Anda di halaman 1dari 19

PENERAPAN PRINSIP TANGGUNG JAWAB MUTLAK (STRiCT LiABiLiTy)

DALAM RANGKA PERLINDUNGAN KONSUMEN


Oleh :
Yudha adian Nur1
Dwi Wahyuniarti Prabowo2
Naskah diterima : 20 Juni 2011
Disetujui diterbitkan : 12 Desember 2011

Abstract
Indonesia’s population is about 235 million in 2010, which becomes a potential
market for producers. However, these situations become a problem because of
the low education and other social economic problems which cause exploitation
on consumer. Although the Law no 8, year of 1999 on consumer protection was
launched by the government, the law enforcement on consumer protection is still in
question. One of the alternative solutions that can be raised is the regulation of the
amendment of consumer protection law by adding the principles of strict liability. It
should also include the design for the area of business to be enforced, including
the producers who become the subject of the provision.

Keywords: strict liability, consumer protection


JEL Classification: K13

P diatur dalam beberapa pasal dalam


Merebaknya dominasi pelaku KUH Perdata, diantaranya Pasal 1322,
usaha terhadap konsumen pengguna 1473, 1474, 1491, 1504 sampai dengan
dikarenakan oleh penguasaan produk 1511. Walaupun dengan catatan, ruang
yang sepenuhnya berada pada lingkup materinya tidak se-ekstensif
produsen. Situasi yang tidak kon- ketentuan yang diatur dalam UUPK.
dusif ini merupakan faktor penting Pada KUHPerdata secara umum
diberlakukannya Undang-undang Nomor apabila ada seorang yang melakukan
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan perbuatan melawan hukum (PMH)
Konsumen (UUPK), dan ini merupakan maka seseorang tersebut diwajibkan
upaya pemerintah untuk memberikan untuk memberikan ganti kerugian.
jaminan perlindungan kepada para Pasal 1365 KUHPerdata mensyaratkan
konsumen. lima syarat suatu perbuatan dapat
Jauh sebelum diberlakukannya masuk dalam kualifikasi PMH, yaitu:
UUPK, secara yuridis formal prinsip (1) adanya perbuatan, (2) perbuatan
product liability sebenarnya telah tersebut melawan hukum, (3) adanya

1 Peneliti Tingkat Pertama pada Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan,
Jl. MI. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat, Telp. 021-23528692; Email: yudha_hn@yahoo.com
2 Calon Peneliti pada Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, Jl. MI.
Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat, Telp. 021-23528692; Email: dwi_wp@yahoo.com

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 177


kerugian, (4) adanya kesalahan, Metode analisis yang diper-
dan (5) adanya hubungan sebab gunakan dalam penelitian ini adalah
akibat (kausalitas) antara perbuatan normatif yuridis, yaitu dengan
melawan hukum dengan akibat menggunakan hukum primer, sekunder
yang ditimbulkannya. Semula hanya dan tersier sebagai perangkat
ada 4 unsur, sebagaimana terdapat analisisnya. Data primer dikumpulkan
dalam Pasal 1365 KUHPerdata, yaitu melaui FGD, yang dilakukan di tiga
perbuatan, melawan hukum, kerugian propinsi, yaitu Provinsi Sumater Utara,
dan kesalahan, sebelum ditambahkan Jawa Timur, dan Bali. Selain itu, analisis
dengan unsur kausalitas. Kelima unsur perbandingan juga dilakukan melalui
tersebut harus dipenuhi karena bersifat studi pustaka dan studi lapangan
kumulatif, jika salah satu unsur tidak dengan prinsip tanggung jawab mutlak
terpenuhi maka akan menyebabkan produsen yang diterapkan di Belanda.
seseorang lepas dari tanggung jawab Analisis dilakukan melalui
PMH. Kesulitannya pihak konsumen dua tahap. Tahap pertama adalah
harus membuktikan adanya unsur menyusun tata urutan peraturan
kesalahan yang dilakukan oleh pihak perundang-undangan yang terkait,
pelaku usaha, agar gugatan konsumen kemudian memahami konstelasi
tidak gugur/batal.Tanggung Jawab peraturan perundang-undangan ter-
Produk menurut buku III KUH Perdata sebut berdasarkan pada asas: lex
adalah tanggung jawab produk dari superior derogat legi inferiori (ketentuan
sudut hukum perikatan, terdiri dari dua yang lebih tinggi mengenyampingkan
macam yaitu: (a) tanggung jawab produk ketentuan yang lebih rendah); lex
secara kontraktual; dan (b) tanggung specialis derogat legi generali (ketentuan
jawab produk secara deliktual. yang lebih khusus mengenyampingkan
UUPK telah mengatur yang lebih umum); atau lex posteori
tentang product liability, namun derogat legi priori (ketentuan yang lebih
dalam pelaksanaannya kurang efektif baru mengenyampingkan ketentuan
melindungi konsumen dari kerugian yang lebih lama). Tahap ke dua, hasil
yang diakibatkan oleh suatu produk. analisis tahap pertama disampaikan
Oleh karena itu dalam rangka pada FGD dengan para pakar, kemudian
dilakukannya amandemen UUPK, disempurnakan dengan berbagai
masalah strict liability menjadi konsep informasi dan hasil pembahasan dalam
penting dan relevan untuk didiskusikan. FGD. Melalui tahapan ini diharapkan
Apakah dengan mencantumkan prinsip akan sampai kepada kesimpulan
tanggung jawab langsung (strict liability) akhir, berupa usulan kemungkinan
kepada produsen, UUPK akan lebih pencantuman dan penerapan prinsip
efektif? Prinsip tanggung jawab mutlak strict liability dalam rancangan UUPK
(strict liability) itu sendiri dapat diartikan yang baru. Adapun alur pikir analisis
bahwa pelaku usaha harus bertanggung yang dimaksud adalah sebagaimana
jawab atas kerugian konsumen tanpa tercantum dalam gambar Skema
harus membuktikan ada tidaknya Kerangka Analisis dibawah ini.
kesalahan pada dirinya.

