Anda di halaman 1dari 10

PERBANDINGAN MASALAH PERCOBAAN

ANTARA KUHP KOREA DENGAN KUHP INDONESIA

Disusun oleh

Ahmad Muhajir

010001900633

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2021
I. PENDAHULUAN
Masalah aturan pidana dan pemidanaan dari berbagai negara pasti ada perbedaan. Dari
abad ke abad, keberadaanya banyak di perdebatkan para ahli. Bila disimak dari sudut
perkembangan masyarakat manusia, perbedaan itu adalah hal yang wajar, karena manusia akan
selalu berupaya untuk membandingkan tentang suatu hal demi meningkatkan kesejahteraannya
dengan mendasarkan diri pada pengalamanya di masa lampau. Selain itu perbandingan
terhadap hukum pidana merupakan kebutuhan yang segera harus terpenuhi demi terciptanya
hukum yang sesuai dengan kondisi masyarakatnya.
Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa aturan mengenai masalah tindak pidana yang
memiliki perbedaan dengan aturan yang ada di Negara lain misalnya masalah percobaan.
Sering kali kita melihat kasus percobaan di sekitar masyarakat baik percobaan pencurian,
percobaan pemerkosaan, percobaan pembunuhan dll. Dalam kenyataanya masyarakat masih
belum memahami mengenai percobaan. Masalah percobaan sendiri tiap Negara pasti memiliki
perbedaan dengan Negara lain salah satunya adalah Korea. Percobaan yang diatur dalam
KUHP Indonesia berbeda dengan percobaan yang diatur dalam KUHP Korea. Oleh karena itu
penulis ingin membandingkan masalah percobaan yang diatur dalam KUHP Indonesia dengan
masalah percobaan yang diatur dalam KUHP Korean dalam sebuah paper yang berjudul “
Perbandingan Masalah Percobaan antara KUHP Indonesia dengan KUHP Korea “.

II. PEMBAHASAN
A. Delik Percobaan menurut KUHP Korea
Menurut KUHP Korea 1953
Ketentuan mengenai percobaan diatur dalam pasal 25 s/d 29 yang termasuk dalam
“Ketentuan-ketentuan Umum” (Bagian I).
Pasal 25 berbunyi sebagai berikut :
(1) Where a person commences the execution of a crime but does not complete it or the
result does not occur, he shall be punished for attempt to commit such crime
(2) The punishment for an attempted crime may be decrased below that for consummated
crime

Dari perumusan tersebut diatas terlihat bahwa unsur-unsur dapat dipidananya percobaan
melakukan kejahatan, ialah apabila seseorang :

a. Mulai melaksanakan suatu kejahatan, dan


b. Pelaksanaan itu :
- Tidak diselesaikanya, atau
- Akibatnya tidak terjadi

Ulasan : Menurut ketentuan diatas, percobaan yang dapat dipidana ialah percobaan
terhadap kejahatan; tetapi yang dimaksud dengan kejahatan menurut KUHP Korea ialah tindak
pidana pada umumnya.

Percobaan yang dapat dipidana tidaklah terhadap semua jenis kejahatan, karena dalam
ketentuan umum pasal 29 ditetapkan sebagai berikut :
“The punishment of attempted crimes will be specifically provided in each articles concerned.”
(Pemidanaan untuk percobaan kejahatan akan ditetapkan secara khusus dalam tiap pasal yang
bersangkutan).
Jadi pasal 25 ayat (1) diatas hanya menetapkan syarat-syarat/unsur-unsur kapan dikatakan
ada percobaan kejahatan yang dapat dipidana; sedangkan menurut pasal 29 kejahatan-
kejahatan mana yang percobaanya dapat dipidana ditetapkan dalam pasal tersendiri. Dengan
kata lain, percobaan kejahatan dirumuskan sebagai delik tersendiri dalam pasal –pasal
(kejahatan) yang bersangkutan dalam ketentuan khusus bagian II.

