Anda di halaman 1dari 12

ANALISA KASUS WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI

E-COMMERCE MELALUI UNSUR WANPRESTASI


(STUDI KASUS : PT.BUKALAPAK.COM (Tbk))

Disusun oleh
Richkido Febrian
2010611254

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UPN VETERAN JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
BAB I
LATAR BELAKANG

I. Kronologis Kasus
1. Tanggal 14 Maret, pelanggan membeli tempered glass, casing
handphone, headset, dan charger di Bukalapak sesuai dengan
kesepakatan harga dan barang yang telah dikirimkan melalui WA
dengan seller.
2. Ternyata seller memiliki dua lapak berbeda. Lapak satu dengan
keterangan headset dan charger, dan satu lagi khusus tempered
glass dan casing.
3. Tanggal 17 Maret, barang dari salah satu transaksi sudah pelanggan
terima, tetapi barang lainnya belum dikirimkan. 
4. Batas pengiriman dari Bukalapak tanggal 19 Maret jam 16.15 WIB. Benar
saja pada jam 15.52 WIB, seller meng-input resi dan saya mendapatkan
dua notifikasi sekaligus. 
5. Bahwa, barang sudah dikirim dan barang telah sampai ditujuan. Status di
Bukalapak berubah menjadi paket telah diterima oleh Kalisari di Jakarta.
6. Pelanggan hanya memiliki waktu satu hari untuk komplain. Normalnya
pelanggan memili waktu dua hari untuk komplain. Setelah lewat dua hari,
uang akan dicairkan ke pelapak.
7. Pelanggan langsung mengajukan komplain dan meminta uang
dikembalikan utuh.
8. Setelah mengajukan complain pelanggan menghubungi Call Center
Bukalapak dan menceritakan kronologi masalahnya. Tetapi tidak
mendapatkan jawaban yang memuaskan.
9. Uang masih di-hold Bukalapak dan belum dicairkan ke rekening pelapak
dan pelanggan mendapatkan nomor laporan.
10. Setelah pelanggan komplain, admin toko chat melalui WA dan
mengatakan satu koli barang belum dikirim dikarenakan tertinggal. 
11. Tanggal 20 Maret saya diinformasikan terdapat satu paket yang salah
kirim dan sudah di-hold J&T.
12. Pelanggan segera menghubungi call center, namun tetap tidak mendapat
jawaban yang memuaskan. Pelanggan diminta menghubungi tim terkait
yang menangani masalah dan meninggalkan nomor telepon dengan
tujuan dapat dihubungi jam 12 - 13 siang.
13. Namun hingga jam 15.30, pelanggan tidak dihubungi. Pelanggan
menelpon kembali call center dan menegur dengan tujuan masalah cepat
ditangani.
14. Jam 17.00 pelanggan dihubungi tim terkait dan mendapatkan informasi
bahwa barang masih diekspedisi (J&T) Kalisari.
15. Pada forum diskusi complain, pelanggan sudah melampirkan bukti-bukti
transaksi dan chat, namun tidak dibalas oleh seller atau admin Bukalapak
yang menengahi.
16. Pelanggan mendapatkan email bahwa kasus sedang dilakukan
investigasi dari tim J&T dan tidak mendapatkan estimasi waktu kapan
masalah akan selesai dengan uang pelanggan sebesar Rp.1.681.500,-
tertahan di Bukalapak.1