178 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


Gambar 1. Skema Kerangka Analisis

Konsep Perlindungan Konsumen di Kemajuan ilmu pengetahuan


Indonesia dan teknologi membawa dampak yang
Indonesia dengan ratusan juta sangat luas terhadap pola kehidupan
konsumen menjadi pasar yang sangat manusia. Antara lain corak kebutuhan
menarik bagi produsen. Persaingan dan upaya pemenuhan kebutuhanpun
semakin tinggi tanpa masyarakat mengalami peningkatan baik secara
mampu untuk melakukan kontrol yang kuantitatif maupun kualitatif. Korelasinya
efektif. Situasi ini menjadi sangat adalah muncul respons dari para pelaku
kondusif bagi lahirnya tekanan terhadap usaha dalam memenuhi kebutuhan
hak-hak konsumen. konsumen tersebut. Secara makro,

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 179


kondisi ini menjadi warna dari dunia undang untuk melindungi kepentingan
usaha pada umumnya. mereka. Seluruh pasal yang termuat
dalam UUPK mempunyai ciri khusus
1. Perlindungan Konsumen dalam Era dibandingkan dengan peraturan dan
Consumerism-Wise di Indonesia ketentuan lainnya yang mengatur hal
Perlindungan konsumen di yang sama. UUPK lebih bernuansa
Indonesia diawali dengan kelahiran adanya sikap keberpihakan kepada
Lembaga Konsumen Indonesia konsumen (consumerism wise) tanpa
pada bulan Mei tahun 1973, sebuah mengabaikan hak-hak pelaku usaha.
lembaga yang bertujuan melindungi Konsumen diberi hak dan kesempatan
konsumen, menjaga martabat yang leluasa untuk mempertahankan
konsumen dan membantu pemerintah. kepentingannya. Hal ini mungkin
Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran bersifat reaktif atas fenomena dunia
masyarakat untuk melindungi hak-hak usaha yang didominasi oleh pelaku
konsumen telah muncul. Lembaga usaha. Dasar filosofi inilah yang secara
ini kemudian menjalankan fungsinya yuridis menempatkan kedudukan
sebagai lokomotif yang menggerakan UUPK menjadi lebih tegas dan jelas
kesadaran konsumen maupun pelaku peruntukannya.3
usaha.
Pada tanggal 20 April 1999, 2. Hak dan Kewajiban Konsumen
Indonesia pada akhirnya mempunyai Hak dan kewajiban secara
Undang-Undang Perlindungan Kon- umum memiliki keterkaitan erat
sumen (UUPK) sebagai dasar dalam dengan lingkup perikatan, khususnya
penerakan hukum perlindungan perjanjian. Sehingga permasalahan
konsumen di Indonesia. Undang- hak dan kewajiban dalam perlindungan
Undang ini diharapkan dapat menjadi konsumen memiliki suatu relevansi
alat dan acuan dalam menyelesaikan dengan permasalahan perdata, yang di
kasus-kasus yang terjadi antara Indonesia secara umum diatur dalam
konsumen dan pelaku usaha. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang ini diharapkan dapat (KUH Perdata). Menurut ketentuan
mendorong iklim berusaha yang sehat, umum dalam KUH Perdata, suatu
serta lahirnya perusahaan yang tangguh perjanjian memang tidak harus dibuat
dalam menghadapi persaingan melalui secara tertulis, kecuali untuk perjanjian-
penyediaan barang dan jasa yang perjanjian yang memang harus dibuat
berkualitas. secara tertulis4. Ketentuan tentang
Dibandingkan dengan waktu syarat sahnya perjanjian diatur dalam
sebelum ada UUPK, konsumen Pasal 1320 dan Pasal 1338 Kitab
kita saat ini secara hukum sudah Undang-Undang Hukum Perdata.
mendapatkan payung berupa undang-

3 Tria Sasangka Putra, S.H., LL.M., “Perlindungan Konsumen dalam Era Consumerism-Wise di
Indonesia”, Harian Pelita. (12 Januari 2006)
4 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum tentang Perlindungan Konsumen, PT Gramendia Pustaka
Utama, Jakarta 2003, Cetakan ketiga, hal 26

180 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


Resolusi Perserikatan Bangsa- Namun demikian, konsumen jangan
Bangsa No.39/248 tahun 1985 tentang sampai diposisikan sebagai pihak yang
Perlindungan Konsumen (Guidelines for pasif, melainkan harus turut aktif dalam
Consumer Protection), juga merumuskan menyikapi produk-produk yang beredar
berbagai kepentingan konsumen yang dipasaran yang dipergunakan oleh para
perlu dilindungi, yang meliputi:5 konsumen.
a. perlindungan konsumen dari
bahaya-bahaya terhadap keseha- 3. Perlindungan Hukum Bagi Kon-
tan dan keamanannya; sumen di Indonesia
b. promosi dan perlindungan kepen-
tingan ekonomi sosial konsumen; Dengan diundangkannya UUPK,
c. tersedianya informasi yang me- maka bersama itu pula tercipta suatu
madai bagi konsumen untuk kepastian hukum yang diberikan secara
memberikan kemampuan mereka khusus kepada konsumen. Berbagai
melakukan pilihan yang tepat permasalahan konsumen telah diatur
sesuai kehendak dan kebutuhan sedemikian rupa dalam undang-undang
pribadi; tersebut. Meskipun diduga masih
d. pendidikan konsumen; terdapat kelemahan atau kekurangan
e. tersedianya upaya ganti rugi yang tetapi setidaknya undang-undang ini
efektif; dapat menjadi dasar perlindungan
f. kebebasan untuk membentuk kepentingan para stakeholder. Beberapa
organisasi konsumen atau orga- jalur perlindungan hukum yang dapat
nisasi lainnya yang relevan dan dilakukan oleh para konsumen, yang
memberikan kesempatan kepada secara umum adalah:
organisasi tersebut menyuarakan
pendapatnya dalam proses • Penerapan Prinsip Product
pengambilan keputusan yang Liability
menyangkut kepentingan mereka Pada tanggal 1 Januari 1995,
(Resolusi PBB No.39/248, 1985). World Trade Organization (WTO)
Jelas bahwa konsumen dalam telah resmi berdiri menggantikan
UUPK juga merupakan komponen utama General Agreement of Tarrifs
dalam suatu mekanisme penawaran and Trade (GATT). Dengan demi-
dan permintaan atas suatu produk. kian WTO merupakan organisasi