Adapun cara merumuskan delik percobaan dalam KUHP Korea itu misalnya :

Pasal 87 merumuskan delik pemberontakan (insurrection) dan pasal 88 merumuskan


tentang pembunuhan untuk tujuan pemberontakan (homicide for the purpose of insurrection);
kemudian pasal 89-nya menyatakan : “ Percobaan melakukan kejahatn-kejahatan dalam dua
pasal yang terdahulu dapat dipidana.”

Sebagai perbandingan perlu pula diketahui percobaan-percobaan kejahatan yang dapat


dipidana menurut KUHP Korea, yaitu antara lain :
a. Terhadap penyerangan/agresi Negara asing (antara lain membujuk/bersekongkol dengan
Negara asing; bekerja sama dengan musuh; memberi keuntungan kepaa musuh, spionage)
b. Terhadap penggunaan bahan-bahan peledak
c. Terhadap penahanan yang tidak sah
d. Terhadap perbuatan melarikan diri atau membantu melarikan diri dari penahanan yang sah
e. Terhadap kejahatan pembakaran karena kealpaan
f. Terhadap beberapa jenis kejahatan sarana lalu-lintas
g. Terhadap kejahatan opium
h. Terhadap kejahatan yang berhubungan dengan keuangan
i. Terhadap kejahatan yang berhubungan dengan pos
j. Terhadap kejahatan yang berhubungan dengan dokumen
k. Terhadap pembunuhan penculikan dan sebagainya

Mengenai pelaksanaan kejahatan tidak selesai, pasal 26 KUHP Korea merumuskanya


sebagai berikut :

“Where a person, after commercing the execution of a crime, voluntarily desist from his
criminal conduct or preverents the consummation tehere of, the punishment shall be mitigated
or remitted”.
(Apabila seseorang, setelah melaksanakan kejahatan, dengan sengaja atau sukarela
mengehentikan perbuatanya itu atau encegah selesainya pelaksanaan kejahatan itu, pidananya
akan dikurangi atau dihapuskan).
Dari rumusan tersebut terlihat bahwa apabila pelaksanaan dari percobaan kejahatan itu
tidak selesai karena kehendak sendiri dari si pelaku, yaitu dengan sengaja/secara sukarela :

a. Menghentikan perbuatan jahatnya, atau


b. Mencegah selesainya pelaksanaan kejahtan itu.
Maka terhadap si pelaku tindak pidananya dapat dikurangi atau dihapuskan pidananya.

Jadi tidak selesainya percobaan atas kehendak sendiri menurut KUHP korea, tidak secara
otomatis dapat merupakan alasan penghapus pidana, tetapi dapat juga menjadi alasan
pengurangan/peringanan pidana. Ini berbeda dengan KUHP Indonesia.

Dapat pula kiranya dicatat bahwa “tidak selesainya perbuatan karena kehendak sendiri”
menurut pasal 26 diatas dapat berupa :

a. Rucktrit atau pengunduran diri secara sukarela


b. Tatiger Reue atau tindakan penyesalan

Bagaimana selesainya/sempurnanya delik itu tidak mungkin terjadi karena adanya


kekeliruan alat maupun objeknya, atau dengan kata lain bagaimana apabila ada percobaan tidak
mampu karena alat maupun objeknya ? Mengenai hal ini pasal 27 KUHP Korea merumuskan
sebagai berikut :

“Even where the consummation of a crime is impossible owing to a mistake of the means or
objects chosen for its commission, punishment shall be imposed in the event that there is a
risk, but the sentence may be reduced or remitted”.
(Meskipun selesainya/sempurnanya suatu kejahatan itu tidak mungkin terjadi karena suatu
kekeliruan alat yang digunakan atau objek yang dipilih untuk perbuatanya, pidana akan
dikenakan dalam peristiwa dimana ada suatu risiko/kemungkinan rugi, tetapi pidana itu dapat
dikurangi atau dihapuskan).
Berdasarkan pasal diatas, maka percobaan yang tidak dapat mungkin diselesaikan karena
ketidakmampuan alat atau objeknya tetap dapat dipiana, hanya saja pidananya dikurangi
dengan syarat “telah ada/timbul risiko atau kerguian”. Namun selain itu, mungkin juga tidak
dipidana. Hal ini semua tergantung pada penilaian hakim. Ketentuan seperti diatas tidak ada
dalam KUHP Indonesia.