Dalam proses terjadinya wanprestasi dimulai ketika seorang
produsen atau debitur melakukan pemasaran dan penawaran produk
secara luas melalui e-commerce. Setelah itu, pihak konsumen atau
pelanggan melakukan transaksi jual beli atas kepercayaan satu sama
lain. Hal itu berbeda dengan tranksaksi jual beli secara konvensional,
dimana dalam transaksi jual beli beli tidak terdapat berkas. Kemudian,
setelah melakukan transaksi para pihak debitur atau produsen
menyiapkan produk atau jasa yang dibeli oleh konsumen atau pelanggan.
Akan, tetapi dalam menyiapkan hal tersebut pihak produsen atau debitur
mengalami kelalaian atau kealpaan seperti contoh yaitu bedanya barang
yang dikirim dengan barang yang dibeli. Kondisi seperti tersebut dapat
menimbulkan akibat hukum yang merugikan pihak lain khususnya kepada
konsumen atau pelanggan.
Dalam penyelesian sengketa wanprestasi yang terjadi dalam e-
commerce adalah seawajarnya diselesaikan secara online. Hal ini
dikarenakan kegiatan e-commerce dilakukan secara online, maka
penyelesaian sengketa wanprestasi diselesaikan secara online. Berbeda
halnya dengan penyelesaian sengketa wanprestasi tingkat internasional
dimana penyelesaian berdasarkan asas hukum perdata internasional.
Dengan tujuan menentukan hukum yang berlaku terhadap kontrak
1
https://inside.kompas.com/surat-pembaca/read/57928/Lambatnya-Penanganan-Barang-
yang-Belum-Terkirim
perjanjian jual beli (e-commerce) yang bersifat internasional. Dalam
praktik penyelesaian sengketa e-commerce menggunakan mekanisme
penyelesaian sengketa alternatif berupa arbitrase, mediasi, negosiasi dan
konsiliasi. Pada pelaksanaannya penyelesaian sengketa e-commerce di
Indonesia belum sepenuhnya bersifat online, namun UU Arbitrase
memberikan kemungkinan penyelesaian sengketa secara online dengan
menggunakan e-mail.
Dalam kasus perbedaan antara barang dikirim dengan barang di
pesan, biasanya cara penyelesaian melalui pengembalian barang yang
dikirim. Dalam hal tersebut, menggunakan jasa antar paket. Akan tetapi,
biasanya terdapat kendala dalam proses pengembalian. Kendala yang
biasanya terjadi adalah telatnya barang yang seharusnya sudah berada di
produsen. Kendala tersebut biasanya disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah barang yang hilang saat pengirim. Akan tetapi,
terkadang tidak terdapat alasan yang jelas mengenai barang yang telat
sampai.
Dalam penyelesaian masalah hukum yang terjadi antar subyek
hukum diperlukan. Hal ini merupakan sebuah upaya pemulihan hubungan
keperdataan melalui Lembaga yang berwenang untuk menegakkan
hukum dan bersifat mengikat yang dipersengketakan.2
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan kronologi tersebut, penulis ingin menganalisa dengan
merumuskan satu masalah yaitu.
A. Apa saja unsur wanprestasi yang dilakukan ?