5 Pasal 3 UU No.8/1999, menyatakan bahwa perlindungan konsumen bertujuan untuk:


a. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;
b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif
pemakaian barang dan/atau jasa;
c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya
sebagai konsumen;
d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan
keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga
tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;
f. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang, menjamin kelangsungan usaha produksi
barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 181


antar pemerintah dunia yang 27 yang mengatur tentang
mengawasi perdagangan dunia, pertanggungjawaban pelaku
baik perdagangan barang maupun usaha;
jasa. Segala sesuatu yang b. Dua pasal yang mengatur
berbau proteksi/perlindungan tentang pembuktian, yaitu pasal
dianggap anti WTO atau anti 22 dan pasal 28
liberalisasi perdagangan6. Dalam c. Satu pasal yang mengatur
menghadapi kondisi semacam ini penyelesaian sengketa jika
negara-negara di seluruh dunia pelaku usaha tidak memenuhi
telah mempersiapkan berbagai kewajibannya memberikan ganti
macam perangkat undang-undang rugi.
perlindungan konsumen. Asumsinya adalah terhadap
Dalam mengantisipasi produk- pelaku usaha yang bertindak
produk barang atau jasa yang sedemikian rupa dan dengan
merugikan atau mencelakakan memperhatikan telah terpenuhinya
konsumen, sebagian negara unsur-unsur dari product liability,
peserta perdagangan bebas maka terhadapnya dapat diproses
telah menganut doktrin product penyelesaian sesuai dengan jalur
liability dalam tata hukumnya. hukum yang telah disediakan oleh
Seperti: Jepang, Amerika Serikat, UUPK.
dan Masyarakat Ekonomi Eropa
serta negara-negara lain yang • Penerapan Prinsip Strict Product
sudah terbiasa menjadikan hukum Liability
sebagai alat rekayasa sosial Sebenarnya dalam kasus terkait
menuju kepastian hukum yang prinsip tanggung jawab mutlak
berkeadilan sosial. Terminologi pelaku usaha dapat dipertanyakan
product liability di Indonesia ada tentang intervensi pemerintah,
yang mengartikulasikannya sebagai dalam memberikan jaminan
tanggung jawab gugat produk. terhadap hak-hak konsumen,
UUPK mengatur tanggung khususnya terhadap keselamatan,
jawab pelaku usaha atas kerugian kesehatan, dan hak untuk
konsumen yang secara khusus mendapatkan ganti kerugian, baik
dimuat dalam satu bab, yaitu Bab berupa cacat atau kerusakan pada
VI, mulai dari Pasal 19 sampai tubuh konsumen (bodily/personal
dengan Pasal 28. Dari kesepuluh injury), maupun kerusakan yang
pasal tersebut, dapat kita pilah berkaitan dengan produk itu sendiri
sebagai berikut: (pure economic loss)7.
a. Tujuh pasal, yaitu pasal 19, Prinsip tanggung jawab mutlak
pasal 20, pasal 21, pasal 24, (strict product liability) merupakan
pasal 25, pasal 26, dan pasal prinsip tanggung jawab yang tidak

6 Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, PT Citra Aditya Bakti,
Cetakan ke-II, 2003, hal 8
7 Inosentius Samsul, “Ringkasan Disertasi Prinsip Tanggung Jawab Mutlak”, Dalam Hukum Perlindungan
Konsumen, Universitas Indonesia, Fakultas Hukum, Pascasarjana, 2003, hal-22.

182 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


didasarkan pada aspek kesalahan lain:
(fault/negligence) dan hubungan a. Adanya kerugian yang diderita
kontrak (privity of contract), tetapi oleh konsumen
didasarkan pada cacatnya produk b. Gugatan dilakukan terhadap
(objective liability) dan risiko atau Pelaku Usaha
kerugian yang diderita konsumen c. Dilakukan melalui pengadilan.
(risk based liability). Dikatakan Pasal 48 UUPK menyebutkan
bahwa tujuan utama dari prinsip bahwa penyelesaian sengketa
tanggung jawab mutlak adalah melalui jalur pengadilan mengacu
jaminan atas konsekuensi atau kepada ketentuan yang berlaku
akibat hukum dari suatu produk dalam peradilan umum dengan
yang mengakibatkan kerugian bagi memperhatikan ketentuan pasal 45
konsumen8. UUPK. Selain itu, menurut ayat (1),
Latar belakang penerapan pasal 48 penyelesaian sengketa
tanggung jawab mutlak dimaksud dapat pula dilakukan diluar jalur
adalah pemikiran bahwa tidak ada pengadilan. Penyelesaian diluar
seorang pun yang dapat menjamin jalur pengadilan ini dapat dilakukan
bahwa produk tersebut 100% dengan memanfaatkan Badan
aman untuk dikonsumsi. Meskipun Penyelesaian Sengketa Konsumen
demikian, prinsip strict product (BPSK) sebagaimana bunyi pasal
liability ini masih belum diterapkan 49 sampai dengan pasal 58
di Indonesia, tetapi peluang untuk UUPK9.
itu masih terbuka, mengingat baik Selain itu, berdasarkan
produsen maupun konsumen penjelasan pasal 45 ayat (2),
beritikat untuk mendapatkan penyelesaian sengketa diluar
hak mereka dalam perlindungan pengadilan dapat pula dise-
hukum. lesaikan melalui jalan damai
Selanjutnya penyelesaian seng- oleh mereka yang bersengketa,
keta yang diatur dalam UUPK tanpa melalui pengadilan ataupun
adalah melalui pengadilan dan BPSK. Penyelesaian sengketa
di luar pengadilan. Dalam UUPK di luar pengadilan tidak boleh
Pasal 45 Bab X. Disebutkan menghilangkan tanggung jawab
bahwa sengketa konsumen dapat pidana sebagaimana diatur pasal
diselesaikan melalui pengadilan 45 ayat (3). Pasal 62 ayat (3)
ataupun luar pengadilan ber- dengan jelas menetapkan bahwa
dasarkan pilihan sukarela dari para tanggung jawab pidana harus
pihak. Unsur-unsur yang terdapat dipertanggung jawabkan oleh
dalam pasal 45 tersebut antara pelaku usaha, diperiksa dan

