahun 206) jelas memberi ruang kepada para pihak untuk memilih hukum yang berlaku atas transaksi
elektronik internasional yang dibuatnya.

“Pasal itu memungkinkan adanya pilihan hukum dan pilihan forum, jadi para pihak secara sukarela boleh
memilih untuk tunduk pada hukum negara mana dan menggunakan forum penyelesaian sengketa apa
dan dimana” tak ada larangan bagi pelaku usaha untuk memilih hukum negara mana dan mekanisme
penyelesaian sengketa apa yang disepakati dalam kontrak Sejauh terkait choice of law dan choice of
forum, diberi kebebasan bagi platform untuk menentukan dengan mempertimbangkan kondisi transaksi
yang melibatkan lebih dari satu atau dua yurisdiksi (Pasal 18 UU ITE)

2. Beni yang tinggal di Indonesia telah melakukan transaksi secara online atau E-Commerce dengan
membeli 1 buah hard disk dari toko online, bernama Disc Shop. Ketika paket datang ternyata diketahui
barang yang tiba tidak sesuai dengan spesifikasi yang ada di deskripsi. Sehingga Beni lalu meminta
penggantian barang yang dibelinya kepada Disc Shop. Namun, Disc Shop tidak berkenan mengganti
barang tersebut dengan alasan barang yang dikirim sudah sesuai. Diketahui, Disc Shop berdomisili di
Amerika. Pertanyaan:

a. Bandingkan antara transaksi konvensional dengan transaksi elektronik.

Jawab:

Perbedaan transaksi konvensional dengan transaksi elektronik dalam kasus tersebut.

1. Tempat

Jika perdagangan konvensional mengandalkan kantor, pasar, bangunan, atau sebuah ruko, hal ini tidak
berlaku untuk e-commerce. E-commerce hanya memerlukan alamat situs (website), portal, laman, blog,
ataupun toko online untuk menjual barang dagangannya. Dengan pembelian secara langsung pembeli
akan lebih mudah melihat produk yang akan dibelinya dan mengurangi kemungkinan membeli barang yg
cacat

2. Layanan Pelanggan

Layanan pelanggan untuk perdagangan konvensional dilakukan melalui kunjungan secara langsung,
sementara e-commerce lewat offline ataupun online technical support. Maka dengan adanya layanan
pelanggan melalui kunjungan secara langsung memudahkan konsumen sewaktu waktu untuk komplain

b. Telaah oleh saudara jenis dari sengketa di atas serta bagaimana pengaturan hukum dalam
penyelesaian sengketa di atas

Jawab:

Dalam hukum perdagangan internasional, dapat dikemukakan di sini prinsip-prinsip mengenai


penyelesaian sengketa perdagangan internasional, yaitu :

1.Prinsip Kesepakatan Para Pihak (Konsensus). Prinsip kesepakatan para pihak merupakan prinsip
fundamental dalam penyelesaian sengketa perdagangan internasional. Prinsip inilah menjadi dasar
untuk dilaksanakan atau tidaknya suatu proses penyelesaian sengketa.
2.Prinsip Kebebasan Memilih Cara-cara Penyelesaian Sengketa. Prinsip penting kedua adalah prinsip di
mana para pihak memiliki kebebasan penuh untuk menentukan dan memilih cara atau mekanisme
bagaimana sengketanya diselesaikan (principle of free choice of means).

3.Prinsip Kebebasan Memilih Hukum. Prinsip kebebasan para pihak untuk menentukan sendiri hukum
apa yang akan diterapkan (bila sengketanya diselesaikan) oleh badan peradilan (arbitrase) terhadap
pokok sengketa.

4.Prinsip Iktikad Baik (Good Faith). Prinsip ini mensyaratkan dan mewajibkan adanya iktikad baik dari
para pihak dalam penyelesaian sengketanya. Dalam prinsip ini tercermin dalam dua tahap. Pertama,
prinsip iktikad baik disyaratkan untuk mencegah timbulnya sengketa. Kedua, penyelesaian sengketa
melalui cara-cara yang dikenal dalam hukum (perdagangan) internasional, yakni negosiasi, mediasi,
konsiliasi, arbitrase, pengadilan atau cara-cara pilihan para pihak lainnya.