BAB II
KONSEP PENYELESAIAN MASALAH
I. Dasar Hukum
 Pasal 1238 KUHPerdata mengenai simosi
 KUHPerdata Buku III, khususnya Bab I sampai Bab V, mengenai
Perikatan

2
Sugiyono, Heru. Heru Suyanto, dan Suherman, “The Implementation of Ultra Petita
Decisionsin Civil Dispute”, International Journal of Multicultural and Multireligious
Understanding, Volume 7, Nomor 3, hlm. 132
 Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE mengenai
transaksi elektronik juncto Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
mengenai Perlindungan Konsumen
 Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/1/PBI/2014 mengenai pihak
yang terlibat dalam jual beli melalui media Instagram
 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE Terdiri dari XIII
Bab, antara lain
- Bab I mengenai Ketentuan Umum
- Bab II mengenai Asas dan Tujuan
- Bab III mengenai Informasi, Dokumen dan Tanda Tangan
Elektronik
- Bab IV mengenai Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik dan
Sistem Elektronik
- Bab V mengenai Transaksi Elektronik
- Bab VI mengenai Nama Domain, Hak Kekayaan Intelektual, dan
Perlindungan Hak Pribadi
- Bab VII mengenai Perbuatan yang dilarang
- Bab VIII mengenai Penyelesaian Sengketa
- Bab IX mengenai Peran Pemerintah dan Peran Masyarakat
- Bab X mengenai Penyidikan
- Bab XI mengenai Ketentuan Pidana
- Bab XII mengenai Ketentuan Peralih
- Bab XIII mengenai Ketentuan Penutup.
 Pasal 1233 KUHPerdata dijelaskan bahwa perikatan dapat dibagi
menjadi dua golongan besar, antara lain :
- Perikatan-perikatan yang bersumber pada persetujuan (perjanjian)
 Pasal 1352 KUH Perdata mengenai perikatan yang bersumber pada
undang-undang dibagi menjadi dua golongan, antara lain :
- Perikatan-perikatan yang bersumber pada undang-undang, timbul
dari undang-undang saja
- Perikatan-perikatan yang bersumber pada undang-undang karena
perbuatan seorang, sedangkan perbuatan orang ini dapat berupa
perbuatan yang diperbolehkan, atau yang melanggar hukum
(onrechtmatig)
 Materi Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik dibagi
menjadi dua bagian besar, antara lain :
- Pengaturan mengenai informasi dan transaksi elektronik
- Pengaturan mengenai perbuatan yang dilarang.
 Berdasarkan hukum acara yang berlaku di Indonesia Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008, Alat Bukti yang sah, antara lain :
- Info elektronik
- Dokumen elektronik
- Alat cetaknya
 Berdasarkan Pasal 163 Het Herzeine Indonesisch Reglement (HIR)
yang menyebutkan bahwa “Barangsiapa yang mangatakan ia
mempunyai hak, atau ia menyebut suatu perbuatan untuk
menguatkan haknya itu, atau untuk membantah hak orang lain, maka
orang itu harus membuktikan adanya hak itu atau adanya kejadian
itu”3 Proses pembuktian merupakan pemeriksaaan bukti-bukti baik
dari Penggugat maupun Tergugat. Bukti tersebut dapat berupa surat
maupun saksi-saksi. Akan tetapi tidak ada satu buktipun yang dapat
membuktikan.4
 Manfaat Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 juncto UU Nomor 11
tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik, antara lain :
- Apabila terdapat perusahaan yang mendaftarkan nama domain
dengan tujuan untuk menjelekkan produk, merk, dan nama
tertentu, perusahaan tersebut bisa dituntut dengan tujuan untuk
membatalkan nama domain.
- Mengakomodir kebutuhan pelaku bisnis di internet dan
masyarakat
- Dapat memberikan peluang bagi bisnis baru dan wiraswastawan
di Indonesia
- Dapat diadilinya suatu kejahatan yang dilakukan oleh seseorang
di Indonesia atau luar Indonesia

3
Soesilo. R, Hukum Acara Perdata Lengkap & Praktis (HIR,RBg, dan Yurispudensi),
(Jakarta: Sinar Grafika, 2019), Pasal 163, hlm. 95
4
Suherman, “Upaya Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa di Lembaga
Perbankan”,Fakulas Hukum UPNVJ, 2017
- Apabila terdapat yang melakukan transaksi kartu kredit tanpa
sepengetahuan pemilik kartu secara jelas bisa dituntut melalui
hukum.

II. Penelitian Terdahulu


A. Penelitian oleh Khalifatullah Fill Ardhi
Penelitian ini mengacu terhadap bentuk wanprestasi dalam e-
commerce tidak jauh berbeda dengan bentuk wanprestasi dalam jual
beli pada umumnya. Hal yang membedakan adalah media yang
digunakan dalam melakukan transaksi jual beli tersebut.5
B. Penelitian oleh Frans Noverwin Saragih dan I Nyoman Wita
Fokus penelitian ini adalah wanprestasi yang terjadi dalam e-
commerce dilakukan pelaku usaha. Pelaku usaha diwajibkan ganti
rugi kepada konsumen. Apabila pelaku usaha tidak bertanggungjawab
maka konsumen dapat menempuh jalur hukum dengan mengajukan
gugatan terhadap pelaku usaha dan menempuh jalur pidana kepada
pihak berwajib dengan laporan tindak pidana penipuan.6
C. Penelitian oleh Hillary Ayu Sekar Gusti
Fokus penelitian ini adalah wanprestasi terjadi pada produsen yang
lalai dalam mengirim barang kepada konsumen tidak tepat waktu
sehingga konsumen mengalami keterlambatan menerima barang. Hal
ini disebabkan antara produsen dan konsumen tidak bertemu
langsung atau tatap muka dikarenakan e-commerce merupakan
transaksi secara online. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan
aturan atau hukum sebagai perlindungan bagi konsumen.7
D. Penelitian oleh Rahmat Tri Fianto
Fokus penelitian ini adalah perlindungan konsumen terhadap
wanprestasi dalam e-commerce masih perlu diperbaiki dikarenakan
belum terdapat ketentuan yang mengatur secara khusus mengenai
perlindungan konsumen terhadap wanprestasi pelaku usaha dalam e-