8 Inosentius Samsul, Hukum Perlindungan Konsumen Kemungkinan Penerapan Tanggung Jawab


Mutlak, Universitas Indonesia, Fakultas Hukum, Pascasarjana, Cetakan 1 – Jakarta, 2004, hal-227
9 Heri Tjandrasari, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Dan Upaya Perlindungan Hukum
Bagi Konsumen, 05 Jun 2003, 14:00:15 WIB - pemantauperadilan.com, http://www.pemantauperadilan.
com/detil/detil.php?id=93&tipe=opini

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 183


diselesaikan menurut ketentuan 4. Lemahnya Kedudukan Konsu-
pidana yang berlaku. men di Indonesia
Sebagai upaya untuk mem- Harus diakui bahwa tidak
permudah konsumen dalam semua produsen memahami kewajiban
memperoleh hak-haknya yang yang seharusnya mereka lakukan dalam
dilanggar ataupun dirugikan oleh melindungi konsumen. Masih banyak
pelaku usaha, pemerintah telah pengusaha yang mengesampingkan
menerbitkan beberapa peraturan kepentingan hakiki konsumen untuk
berupa Keputusan Presiden mendapatkan produk berkualitas baik
maupun Keputusan Menteri Per- dan menyehatkan.
industrian dan Perdagangan Pada kenyataannya, terdapat
Republik Indonesia. Dari beberapa perbedaan yang nyata antara ketentuan
Keputusan tersebut yang terpenting hukum dan praktek di lapangan.
diantaranya adalah Keputusan Produsen lebih menekankan pada
Presiden Republik Indonesia keuntungan dan dan dengan segala
Nomor 90 tahun 2001 tentang cara berusaha menaikan omzet dari
Pembentukan Badan Penyelesaian usaha yang mereka lakukan. Dilain
Sengketa Konsumen, Keputusan pihak, konsumen kurang mendapatkan
Menteri Perindustrian dan Per- informasi yang cukup tentang produk
dagangan Republik Indonesia yang mereka pergunakan. Berbagai
Nomor 301/MPP/Kep/10/2001 peristiwa yang terjadi, seperti keracuanan
tentang Pengangkatan Pember- masal, kematian akibat mengonsumsi
hentian Anggota Sekretariat produk tertentu, dan sebagainya
Badan Penyelesaian Sengketa sering kurang diinformasikan secara
Konsumen, dan Keputusan Menteri transparan. Padahal, konsumen dapat
Perindustrian dan Perdagangan memberi keuntungan besar kepada
Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 produsen.
tentang Pelaksanaan Tugas dan UUPK dan perangkat peraturan
Wewenang Badan Penyelesaian lainnya yang berupaya mengoptimalkan
Sengketa Konsumen. perlindungan terhadap konsumen, dalam
UU perlindungan konsumen hal ini belum optimal. Hukum masih
di Indonesia sudah menyediakan terasa kurang menyentuh dan berpihak
saluran-saluran hukum untuk kepada konsumen. Oleh karena itu,
para konsumen untuk menuntut optimalisasi efektifitas perangkat hukum
haknya apabila terjadi ketidak- merupakan hal yang mendesak yang
jujuran produsen ataupun importir. perlu segera dilakukan.
Melalui saluran BPSK, konsumen Informasi yang jelas tentang
diberikan kesempatan untuk spesifikasi suatu produk merupakan
menuntut pihak produsen terhadap indikator itikad baik produser.
cacatnya produk maupun kerugian Berdasarkan hukum, produsen yang
yang dideritanya. telah melakukan tindakan tersebut
akan mendapatkan reservasi tersendiri
bilamana terdapat gugatan seputar
dampak negatif yang ditimbulkan oleh
produk-produk mereka.

184 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


Prinsip Tanggung Jawab Produk disimpulkan bahwa hukum tanggung
(Product Liability) jawab produk merupakan fenomena
Secara umum tanggung jawab baru yang belum jelas pengaturan­
produk ialah tanggung jawab produsen nya. Namun pada umumnya, tanggung
untuk produk yang telah diedarkannya, jawab terhadap suatu produk bermula
yang menimbulkan atau mengakibatkan dari hukum perikatan.
kerugian akibat misalnya cacat Di Indonesia, sebagaimana
yang melekat pada produk tersebut. dengan negara kodifikasi hukum,
Selanjutnya dari definisi tersebut dapat tanggung jawab produk merupakan
dikatakan bahwa tanggung jawab yang bagian dari hukum perikatan. Selain dari
dimaksud disini meliputi tanggung jawab pengaturan tersebut hukum tanggung
kontraktuil atau berdasarkan perjanjian produk di Indonesia juga sudah banyak
dan tanggung jawab perundang- diatur dalam undang-undang maupun
undangan berdasarkan perbuatan peraturan perlindungan konsumen
melanggar hukum. Pengertian produsen lainnya. Namun kontrol penaatan
dari definisi tersebut adalah produsen peraturan-peraturan tersebut masih
(pembuat), grosir (wholesaler), leveransir sangat kurang, sehingga peraturan-
dan pengecer (retailer) profesional. peraturan tersebut menjadi kurang
Produk disini meliputi benda bergerak berfungsi. Masalah tersebut terjadi
maupun tidak bergerak yang telah karena masih lemahnya penegakan
dipasarkan oleh produsen. Kerugian hukum di Indonesia dan sikap
yang dimaksud dengan definisi di atas pemerintah yang lebih melindungi
adalah kerugian yang ditimbulkan atau dunia industri sebagai bagian dari
disebabkan oleh produk dan kerusakan kebijaksanaan ekonomi.
atau musnahnya produk. Sedang
pengertian cacat yang melekat pada Beberapa Kasus Dampak Negatif
produk adalah kekurangan pada produk Suatu Produk
yang menjadi penyebab timbulnya Penerapan strict liability di
kerugian. Indonesia tidak semata-mata muncul
Ada perbedaan pengaturan tanpa adanya suatu sebab apapun juga.
tanggung jawab produk di beberapa Pada bagian ini, penulis memberikan
negara. Di negara-negara kodifikasi beberapa contoh dari sekian banyak
biasanya penga­turan tanggung jawab permasalahan yang berkenaan dengan
produk merupakan bagian daripa­da dampak yang ditimbulkan oleh produk-
hukum perikatan khususnya hukum produk yang beredar di masyarakat.
perbuatan melanggar hukum. Ada Beberapa kasus yang ada diantaranya
negara yang menempatkan pengaturan adalah:
daripada tang­gung jawab produk dalam
hukum konsumen atau hukum perlindun­ 1. Kasus Ledakan Tabung Gas LPG
gan konsumen. Se­dangkan pandangan Maraknya kasus ledakan tabung
yang paling progresif melihat pengaturan gas LPG, menjadi salah satu bukti
tanggung jawab produk sebaiknya diatur nyata dari buruknya upaya perlindungan
dalam hukum yang tersendiri, yakni konsumen terhadap barang dan jasa
"Product Liability Law." Dari berbagai yang beredar di masyarakat. Program
perbedaan pengaturan tersebut dapat konversi minyak tanah ke gas di satu