5.Prinsip Exhaustion of Local Remidies. Menurut prinsip ini, hukum kebiasaan internasional menetapkan
bahwa sebelum para pihak mengajukan sengketanya ke pengadilan internasional, langkah-langkah
penyelesaian sengketa yang tersedia atau diberikan oleh hukum nasional suatu negara harus terlebih
dahulu ditempuh (exhausted).

Dalam praktik, biasanya penyerahan sengketa ke suatu badan peradilan tertentu, termasuk arbitrase,
termuat dalam klausul penyelesaian sengketa dalam suatu kontrak. Biasanya judul klausul tersebut
ditulis secara langsung dengan “Arbitrase”. Kadang-kadang istilah lain yang digunakan adalah “choice of
forum” atau “choice of jusrisdiction”. Istilah choice of forum berarti pilihan cara untuk mengadili
sengketa, dalam hal ini pengadilan atau badan arbitrase. Istilah choice of jusrisdiction berarti pilihan
tempat di mana pengadilan memiliki kewenangan untuk menangani sengketa.

3. a. Telaah bentuk kontrak antara penjual dan pembeli dalam kegiatan transaksi elektronik

Jawab :

Dalam e-commerce kontrak yang terjadi antara merchant dengan customer bukan hanya sekedar
kontrak yang diucapkan secara lisan, namun suatu kontrak yang tertulis, dimana kontrak tertulis dalam
ecommerce tidak seperti kontrak konvensioanal yang menggunakan kertas, melainkan suatu bentuk
tertulis yang menggunakan data digital atau digital message atau kontrak paperless, yang mana
kehendak untuk mengikatkan diri dari para pihak ditimbulkan karena adanya persamaan kehendak,
kontrak dalam e- commerce terjadi ketika merchant menyodorkan form yang berisi mengenai kontrak
dan customer melakukan persetujuan terhadap isi kontrak tersebut dengan memberikan tanda check
(_), atau menekan tombol accept sebagai tanda persetujuan. Sehingga hal tersebut menunjukan adanya
persamaan kehendak antara merchant dengan customer.
Kontrak e-commerce terjadi karena adanya kesepakatan antara mercahant dengan customer mengenai
apa yang disepakati, yang berarti bahwakesepakatan tersebut akan menimbulkan kewajiban hukum
yang tidak bisa dielakkan oleh para pihak. Kewajiban tersebut mengikat para pihak untuk melakukan
prestasinya, dengan adanya kontrak yang telah disepakati oleh pihak customer dengan pihak merchant
maka kontrak tersebut mengikat bagi kedua belah pihak, dan berlaku sebagai undang-undang bagi
keduanya.

b. Bagaimana posisi tawar pihak pembeli dalam transaksi elektronik (e-commerce).

Semua transaksi jual beli melalui internet ini dilakukan tanpa ada tatap muka antara para pihaknya,
mereka mendasarkan transaksi jual beli tersebut atas rasa kepercayaan satu sama lain, sehingga
perjanjian jual beli yang terjadi diantara para pihak pun dilakukan secara elektronik. Menurut asas
konsensualisme, suatu perjanjian lahir pada detik tercapainya kesepakatan atau persetujuan antara
kedua belah pihak mengenai hal-hal yang pokok dari apa yang menjadi objek perjanjian. Sepakat adalah
kesesuaian kehendak antara dua pihak tersebut.Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu, adalah juga
yang dikehendaki oleh pihak yang lain. Lahirnya Suatu Perjanjian Jual Beli Unsur-unsur pokok perjanjian
jual beli adalah barang dan harga. Sesuai dengan asas konsensualisme yang menjiwai hukum perjanjian
KUHPerdata, perjanjian jual beli itu sudah dilahirkan pada detik tercapainya kata sepakat mengenai
barang dan harga. Begitu kedua pihak sudah setuju tentang barang dan harga, maka lahirlah perjanjian
jual beli yang sah. Kewajiban dan Hak Penjual dan Pembeli Setiap perjanjian jual beli akan menimbulkan
kewajiban-kewajiban dan hak-hak bagi kedua belah pihak atau pihak-pihak yang mengadakan perjanjian
itu.

4.Bagaimana peran hukum di Indonesia dalam mengatur kemajuan di bidang teknologi informasi

dan komunikasi, seperti halnya perkembangan e-commerce yang semakin pesat saat ini. Berikan

pendapat saudara disertai dasar hukum yang konkrit.?


