Npm : 1912011021
Matkul : Hukum Pidana
Dosen : Maya Shafira, S. H., M. H.
TUGAS ANALISIS PERBANDINGAN PERCOBAAN, PENYERTAAN, DAN
PERBARENGAN DALAM KUHP DAN RUU KUHP
A. Analisis percobaan dalam KUHP dan RUU KUHP
Percobaan/pogging di dalam KUHP sebenarnya sudah diatur di dalam KUHP pasal 53-54
mengenai syarat percobaan ( pasal 53 ) dan percobaan terhadap pelanggaran tidak dipidana
(pasal 54 ). Percobaan melakukan kejahatan diatur dalam Buku I tentang Aturan Umum, Bab
IV Pasal 53 ayat (1) dan 54 KUHP. Adapun bunyi dari pasal tersebut sebagai berikut :
Pasal 53 ayat (1): Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata
dari adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata
disebabkan karena kehendaknya sendiri.
Pasal 54: Mencoba melakukan pelanggaran tidak dipidana.
Percobaan yang dapat dipidana menurut sistim KUHP bukanlah percobaan terhadap semua
jenis tindak pidana yang dapat dipidana hanyalah percobaan terhadap tindak pidana yang
berupa kejahatan saja, sedangkan percobaan terhadap pelanggaran tindak pidana tidak dapat
dipidana hal ini jelas dalam Pasal 54 KUHP.
Namun di dalam RKUHP terdapat hal-hal baru yang mengatur mengenai Percobaan yang
terdapat dalam pasal 18-20 RKUHP. Dalam Pasal 18 tidak dipidana jika setelah melakukan
permulaan pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) yaitu:
a. pembuat tidak menyelesaikan perbuatannya karena kehendaknya sendiri secara sukarela;
b. pembuat dengan kehendaknya sendiri mencegah tercapainya tujuan atau akibat
perbuatannya. Kecuali dalam hal perbuatan telah menimbulkan kerugian atau menurut
peraturan perundang-undangan telah merupakan tindak pidana tersendiri, maka pembuat
dapat dipertanggungjawabkan untuk tindak pidana tersebut.
Pasal 20 RKUHP mengatur dalam hal tidak selesai atau tidak mungkin terjadinya
tindak pidana disebabkan ketidakmampuan alat yang digunakan atau ketidakmampuan objek
yang dituju, maka pembuat tetap dianggap telah melakukan percobaan tindak pidana dengan
ancaman pidana tidak lebih dari 1/2 (satu perdua) maksimum pidana yang diancamkan untuk
tindak pidana yang dituju. Pidana pembantuan tidak dipidana apabila ancaman pidana hanya
berupa pidana denda kategori I ( Rp 6.000.000,00 ), seperti yang tercantum di dalam pasal 22
ayat (3) RKUHP.
Jaksa Penuntut Umum (JPU), menuntut Ihsan (29), satu dari delapan pelaku perampokan
ATM di Universitas Bung Hatta, dengan hukuman 12 tahun penjara. Sedangkan Rahmad
Syamsurizal (35) bersama istrinya, Eni Erawati (36), hanya dituntut tiga tahun, karena tidak
terlibat langsung dalam perampokan yang terjadi 25 September lalu. Meski dituntut 12 tahun,
Ihsan tampak tidak terkejut saat menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Padang, Senin
(21/2). Wajahnya tetap tenang. Berlainan dengan Eni, yang langsung menangis mendengar
tuntutan JPU. Dia tidak membayangkan nasib anak-anaknya, jika dia dan suaminya masuk
penjara. Dalam tuntutannya, JPU Gusnefi menyebutkan, kalau Ihsan sudah melanggar pasal
365 ayat 2 KUHP, dan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang RI nomor 12 tahun 1951 jo pasal 55
ayat 1 KUHP. Terdakwa melakukan perampokan dan memiliki senjata tanpa izin. Ancaman
hukuman 12 tahun, setimpal dengan perbuatannya,” jelas Gusnefi. Sementara, Rahmad dan
Eni tidak dihukum berat dikarenakan keduanya tidak ikut serta dalam perampokan. Keduanya
hanya menikmati hasil perampokan, serta menyediakan tempat bagi perampok untuk
berkumpul. JPU menyebutkan, Eni dan Rahmad menerima hasil rampokan senilai Rp10 juta,
yang dibelikan perhiasan emas dan uang tunai Rp1,1 juta. Setelah membacakan tuntutan,
ketiganya langsung digiring menuju sel tahanan. Ihsan, Rahmad dan Era, diberikan waktu
seminggu untuk menyusun pembelaannya secara tertulis, dan akan dibacakan pada sidang,
Senin depan. Bagaimana nasib anak-anak, kalau saya dan uda dipenjara. Mereka mau
mengadu sama siapa,? jelas Era sembari menangis.