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 185


sisi mampu menghemat subsidi bahan tabung gas 3 Kg. Berdasarkan data
bakar minyak, namun di sisi lain, dari litbang Kompas dan PT Pertamina,
penggunaan gas LPG justru memakan jumlah kasus yang terjadi dari tahun
korban dan menimbulkan kerugian 2008 hingga Juli 2010 mencapai 52
material yang cukup besar terhadap kasus, dengan total korban tewas
konsumen, pemerintah maupun pelaku mencapai 30 jiwa dan 113 korban luka-
usaha. luka. Selain itu, kerugian yang diderita
Seperti diketahui bahwa, saat oleh konsumen antara lain rumah rusak,
ini kasus meledaknya tabung gas LPG rumah terbakar hingga kendaraan
marak terjadi, terutama untuk jenis rusak.

Tabel 1. Kasus Ledakan Tabung Gas LPG

Sumber: Litbang Kompas dan PT Pertamina (Persero), 2010.


Ket: *) hingga 28 Juli 2010.

186 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


Tabel 2. Instansi Terkait Pengawasan LPG

Sumber: Puska PDN Kemendag (diolah dari berbagai sumber)

Berdasarkan Surat Wakil Ganti rugi oleh Pertamina


Presiden No. 28/WP/XI/2006 tanggal dilakukan antara lain melalui sistem
8 November 2006, pada awalnya PT asuransi, dengan membayar premi
Pertamina hanya diberi tugas dalam untuk pengguna gas LPG paket perdana
pengadaan tabung. Sementara, program konversi minyak tanah ke gas
pengadaan kompor dan regulator bagi kelompok prasejahtera. Sedangkan
diserahkan kepada KUKM. Namun, Kementerian Kesehatan memfasilitasi
sejak 2007 hingga sekarang PT non teknis dan administrasi penanganan
Pertamina bertanggung jawab penuh korban di rumah sakit. Pengguna gas
pada pengadaan tabung, kompor LPG 3 kg paket perdana di Indonesia
berikut regulator (Primair Online, 6 Juli berjumlah 45 juta. Selain pemberian
2010). asuransi, Pertamina menyalurkan rubber
Pemerintah menyatakan bahwa seal (karet gas) ke seluruh stasiun
seluruh kerugian akibat kecelakaan pengisian bahan bakar LPG (SPBE)
penggunaan gas LPG 3 kg ditanggung dan mengupayakan penggantian
pemerintah. PT Pertamina menanggung selang penyalur gas LPG substandar
semua biaya pengobatan korban masyarakat sasaran program konversi
ledakan gas. Selain itu, Pertamina juga minyak tanah ke gas (Litbang Kompas
akan memberikan ganti rugi terhadap dan PT Pertamina (Persero), 2010)
kerugian harta benda yang rusak akibat
ledakan tabung gas tersebut.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 187


2. Kasus Susu Mengandung Mela- 3. Kasus Kosmetik Mengandung
mine Merkuri
Berita mengenai racun di bahan Badan POM kota Jayapura
melamine kembali menyeruak pada menemukan kosmetik dengan berbagai
pasca pertengahan tahun 2008 setelah merek mengandung bahan berbahaya
kasus susu di China,. Ribuan bayi antara lain berupa Merkuri (Hg)
di China dikabarkan telah menderita atau air raksa. Keduanya termasuk
berbagai penyakit yang disebabkan ke dalam golongan logam berat
oleh kontaminasi melamine pada berbahaya, Merkuri walaupun dalam
susu bubuk bayi. Banyak diantaranya konsentrasi kecil, bersifat racun,
berakibat fatal, dari mulai gagal ginjal menimbulkan efek buruk bagi kulit
hingga korban jiwa. manusia, mulai dari perubahan warna
Di Indonesia berita tentang kulit hingga alergi dan iritasi. Dalam
pengaruh negatif dari peralatan berbahan jangka panjang penggunaan kosmetik
melamine meledak setelah pihak Badan yang mengandung bahan berbahaya
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berdampak pula pada kerusakan
melakukan pengujian terhadap 62 permanen susunan syaraf, otak, ginjal
peralatan makan dari melamine. Dari serta gangguan pada perkembangan
hasil pengujian tersebut ditemukan 30 janin (www.tabloidjudi.com).
antaranya melepaskan formalin apabila Untuk memberikan efek jera
peralatan tersebut digunakan untuk bagi para produsen, distributor hingga
tempat makanan yang berair, berasa ke pengecer, Badan POM menerapkan
asam terlebih dalam keadaan panas. beberapa pendekatan. Pertama
Penggunaan peralatan makan dari pendekatan persuasif bersifat himbauan.
bahan melamine dalam jangka panjang Namun kelak jika ditemukan masih
dapat beresiko menimbulkan gangguan terulang, akan diterapkan pendekatan
ginjal dan kandung kemih, gagal ginjal, kedua, yakni cara represif projusticia.
kerusakan organ tubuh, dan kanker Adapun ketentuan pidana terkait
(www.beritanet.com). permasalahan ini diatur dalam dua
Menurut Direktur Pengawasan Undang-Undang. Pertama, Undang-
Produk dan Bahan Berbahaya BPOM, Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
faktor penting penyebab peralatan Kesehatan dengan ancaman pidana
berbahan dasar melamin dalam penjara paling lama lima tahun dan denda
kondisi tertentu bisa melepaskan paling banyak 100 juta rupiah. Aturan ini
formalin adalah teknologi proses ditujukan bagi yang memproduksi atau
pembuatannya yang kurang baik. Untuk mengedarkan kosmetik mengandung
dapat menjamin keamanan peralatan bahan berbahaya. Sedangkan yang
berbahan melamin yang telah berdar di mengedarkan kosmetik tanpa ijin edar
pasaran, BPOM berencana mengulas diancam pidana penjara paling lama 7
penandaan keamanan perangkat tahun dan denda paling banyak 140 juta
makanan berbahan dasar melamin rupiah. Kedua, Undang-undang nomor
dengan instansi tekait.10 8 tahun 1999 tentang perlindungan