5
Ardhi, Khalifatullah Fill. 2018, “Wanprestasi Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Media
Elektronik (E-Commerce Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”, hlm. 13
6
Saragih, Frans Noverwin dan I Nyoman Wita. 2013, “Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Wanprestasi Dalam Transaksi E-Commerce”, hlm. 5
7
Gusti, Hillary Ayu Sekar. 2018, Wanprestasi Penjual Dalam Perjanjian Jual Beli E-
Commerce, (Malang: Setara Press, 2016), hlm. 97
commerce. UUPK merupakan peraturan yang digunakan untuk
melindungi hak konsumen tetapi tidak secara khusus mengenai hak
konsumen dalam e-commerce.8
E. Penelitian oleh Ana Ferawati
Penelitian ini menacu terhadap kendala yang menghambat sebuah
ingkar janji antara pihak debitur dan kreditur yang menimbulkan
wanprestasi. Kendala tersebut adalah empat bentuk wanprestasi,
keadaan memaksa (Overmacht atau Force Majeure) dan dua faktor
(intern dan ektern).9
F. Penelitian oleh Afrilian Perdana, Prof, Dahlan, S.H., M.H , dan Dr.
Mahfud, S.H., M.H
Penelitian ini mengacu terhadap penyebab wanprestasi dalam e-
commerce adalah keadaan yang terjadi diluar jangkauan kemampuan
dari para pihak yang memaksa dan keadaan pihak tidak
melaksanakan kewajibannya dikarenakan kelalaian, karakter yang
tidak baik, kurangnya pendidikan, dan kesulitan keuangan.10
G. Penelitian oleh Lia Alfina Dewi, Nophela Setyonigrum, dan Umi Nur
Safitri
Fokus penelitian ini adalah perlunya ketegasan dan pengawasan dari
pemerintah mengenai e-commerce dengan tujuan masyarakat tidak
dirugikan oleh pelaku usaha yang menggunakan e-commerce,
dimana seharusnya masyarakat dapat menikmati adanya kemudahan
dalam transaksi e-commerce ditambahkan dengan peningkatan
transaksi e-commerce di Indonesia tergolong cepat.11