Pada prinsipnya KUHP menganut sistem bahwa pidana pokok untuk pembantu lebih
ringan dari pembuat. Prinsip ini terlihat didalam Pasal 57 yaitu:
1) Dalam hal pembantuan, maksimal pidana pokok terhadap kejahatan, dikurangi seoertiga.
2) Jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, dijatuhkan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
3) Pidana tambahan untuk pembantuan sama dengan kejahatan itu sendiri.
4) Dalam menentukan pidana bagi pembantu, yang diperhitungkan hanya perbuatan yang
sengaja dipermudah atau diperlancar olehnya, beserta akibat-akibatnya.
Contoh ilustrasi kasus: dalam rentang waktu 5 tahun seseorang melakukan pencurian,
penganiayaan, dan pembunuhan. Pencurian diancam dengan pidana penjara maksimal 5 tahun
sebagaimana diatur dalam Pasal 362 KUHP, penganiayaan diancam dengan pidana penjara
maksimal 2 tahun 8 bulan sebagaimana diatur dalam Pasal 351 KUHP, dan pembunuhan
(Pasal 338 KUHP) diancam dengan pidana penjara maksimal 15 tahun. Ketiga tindakan
tersebut apabila diakumulasikan menjadi total 22 tahun 2 bulan, namun hal ini tidak dapat
serta merta diberlakukan terhadap pelaku tindak pidana tersebut. Pidana terberat di sini
adalah pidana penjara 15 tahun yang diterapkan kepada tindak pidana pembunuhan dan
sepertiga dari 15 tahun adalah 5 tahun, sehingga pidana maksimal yang dapat dikenakan
terhadap pelaku tindak pidana tersebut adalah 20 tahun meskipun secara akumulatif orang
tersebut patut dipenjara selama 22 tahun 2 bulan.
Berdasarkan kasus, pelaku dikenai Pasal 365 ayat (4) KUHP tentang pencurian, yaitu
“Diancam dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling
lama duapuluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau mati dan dilakukan oleh
dua orang atau lebih dengan bersekutu. Unsur-unsurnya :
a. pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan,
terhadap orang. Dalam kasus, pelaku melakukan kekerasan (menembak) para korban (orang)
untuk mendahului pencurian tersebut.
b. dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal
tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau
untuk tetap menguasai barang yang dicurinya.
Dalam kasus perbuatan yang dilakukan pelaku sudah direncanakan terlebih dahulu agar dapat
mencuri uang yang dijaga ketat oleh ketiga korban dengan tujuan untuk tetap menguasai
barang yang dikuasainya. Maka pasal 365 ayat (1) KUHP terpenuhi unsur-unsurnya.
Selain itu, berdasarkan kasus pelaku dikenai Pasal 340KUHP tentang pembunuhan
berencana, yaitu “Barangsiapa sengaja dan dengan terencana terlebih dahulu merampas
nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana
mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama duapuluh
tahun”. Unsur-unsurnya :
1. Barang siapa. Dalam kasus, kedua pelaku Edi dan Kusdarmanto
2. Sengaja dan dengan terencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain
Dalam kasus, pelaku melakukan rencana untuk membunuh korban agar tujuan mereka
(mencuri) terlaksana. Sehingga Pasal 340 KUHP terpenuhi unsur-unsurnya.
Pelaku yang melakukan tindak pidana pencurian yang didahului dengan pembunuhan
yang dilakukan berenncana ternyata tidak menyelesaikan tindak pidanyanya dengan sebab
keburu ketahuan oleh warga sekitar (bukan sebab kehendaknya sendiri). Sehingga Pasal 53
KUHP tentang percobaan, yaitu Unsur-unsurnya :
1. Mencoba melakukan kejahatan dipidana Dalam kasus telah melakukan penembakan
terhadap ketiga korban dan mencoba mencuri brankas.
2. jika niat untuk itu telah nyata dari adanya permulaan pelaksanaan Dengan telah membunuh
dan telah hampir mencuri brankas.
3. dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya
sendiri. Dengan sebab keburu ketahuan warga.
Sehingga pasal 53 KUHP ayat (1) terpenuhi unsur-unsurnya