10 http://www.beritanet.com/Education/Info-Melamin-Formalin.html

188 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


konsumen. Pelakunya akan diancam kriteria, seperti angka oktan, kandungan
pidana penjara 5 tahun atau denda sulfur, dan kandungan air, sudah sesuai
paling banyak 2 milyar rupiah.11 ketentuan. Diduga penyebab menurun-
nya kualitas premium adalah tangki
4. Kasus Bahan Bakar Premium SPBU yang kotor. Dalam jangka pendek,
Bermasalah perubahan angka oktan dari 90 ke 88
Beberapa pabrikan otomotif tidak menyebabkan kerusakan pompa
yang produknya terkena dampak bahan bakar (fuel pump) mobil. Namun,
premium bermasalah di Jakarta untuk jangka panjang, perubahan angka
menurunkan tim untuk memeriksa oktan bisa merusak mesin (www.koran-
penyebab kerusakan pada perangkat jakarta.com).
fuelpump, yang dikeluhkan angkutan Sementara itu, Kementerian
umum, khususnya taksi di ibu kota. ESDM belum mengetahui hasil
Pabrikan Chevrolet yang menjual penelitian laboratorium di Thailand yang
produk Louva, yang digunakan untuk menyebutkan bahwa kandungan sulfur
angkutan taksi, menurunkan timnya premium Pertamina melebihi ambang
untuk memeriksa penyebab kerusakan batas. Sebelumnya, Badan Pengatur
bagian bahan bakar kendaraan itu. Hilir (BPH) Migas menyatakan uji petik
Hasil pemeriksaan dan survey yang premium akan dilakukan pekan ini. Uji
dilakukan, menemukan partikel seperti petik dilakukan menyusul merebaknya
pasir, sulfur, dan kadar timbal di atas kasus kerusakan pompa bensin (fuel
normal. Kendaraan yang terkendala pump) pada ribuan kendaraan pribadi
tidak hanya kendaraan yang sudah dan taksi di kawasan Jakarta, Bogor,
tua, namun juga kendaraan-kendaraan Depok, Tangerang, dan Bekasi
terbaru dari beberapa pabrikan ikut (Jabodetabek). Uji petik premium ini
terkena dampaknya.12 penting, mengingat kasus keusakan
Kementerian Energi dan fuel pomp tidak terjadi di daerah lain.13
Sumber Daya Mineral (ESDM)
mengungkapkan berdasarkan hasil Tanggung Jawab Mutlak (Strict
penelitian sementara, premium yang Liability) Di Belanda14
dijual PT Pertamina (Persero) sudah Perlindungan konsumen di
sesuai spesifikasi yang ditetapkan. Belanda telah berjalan akibat tingkat
Penurunan kualitas premium mungkin kesadaran hukum masyarakatnya telah
terjadi saat ditimbun di tangki Stasiun sangat tinggi, sehingga kecurangan
Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). terhadap praktek jual beli lazimnya tidak
Berdasarkan hasil penelitian sementara terjadi, dan apabila ternyata produk
di empat titik, sebagian besar dari 11 yang dibeli tidak berfungsi ataupun tidak

11 http://tabloidjubi.com/index.php/edisi-cetak/advertorial/2090-peredaran-kosmetik-berbahaya-di-
papua-memprihatinkan
12 http://regional.kompas.com/read/2010/07/26/17413943/Pabrikan.Turunkan.Tim.Uji.BBM.
Bermasalah
13 http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=58351
14 Wawancara dengan Joseph W. Chung, Kamer Van Koophandel, Maastricht, Prof. Jan van Dalen dari
Maastricht University dan perwakilan dari Consumenten Bond, Den Haag, 10 – 16 Oktober 2010