BAB III
ANALISA PENYELESAIAN MASALAH
A. Unsur Wanprestasi Tergugat
8
Fianto, Rahmat Tri, 2015, Wanprestasi Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Media
Internet (E-Commerce) di Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia, 2017), hlm 106
9
Ferawati, Ana. 2021, “Penyelesaian Wanprestasi Pembelian Barang Melalui Toko
Online (E-Commerce) di Indonesia”, hlm. 5
10
Perdana, Afrilian. Prof, Dahlan, S.H., M.H, dan Dr. Mahfud, S.H., M.H., Februari 2014,
“Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Jual Beli Melalui Media Elektronik”, Vol. 2,
No.1, hlm. 4
11
Dewi,Lia Alfina. Nophela Setyoningrum, dan Umi Nur Safitri, 2014, “Pelindungan
Hukum Terhadap Kreditur Atas Wanprestasi Debitur Dalam Transaksi E-Commerce”,
hlm, 5
Bahwa, perbuatan melawan hukum yang TERGUGAT lakukan telah
memenuhi unsur, dengan uraian sebagai berikut:12
- Ada perbuatan melawan hukum;
Bahwa, perbuatan hukum yang dimaksud adalah produsen
menyelenggarakan transaksi e-commerce yang tidak memenuhi
standar hukum yaitu tidak bertanggungjawab disebabkan
melakukan perbuatan melakukan Transaksi Elektronik yang tidak
memperhatikan prinsip kehati-hatian dan akuntabilitas dengan
kelalaian yaitu tertinggalnya barang yang dikirim kepada
pelanggan atau konsumen.
- Ada kesalahan
Menurut hukum, sebuah perbuatan dianggap sebuah kesalahan,
apabila memenuhi unsur-unsur, antara lain :
 Unsur Kesengajaan;
 Unsur kelalaian;
 Tidak adanya alasan pembenar atau alasan pemaaf, seperti keadaan
overmacht, tidak waras, dan lain-lain.
Dengan demikian maka perbuatan melawan hukum yang
dimaksud dikarenakan ada kesalahan dalam unsur kelalaian. Hal ini
dibuktikan bahwa barang yang belum diterima oleh pelanggan
dikarenakan tertinggal
- Ada hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan;
 Bahwa, dikarenakan pihak produsen dan bukalapak yang tidak andal,
tidak aman, dan tidak bertanggungjawab, dalam hal pengiriminan
paket yang sudah dikirim tetapi belum diterima dan tanda sudah
berubah menjadi diterima dimana barang yang dikirim ternyata
tertinggal. Hal tersebut yang mengakibatkan pelanggan melakukan
komplain kepada pihak yang bersangkutan tetapi tidak jawaban yang
memuaskan. Sehingga kerugian yang dialami oleh pelanggan atau
konsumen sebesar Rp.1.681.500 (satu juta enam ratus delapan puluh
satu lima ratus ribu rupiah) , uang tersebut tertahan di bukalapak
menunggu tim investigasi menyelesaikan masalah tetapi belum

12
Sugiyono, Heru. Surahmad, dan Atik Winanti 2021. “Problematics of insurance
companies that failed to pay the customer”, Journal of Cardiovascular Disease Research,
483-495
dipastikan waktu selesainya. dimana seharusnya diterima pelanggan
maka mengakibatkan pelanggan kehilangan uangnya dan mengalami
kerugian sebesar uang milik pelanggan sebesar Rp.1.681.500 (satu
juta enam ratus delapan puluh satu lima ratus ribu rupiah);
 Bahwa, atas perbuatan produsen yang memberikan pelayanan yang
tidak baik menimbulkan ketidaknyamanan pelanggan atau konsumen.

4. Ada kerugian
Bahwa, berdasarkan uraian-uraian di atas, maka hak pelanggan sebagai
Konsumen produsen, mengalami kerugian sebesar Rp.1.681.500 (satu juta
enam ratus delapan puluh satu lima ratus ribu rupiah.
Sebagaimana dalam pernyataan produsen sebelumnya baik dalam E-mail
dan pernyataan lainnya, pihak produsen menyatakan tidak bersedia untuk
memenuhi kewajibannya dalam hal mengganti kerugian yang dialamii oleh
konsumen atau pelanggan. Hal tersebut dikarenakan pihak produsen dalam hal
ini seller dan bukalapak masih menunggu pihak tim investigasi dari tim J&T dan
tidak dapat memastikan waktu selesainya proses investigasi.