Mengenai pidana untuk percobaan, dalam pasal 25 ayat (2) KUHP Korea diatas ditentukan
bahwa pidananya dapat dikurangi di bawah ancaman pidana untuk kejahatan yang
selesai/sempurna. Berapa jumlah pengurangan pidananya tidak ditentukan secara pasti oleh
undang-undang. Jadi hal ini berbeda dengan system KUHP Indonesia

B. Delik Percobaan menurut KUHP Indonesia


Menurut R. Soesilo, percobaan yaitu menuju kesesuatu hal, akan tetapi tidak sampai pada
hal yang dituju itu, atau hendak berbuat sesuatu, sudah dimulai, akan tetapi tidak selesai,
misalnya bermaksud membunuh orang, orang-orangnya tidak mati, hendak mencuri barang,
tetapi tidak sampai dapat mengambil barang itu.
Mengenai percobaan melakukan tindak pidana dapat dilihat pengaturannya dalam Pasal 53
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana:
(1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dan adanya
permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata
disebabkan karena kehendaknya sendiri.
(2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dalam hal percobaan dikurangi sepertiga.
(3) Jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, dijatuhkan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
(4) Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan kejahatan selesai.
Berdasarkan pasal 53 KUHP diatas, unsur-unsur suatu tindak pidana percobaan yaitu :
a. Niat sudah ada untuk berbuat kejahatan itu;
(Niat sudah ada utk berbuat tindak pidana)
b. Orang sudah memulai berbuat kejahatan itu; dan
(Orang sudah mulai melakukan tindak pidana)
c. Tidak selesainya pelaksanaan itu bukan karena kehendak sendiri;
(Perbuatan tindak pidana itu tidak jadi sampai selesai, oleh karena terhalang oleh sebab-
sebab yang timbul kemudian, tidak terletak dalam kemauan penjahat itu sendiri.)
Apabila orang berniat akan berbuat kejahatan dan ia telah mulai melakukan kejahatannya
itu, akan tetapi karena timbul rasa menyesal dalam hati ia mengurungkan perbuatannya,
sehingga kejahatan tidak sampai selesai, maka ia tidak dapat dihukum atas percobaan pada
kejahatan itu, oleh karena tidak jadinya kejahatan itu atas kemauannya sendiri. Jika tidak
jadinya selesai kejahatan itu disebabkan karena misalnya kepergok oleh agen polisi yang
sedang meronda, maka ia dapat dihukum, karena hal yang mengurungkan itu terletak di luar
kemauannya.

Lebih lanjut, R. Soesilo menjelaskan syarat selanjutnya adalah bahwa kejahatan itu sudah
mulai dilakukan. Artinya orang harus sudah mulai dengan melakukan perbuatan pelaksanaan
pada kejahatan itu.Kalau belum dimulai atau orang baru melakukan perbuatan persiapan saja
untuk mulai berbuat, kejahatan itu tidak dapat dihukum.

Misalnya seseorang berniat akan mencuri sebuah sepeda yang ada di muka kantor pos. Ia
baru mendekati sepeda itu lalu ditangkap polisi. Andaikata ia mengaku saja terus terang
tentang niatnya itu, ia tidak dapat dihukum atas percobaan mencuri, karena di sini perbuatan
mencuri belum dimulai. Perbuatan mendekati sepeda di sini baru dianggap sebagai perbuatan
persiapan saja. Jika orang itu telah mengacungkan tangannya untuk memegang sepeda
tersebut, maka di sini perbuatan pelaksanaan pada pencurian dipandang telah dimulai, dan bila
waktu itu ditangkap oleh polisi dan mengaku terus terang, ia dapat dihukum atas percobaan
pada pencurian. Selanjutnya apabila dalam peristiwa tersebut sepeda telah dipegang dan ditarik
sehingga berpindah tempat, meskipun hanya sedikit, maka orang tersebut tidak lagi hanya
dipersalahkan melakukan percobaan, karena delik pencurian dianggap sudah selesai jika
barangnya yang dicuri itu telah berpindah.