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 189


sebagaimana mestinya, pembeli dapat tanggung jawab terhadap kerugian
kembali kepada penjual dan meminta yang ditimbulkan oleh suatu produk
ganti. Artinya, apabila pembeli dapat ditentukan besarannya secara pasti.
memberikan bukti-bukti pembelian, Artinya, penggantirugian diperhitungkan
maka pemilik toko berkewajiban untuk berdasarkan kerugian material dan bukan
mengganti barang atau mengembalikan berdasarkan perhitungan yang bersifat
uang senilai dengan harga barang yang imaterial. Seorang konsumen tidak
dibelinya. dapat meminta gantirugi berdasarkan
Belanda sebagai salah satu perhitungan kerugian imaterial,
anggota dari masyarakat Uni Eropa karena hal tersebut tidak dibenarkan
berupaya semaksimal mungkin menjaga berdasarkan hukum yang berlaku
produk-produk/barang-barang yang di- Belanda. Penghitungan atas kerugian
pasarkan di lingkungan negara-negara material yang diderita dapat dilakukan
anggota Uni Eropa. Belanda, demikian dengan cara memperhitungkan kerugian
juga negara-negara Uni Eropa lainnya, seseorang selama tidak dapat bekerja,
secara ketat melakukan pengawasan memperbandingkan keadaan pada saat
terhadap harga, kualitas dan standar terjadinya musibah dengan kondisi
produk. terkini si korban.
Perlindungan konsumen dalam Perlindungan konsumen di
tatanan contract law berbasis pada Belanda menekankan juga pada
hukum perdata, perikatan dikarenakan perlindungan atas perjanjian yang
timbulnya hak dan kewajiban tidak seimbang. Perjanjian yang tidak
berdasarkan hubungan kontraktual seimbang atau merugikan konsumen
dimaksud. Sedangkan, lingkup lainnya tersebut harus dapat dibuktikan bahwa
yang mencakup perlindungan konsumen memang terdapat penyimpangan.
termasuk dalam tatanan consumer Apabila tidak dapat dibuktikan maka
sales. Belanda mengacu pada standar produsen maupun distributor produk/
peraturan perlindungan konsumen yang barang tidak dapat dipersalahkan.
diberlakukan di masyarakat Uni Eropa. Informasi produk yang harus
Selanjutnya hukum perlindungan sesuai antara kandungan dan informasi
konsumen pun masuk dalam pranata yang dinyatakan merupakan suatu
hukum publik, mengingat konsumen keharusan, bahkan merupakan suatu
dari produk-produk/barang-barang yang kemutlakan. Dengan kata lain tidak
dipasarkan dipergunakan secara massal ada pengecualian berkenaan dengan
oleh masyarakat. Implikasi terhadap keharusan yang dimaksud. Terutama hal
dampaknya pun terbuka kemungkinan yang dihindari adalah apabila informasi
dirasakan oleh banyak orang. Oleh yang dinyatakan tersebut tidak sesuai
karena itu, di Belanda diberlakukan dengan faktanya.
hukum tentang makanan (food law), Belanda dalam hal ini
khususnya terhadap consumer goods memberlakukan ketentuan tanggung
product. jawab produk dalam lingkup yang
Dalam hukum perdata sangat detail dan terperinci, sehingga
Belanda ditegaskan bahwa produsen cukup dengan menegakkan peraturan-
bertanggung jawab atas kerusakan peraturan tentang tanggung jawab
barang. Perlu disampaikan pula bahwa produk permasalahan sengketa

190 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


perniagaan yang mungkin muncul Di Belanda upaya penyelesaian
dapat dihindari. Ketika peraturan perkara sengketa konsumen pada
yang detail tentang prinsip tanggung umumnya tidak menggunakan jalur
jawab produk telah berhasil dan efektif pengadilan. Alasan utamanya adalah
diterapkan, maka tidak ada alasan untuk biaya pengacara yang mahal dan
memberlakukan prinsip strict liability. proses peradilan yang lama. Jalur
Peraturan yang ditali dan efektif dalam peradilan merupakan pilihan terakhir
hal ini merupakan kekuatan tawar yang ditempuh oleh para pihak yang
untuk tidak memberlakukan prinsip strict berselisih.
liability. Yang harus dipastikan adalah Terbuka kemungkinan terdapat
bahwa produk-produk yang beredar di kekosongan hukum dalam kasus
pasar Belanda adalah produk-produk perlindungan konsumen akibat dari sifat
yang terjamin keamanannya, dilakukan khusus dari perkara yang terjadi. Apabila
pengawasan terhadap produk-produk yang demikian ini terjadi, maka cara
yang beredar secara berkelanjutan, yang ditempuh adalah dengan mencari
penyuluhan dan sosialisasi yang hukum yang relevan sebagai hukum
berkelanjutan dan kesesuaian antara yang paling baik untuk diterapkan.
informasi dalam label produk dan Seperti halnya hukum di Indonesia,
realitas produk. hakim di Belanda dapat menentukan
Faktor keamanan atas produk hukum yang digunakan untuk mengisi
merupakan faktor utama yang harus kekosongan hukum yang dimaksud.
senantiasa diperhatikan. Tujuannya Produsen wajib menyatakan
adalah untuk meminimalisir terjadinya bahwa produk tersebut tidak atau
kerugian maupun insiden yang akan mengandung bahan-bahan yang
dialami oleh konsumen. Salah satu berbahaya dan membahayakan. Secara
bidang yang sangat kompleks dalam spesifik dapat disampaikan bahwa aspek
penanganan perlindungan konsumen yang penting untuk selalu diperhatikan
adalah bidang makanan. Untuk itu dan dianalisis oleh konsumen adalah
diperlukan hukum tersendiri. Hukum tata cara yang seharusnya dalam
tentang makanan tersebut terintegrasi menggunakan produk, dan tata cara
erat dengan hukum perlindungan memproduksi produk/barang yang
konsumen. paling baik (dari sisi produsen).
Sektor makanan di Belanda dan Meskipun di Belanda sudah
di Eropa pada umumnya merupakan diberlakkukan ketentuan tentang
satu sektor yang sangat diperhatikan tanggung jawab produk, konsumen di
mengingat produk tersebut langsung negara ini tetap dapat menuntut ganti
dikonsumsi oleh manusia dan jika rugi terhadap produsen/pelaku usaha
terjadi kesalahan maka dampaknya tanpa melalui proses persidangan,
dapat secara langsung dirasakan oleh pembuktian terbalik maupun proses
orang-orang yang mengonsumsinya. lainnya. Produsen/pelaku usaha
Belanda memiliki complaint committee harus membayar ganti rugi terhadap
yang bertugas untuk menerima berbagai konsumen atas kerugian yang
macam keluhan dari para konsumen, dideritanya, terutama apabila kerugian
sekaligus sebagai kontrol terhadap tersebut berkaitan dengan badan dan
produsen yang beritikad kurang baik. jiwa manusia.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 191