BAB IV
PENUTUP
I. Kesimpulan
Melakukan transaksi jual beli secara online melahirkan hak dan kewajiban
kepada konsumen dan pelaku usaha. Hak dan kewajiban tersebut adalah
realisasi dari adanya hubungan hak dan kewajiban berupa jual beli secara online.
Hak dan kewajiban tersebut harus dilaksanakan oleh para pihak dan tidak boleh
merugikan pihak lain. Unsur wanprestasi yang dilakukan antara lain :
a. Adanya perbuatan melawan hukum,
b. Adanya kesalahan (Kesengajaan atau kelalaian)
c. Adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan, dan
d. Adanya kerugian materiil dan immateriil.
Adapun kerugian i yang dialami oleh pelanggan atau konsumen sebesar
Rp.1.681.500 (satu juta enam ratus delapan puluh satu lima ratus ribu rupiah),
dimana kerugian tersebut belum bisa diberikan dikarenakan pihak yang
bersangkutan masih menunggu hasil dari rim investigasi.
Berdasarkan fakta diatas, pelanggan merasa tidak nyaman dikarenakan
pelayanan yang diberikan kurang baik. Dimulai dari barang yang belum diterima
tetapi tertulis sudah diterima hingga dalam melakukan komplain pihak yang
bersangkutan memberikan jawaban yang kurang jelas. Dalam hal ini,,
seharusnya pihak yang bersangkutan memberikan ganti rugi berupa uang yang
ditahan dalam Bukalapak. Hal tersebut dikarenakan adanya kelalaian dalam
proses pengiriman yaitu barang yang dipesan tertinggal.
II. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Terhadap konsumen selaku pembeli yang melakukan transaksi jual beli
secara online supaya lebih berhati-hati dalam melakukan transaksi
sebelum deal pemesenan ayau pembayaran order.
2. Terhadap produsen sebagai pelaku usaha sebelum melakukan
pengiriman barang yang dipesan oleh kosumen dapat melalukan
pengecekan barang tersebut dengan tujuan tidak mengecewakan
konsumen.
3. Terhadap pemerintah seharusnya melakukan monitoring dan evaluasi
yang berkesinambungan atau membentuk komisi khusus pengawasan
perdagangan online dengan tujuan berfokus terhadap monitoring
perdagangan secara online.

DAFTAR PUSTAKA
● Jurnal
Ardhi, Khalifatullah Fill. 2018, “Wanprestasi Dalam Transaksi Jual Beli
Melalui Media Elektronik (E-Commerce Ditinjau Dari Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”, hlm. 13
Dewi,Lia Alfina. Nophela Setyoningrum, dan Umi Nur Safitri, 2014,
“Pelindungan Hukum Terhadap Kreditur Atas Wanprestasi Debitur
Dalam Transaksi E-Commerce”, hlm, 5
Ferawati, Ana. 2021, “Penyelesaian Wanprestasi Pembelian Barang
Melalui Toko Online (E-Commerce) di Indonesia”, hlm. 5
Perdana, Afrilian. Prof, Dahlan, S.H., M.H, dan Dr. Mahfud, S.H., M.H.,
Februari 2014, “Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Jual
Beli Melalui Media Elektronik”, Vol. 2, No.1, hlm. 4
Saragih, Frans Noverwin dan I Nyoman Wita. 2013, “Tanggung Jawab
Pelaku Usaha Wanprestasi Dalam Transaksi E-Commerce”, hlm.
5
Sugiyono, Heru. Heru Suyanto, dan Suherman, “The Implementation of
Ultra Petita Decisionsin Civil Dispute”, International Journal of
Multicultural and Multireligious Understanding, Volume 7, Nomor
3, hlm. 132
Sugiyono, Heru. Surahmad, dan Atik Winanti 2021. “Problematics of
insurance companies that failed to pay the customer”, Journal of
Cardiovascular Disease Research, 483-495
Suherman, 2017 “Upaya Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa di
Lembaga Perbankan”,Fakulas Hukum UPNVJ
● Buku
Fianto, Rahmat Tri, 2015, Wanprestasi Dalam Transaksi Jual Beli Melalui
Media Internet (E-Commerce) di Indonesia, (Jakarta:
Prenadamedia, 2017), hlm 106
Gusti, Hillary Ayu Sekar. 2018, Wanprestasi Penjual Dalam Perjanjian
Jual Beli E-Commerce, (Malang: Setara Press, 2016), hlm. 97
Soesilo. R, Hukum Acara Perdata Lengkap & Praktis (HIR,RBg, dan
Yurispudensi), (Jakarta: Sinar Grafika, 2019), Pasal 163, hlm. 95
● Undang-Undang
 KUHPerdata
 Pasal 1238 KUHPerdata Pasal 136 HIR
 Pasal 1233 KUHPerdata
 Pasal 1352 KUH Perdata
 Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE
 Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/1/PBI/2014
 Pasal 163 Het Herzeine Indonesisch Reglement (HIR)
 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 juncto UU Nomor 11 tahun
2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

● Sumber Internet
https://inside.kompas.com/surat-pembaca/read/57928/Lambatnya-
Penanganan-Barang-yang-Belum-Terkirim

Anda mungkin juga menyukai