Pemanfaatan Teknologi Informasi, media, dan komunikasi telah mengubah baik perilaku masyarakat
maupun peradaban manusia secara global. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah
pula menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan
sosial, ekonomi, dan budaya secara signifikan berlangsung demikian cepat. Teknologi Informasi saat ini
menjadi pedang bermata dua karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan,
kemajuan, dan peradaban manusia, sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum.

Saat ini telah lahir suatu rezim hukum baru yang dikenal dengan hukum siber atau hukum telematika.
Hukum siber atau cyber law, secara internasional digunakan untuk istilah hukum yang terkait dengan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Demikian pula, hukum telematika yang merupakan
perwujudan dari konvergensi hukum telekomunikasi, hukum media, dan hukum informatika. Istilah lain
yang juga digunakan adalah hukum teknologi informasi (law of information technology), hukum dunia
maya (virtual world law), dan hukum mayantara. Istilah-istilah tersebut lahir mengingat kegiatan yang
dilakukan melalui jaringan sistem komputer dan sistem komunikasi baik dalam lingkup lokal maupun
global (Internet) dengan memanfaatkan teknologi informasi berbasis sistem komputer yang merupakan
sistem elektronik yang dapat dilihat secara virtual. Permasalahan hukum yang seringkali dihadapi adalah
ketika terkait dengan penyampaian informasi, komunikasi, dan/atau transaksi secara elektronik,
khususnya dalam hal pembuktian dan hal yang terkait dengan perbuatan hukum yang dilaksanakan
melalui sistem elektronik.

Yang dimaksud dengan sistem elektronik adalah sistem komputer dalam arti luas, yang tidak hanya
mencakup perangkat keras dan perangkat lunak komputer, tetapi juga mencakup jaringan
telekomunikasi dan/atau sistem komunikasi elektronik. Perangkat lunak atau program komputer adalah
sekumpulan instruksi yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, kode, skema, ataupun bentuk lain, yang
apabila digabungkan dengan media yang dapat dibaca dengan komputer akan mampu membuat
komputer bekerja untuk melakukan fungsi khusus atau untuk mencapai hasil yang khusus, termasuk
persiapan dalam merancang instruksi tersebut.
Sistem elektronik juga digunakan untuk menjelaskan keberadaan sistem informasi yang merupakan
penerapan teknologi informasi yang berbasis jaringan telekomunikasi dan media elektronik, yang
berfungsi merancang, memproses, menganalisis, menampilkan, dan mengirimkan atau menyebarkan
informasi elektronik. Sistem informasi secara teknis dan manajemen sebenarnya adalah perwujudan
penerapan produk teknologi informasi ke dalam suatu bentuk organisasi dan manajemen sesuai dengan
karakteristik kebutuhan pada organisasi tersebut dan sesuai dengan tujuan peruntukannya. Pada sisi
yang lain, sistem informasi secara teknis dan fungsional adalah keterpaduan sistem antara manusia dan
mesin yang mencakup komponen perangkat keras, perangkat lunak, prosedur, sumber daya manusia,
dan substansi informasi yang dalam pemanfaatannya mencakup fungsi input, process, output, storage,
dan communication.

Sehubungan dengan itu, dunia hukum sebenarnya sudah sejak lama memperluas penafsiran asas dan
normanya ketika menghadapi persoalan kebendaan yang tidak berwujud, misalnya dalam kasus
pencurian listrik sebagai perbuatan pidana. Dalam kenyataan kegiatan siber tidak lagi sederhana karena
kegiatannya tidak lagi dibatasi oleh teritori suatu negara, yang mudah diakses kapan pun dan dari mana
pun. Kerugian dapat terjadi baik pada pelaku transaksi maupun pada orang lain yang tidak pernah
melakukan transaksi, misalnya pencurian dana kartu kredit melalui pembelanjaan di Internet. Di
samping itu, pembuktian merupakan faktor yang sangat penting, mengingat informasi elektronik bukan
saja belum terakomodasi dalam sistem hukum acara Indonesia secara komprehensif, melainkan juga
ternyata sangat rentan untuk diubah, disadap, dipalsukan, dan dikirim ke berbagai penjuru dunia dalam
waktu hitungan detik. Dengan demikian, dampak yang diakibatkannya pun bisa demikian kompleks dan
rumit.

Anda mungkin juga menyukai