R. Soesilo menjelaskan (Ibid, hal. 69-70) pada umumnya dapat dikatakan bahwa perbuatan
itu sudah boleh dikatakan sebagai perbuatan pelaksanaan, apabila orang telah mulai melakukan
suatu anasir atau elemen dari peristiwa pidana. Jika orang belum memulai dengan melakukan
suatu anasir atau elemen ini, maka perbuatannya itu masih harus dipandang sebagai perbuatan
persiapan. Suatu anasir dari delik pencurian ialah “mengambil”, jika pencuri sudah
mengacungkan tangannya kepada barang yang akan diambil, itu berarti bahwa ia telah mulai
melakukan anasir “mengambil” tersebut.
Mengenai perbuatan pelaksanaan dan perbuatan persiapan, Prof. Dr. Wirjono
Prodjodikoro, S.H., dalam bukunya Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia (hal. 110-111),
mengutip Hazewinkel-Suringa, menyebutkan berbagai pendapat sebagai berikut:

a. Van Hamel, menganggap ada perbuatan pelaksanaan apabila perbuatan


menggambarkan ketetapan dari kehendak (vastheid van voornemen) untuk melakukan
tindak pidana.
b. Simons, menganggap ada perbuatan pelaksanaan apabila dari perbuatan itu dapat
langsung menyusul akibat sebagai tujuan dari tindak pidana (constitutief gevolg), tanpa
perlu ada perbuatan lain lagi dari si pelaku.
c. Pompe, ada suatu perbuatan pelaksanaan apabila perbuatan itu bernada membuka
kemungkinan terjadinya penyelesaian dari tindak pidana.
d. Zevenbergen, menganggap percobaan ada apabila kejadian hukum itu sebagian sudah
terjelma atau tampak.
e. Duynstee, dengan perbuatan pelaksanaan seorang pelaku sudah masuk dalam suasana
lingkungan kejahatan (misdadige sfeer).
f. Van Bemmelen, perbuatan pelaksanaan harus menimbulkan bahaya atau kekhawatiran
akan menyusulnya akibat yang dimaksudkan dalam perumusan tindak pidana.

Oleh karena itu, pada akhirnya Hakim yang akan memutuskan apakah tindakan si pelaku
baru merupakan perbuatan persiapan atau perbuatan pelaksanaan.

C. Perbandingan delik percobaan antara KUHP Korea dengan KUHP Indonesia


Dilihat dari penjelasan diatas, terdapat beberapa perbedaan dalam perbandingan masalah
percobaan yang diatur dalam KUHP Indonesia dengan KUHP Korea berikut :
KUHP Indonesia KUHP Korea
Dasar Hukum Pasal 53 KUHP Indonesia Pasal 25-29 KUHP Korea
Unsur-unsur a. Niat sudah ada untuk berbuat a. Mulai melaksanakan suatu
Percobaan kejahatan itu; kejahatan, dan
b. Orang sudah memulai berbuat
b. Pelaksanaan itu :
kejahatan itu; dan
c. Perbuatan kejahatan itu tidak jadi -Tidak diselesaikanya, atau
sampai selesai, oleh karena - Akibatnya tidak terjadi
terhalang oleh sebab-sebab yang
timbul kemudian, tidak terletak
dalam kemauan penjahat itu
sendiri (pasal 25 ayat 1 KUHP Korea)
(pasal 53 ayat 1)
Delik Percobaan Delik pasal 53 Dirumuskan delik tersendiri dalam tiap
pasal-pasal kejahatan yang bersangkutan
(pasal 29 KUHP Korea)
Ancaman Pidana Maksimum pidana pokok – 1/3 dari Pasal 25 ayat (2) KUHP Korea
pidana pokok tsb (pasal 53 ayat 2) ditentukan bahwa pidananya dapat
Jika kejahatan diancam dengan pidana dikurangi di bawah ancaman pidana
mati atau pidana penjara seumur hidup, untuk kejahatan yang selesai/sempurna.
maka dikenakan pidana penjara paling Berapa jumlah pengurangan pidananya
lama 15 thn (pasal 53 ayat 3) tidak ditentukan secara pasti oleh
undang-undang.

Sistematika Percobaan masuk kedalam Buku II Percobaan masuk kedalam Bagian I


Hukum KUHP tentang Tindak Pidana Kejahatan KUHP Korea tentang Ketentuan-
Ketentuan Umum

D. Contoh Kasus
A dan B adalah dua sahabat sejak kecil. Namun saat A sudah dewasa dan menjadi seorang
yang kaya raya, si B malah berniat untuk membunuh si A dengan tujuan menguasai harta
kekayaan milik A. Ketika A sedang ngopi di lantai 3 rumahnya, si B sudah mempersiapkan
pistol yang berisi peluru untuk ditembakkan kepada si A dari jarak 50 meter, B sendiri
berada di atas Gedung di depan rumah si A. Kemudian si B mulai mengarahkan pistolnya
ke bagian kepala si A. Akan tetapi si B tidak jadi menembak si A, ia terus kepikiran atas
perbuatan baik keluarga si A kepada si B dan orang tuanya karena dulu sering diberi
sedekah dan dibayarkanya uang sekolah si B hingga lulus.
Dari kasus diatas, jika dilihat dari KUHP Indonesia dan KUHP Korea maka :
a. KUHP Indonesia
Menurut pasal 53 ayat 1 KUHP Indonesia, yang dinamakan percobaan harus memenuhi
unsur berikut :
- Niat sudah ada untuk berbuat kejahatan itu; (Niat sudah ada utk berbuat tindak
pidana)
Disini, si B sendiri sudah memiliki niat untuk membunuh si A dengan tujuan
menguasai harta kekayaan milik si A.
- Orang sudah memulai berbuat kejahatan itu; dan (Orang sudah mulai melakukan
tindak pidana)
Si B juga sudah mulai berbuat kejahatan dengan mempersiapkan pistol yang
berisis peluru dan mengarahkanya ke bagian kepala si A dimana posisi si A sedang
ngopi di lantai 3 rumahnya dan si B berada di atas Gedung didepan rumah si A
- Tidak selesainya pelaksanaan itu bukan karena kehendak sendiri; (Perbuatan tindak
pidana itu tidak jadi sampai selesai, oleh karena terhalang oleh sebab-sebab yang
timbul kemudian, tidak terletak dalam kemauan penjahat itu sendiri.)
Ketika si B mulai mengarahkan pistolnya ke bagian kepala si A dan siap untuk
ditembakkan, namun si B tidak jadi menembaknya karena kepikiran atas perbuatan
baik keluarga si A kepada si B dan orang tuanya karena dulu sering diberi sedekah
dan dibayarkanya uang sekolah si B hingga lulus.
Unsur tidak selesainya pelaksanaan perbuatan kejahatan inilah yang tidak
dipenuhi oleh si B. Disini si B tidak jadi menembakkan pistol yang berisi peluru
kepada si A karena terus kepikiran atas perbuatan baik keluarga si A kepada si B
dan orang tuanya karena dulu sering diberi sedekah dan dibayarkanya uang sekolah
si B hingga lulus. Atau dengan kata lain, tidak selesainya pelaksanaan itu, atas
kehendak dari si B sendiri.
Maka menurut KUHP Indonesia, perbuatan yang telah dilakukan si B kepada
si A tidak termasuk kedalam tindak pidana percobaan sesuai dengan pasal 53 ayat
1 KUHP.

b. KUHP Korea
Berdasarkan pasal 25 ayat 1 KUHP Korea, percobaan harus memenuhi unsur berikut :
- Mulai melaksanakan suatu kejahatan; (Perbuatan kejahatan sudah dimulai oleh
pelaku)
Si B akan membunuh si A dengan tujuan menguasai harta kekayaan si A. Dia
sudah mulai berbuat kejahatan dengan mempersiapkan pistol yang berisis peluru
dan mengarahkanya ke bagian kepala si A dimana posisi si A sedang ngopi di lantai
3 rumahnya dan si B berada di atas Gedung didepan rumah si A
- Pelaksanaan itu : Tidak diselesaikanya, atau Akibatnya tidak terjadi
(Pelaksanaan kejahatan tidak selesai atau akibat yang ditujukan tidak terjadi)
Ketika si B mulai mengarahkan pistolnya ke bagian kepala si A dan siap untuk
ditembakkan, namun si B tidak jadi menembaknya karena kepikiran atas perbuatan
baik keluarga si A kepada si B dan orang tuanya karena dulu sering diberi sedekah
dan dibayarkanya uang sekolah si B hingga lulus. Artinya si B sengaja tidak
menyelesaikan perbuatanya untuk membunuh si A.

Pasal 26 KUHP Korea juga menjelaskan bahwa :


“Where a person, after commercing the execution of a crime, voluntarily desist from
his criminal conduct or preverents the consummation tehere of, the punishment shall
be mitigated or remitted”.
(Apabila seseorang, setelah melaksanakan kejahatan, dengan sengaja atau sukarela
mengehentikan perbuatanya itu atau encegah selesainya pelaksanaan kejahatan itu,
pidananya akan dikurangi atau dihapuskan).
Dari penjelasan diatas, perbuatan si B kepada si A memenuhi unsur-unsur
percobaan menurut Pasal 25 KUHP Korea. Karena perbuatan kejahatan yang dilakukan
si B tidak selesai karena kehendak/sengaja oleh si B sendiri, maka menurut pasal 26
KUHP Korea pidananya dapat dikurangi atau bahkan dapat dihapuskan.
III. PENUTUP
Masalah percobaan dalam KUHP Indonesia dan KUHP Korea memiliki perbedaan
dalam pengaturanya. Dilihat dari unsurnya percobaan dalam KUHP Indonesia yang diatur
pada pasal 53 ayat 1 antara lain niat sudah ada untuk berbuat kejahatan itu; orang sudah
memulai berbuat kejahatan itu; dan perbuatan kejahatan itu tidak jadi sampai selesai, oleh
karena terhalang oleh sebab-sebab yang timbul kemudian, tidak terletak dalam kemauan
penjahat itu sendiri. Sedangkan dalam KUHP Korea unsur-unsurnya adalah mulai
melaksanakan suatu kejahatan; dan pelaksanaan itu tidak diselesaikanya, atau akibatnya
tidak terjadi. Dalam KUHP Indonesia, delik percobaan terdapat dalam pasal 53. Namun
percobaan yang diatur dalam KUHP Korea dirumuskan sendiri pada tiap pasal-pasal
kejahatan yang bersangkutan. Ancaman pidana percobaan yang diatur dalam KUHP
Indonesia yaitu maksimum pidana pokok dikurangi sepertiga pidana pokok tsb dan untuk
kejahatan yang ancaman pidananya pidana mati atau pidana seumur hidup, maka
dikenakan pidana 15 tahun penjara. KUHP Korea memiliki aturan tersendiri dalam pidana
percobaan, dalam pasal 25 ayat 2-nya mengatakan bahwa pidana percobaan dapat
dikurangi dibawah ancaman pidana untuk kejahatan yang selesai/sempurna dimana jumlah
penguranganya tidak ditentukan secara pasti oleh undang-undang. Jadi hal ini berbeda
dengan system KUHP Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Soesilo,R. 1996. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-


Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor: Politeia.
Arief, Barda Nawawi. 1990. Perbanding Hukum Pidana. Jakarta:Gravindo Persada,
Prodjodikoro, Wirjono. 2003. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia. PT Refika Aditama
Moeljatno. 2003. KUHP. Jakarta: PT Bumi Aksara
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt552b7aa9d04bf/tentang-percobaan-
tindak-pidana-poging

Anda mungkin juga menyukai