Pemberlakuan strict liability di mematuhi berbagai macam ketentuan
Eropa secara garis besar didasarkan bidang perlindungan konsumen.
pada kebutuhan negara yang Tidak pula dapat dipungkiri
bersangkutan, perilaku dari masyarakat bahwa masyarakat menghendaki
negara yang bersangkutan dan budaya produk-produk tertentu dalam harga
hukum yang melatarbelakanginya. Beda yang relatif terjangkau, tetapi seharusnya
negara berbeda pula permasalahan permintaan pasar ini tetap harus
yang dihadapi. Namun demikian disikapi dengan penuh tanggung jawab
penekanan yang harus diperhatikan oleh para produsen. Peristiwa-peristiwa
adalah masalah perlindungan hak pelanggaran maupun penyimpangan
konsumen dan produsen, serta aspek- seperti yang telah disampaikan di
aspek yang mendukung meningkatkan atas jarang terjadi di negara-negara
kesejahteraan bangsa dan negara. Eropa maupun di negara-negara maju
lainnya, selain karena adanya itikat
Penerapan Prinsip Tanggung Jawab baik dari produsen, juga karena adanya
Mutlak (Strict Liability) pengawasan yang ketat dan sanksi
Saat ini, prinsip tanggung jawab berat. Untuk melindungi konsumen,
mutlak (strict liability) sudah waktunya Indonesia telah memiliki peraturan
diterapkan di Indonesia. Pemberlakuan perundangan tentang tanggung jawab
tanggung jawab mutlak ini sangat produk, namun demikian, sebagaimana
mendesak terkait dengan tingginya diuraikan di atas, belum berfungsi
resistensi dari para produsen, tidak secara optimal.
beritikad baik dalam berbisnis, dan Beberapa contoh kasus seperti
banyaknya peristiwa yang menunjukan halnya ledakang tabung gas, susu yang
konsumen tidak dilingdungi secara beracun di atas tidak seharusnya terjadi.
maksimal. Indonesia merupakan Pertanyaannya adalah bagaimana
pangsa pasar yang besar, baik bagi Indonesia dapat meminimalisir penyim-
produsen lokal maupun internasional. pangan-penyimpangan, pelanggaran-
Namun demikian, hak-hak konsumen pelanggaran atau bahkan kejahatan-
di tempat ini belum mendapat kejahatan terhadap konsumen?
perlingungan secara maksimal. Kasus- Penerapan prinsip tanggung jawab
kasus seperti keracunan makanan, susu mutlak (strict liability) merupakan salah
yang mengandung melamin, bensin satu alternatif yang dapat ditempuh.
tercemar, tabung gas yang meledak, Dengan prinsip ini, produsen yang tidak
kosmetik beracun dan lain sebagainya bertanggung jawab akan mendapatkan
merupakan bukti dari kurangnya sangsi yang berat.
perlindungan tersebut. Pelaku usaha beranggapan
Bagi sebagian besar produsen, bahwa jika diberlakukan peraturan
konsumen hanya menjadi sumber baru maka akan menimbulkan beban
pendapatan dan keuntungan. Mereka biaya baru bagi mereka, yang pada
umumnya tidak menaati peraturan akhirnya mempengaruhi biaya produksi.
perundang-undangan mengenai kea- Hal ini akan membebani konsumen.
manan produk, tata cara pembuatan Seharusnya alasan klasik ini perlu
produk yang benar, tidak mencantumkan disikapi, yaitu sampai sejauh mana
informasi produk pada label, dan beban biaya yang dinyatakan oleh

192 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


para produsen tersebut adalah benar. (strict liability) merupakan pasal yang
Jika biaya tersebut bisa melindungi sangat berat untuk diberlakukan, karena
kepentingan konsumen dan sepanjang dampakhukum yang akan diterima oleh
masih dalam batas-batas kewajaran produsen. Keadaan yang demikian ini
maka seharusnya bukan merupakan justru akan menciptakan suatu kondisi
masalah. yang kontraproduktif. Salah satu
Pemberlakuan prinsip tanggung alternatif solusi yang dapat diajukan
jawab mutlak (strict liability) di Indonesia adalah melakukan amandemen UUPK,
belum bisa diberlakukan untuk semua yang memungkinkan diterapkannya
bidang usaha ataupun terhadap semua prinsip tanggung jawab mutlak (strict
produk, tetapi hanya diberlakukan atas liability).
kelompok produsen dan produk tertentu
. Diantaranya adalah produk-produk Kesimpulan
yang (a) risiko penggunaan produk;
Kesimpulan
(b) tingkat kelalaian yang dilakukan
Perlindungan konsumen me-
oleh produsen; (c) produk-produk yang
rupakan salah satu bidang yang
dipergunakan secara massal, dan
dinamikanya sangat pesat dan para
lain sebagainya. Selain itu, produsen
stakeholder-nya memiliki kekerapan
skala konglomerasi merupakan
hubungan yang sangat intense.
kelompok produsen yang mutlak harus
Demikian pula lingkup problematikanya
menerapkan prinsip tanggung jawab
yang juga mengalami perubahan yang
mutlak.
sangat pesat. Hubungan-hubungan
Kategorisasi tersebut di atas
yang terjadi antar para stakeholder-nya
tidak ditujukan untuk melakukan
adalah hubungan yang dikarenakan
diskriminasi, tetapi yang perlu dipahami
faktor kebutuhan (baik pokok, sekunder
bersama adalah produsen-produsen
maupun tersier), ketersediaan pena-
besar seharusnya telah memiliki sistem
waran dan permintaan, pemasaran dan
yang lebih baik. Oleh karena itu produsen
alur distribusi, pelayanan purna jual,
yang bersangkutan seharusnya memiliki
keterbukaan informasi dan standarisasi
tanggung jawab yang lebih tinggi atas
yang benar atas suatu produk, etika
produk sesuai dengan reputasinya,
dan tanggung jawab produsen dan
dengan tujuan antara lain adalah sebagai
konsumen, serta masih banyak lainnya.
bentuk apresiasi dan penghargaan
Deskripsi ini memberikan suatu
kepada para konsumennya. Alasan lain
pemahaman, bahwa yang perlu diatur
adalah agar produsen-produsen besar
adalah perilaku dan sikap tindak dari
dapat menjadi contoh yang baik bagi
produsen dan konsumen agar tercipta
produsen-produsen kecil dan menengah
suatu harmonisasi, ketertiban, keadilan
dalam hal taat hukum, standarisasi,
dan kepastian. Apabila menyikapi begitu
pelayanan, tanggung jawab produk,
banyaknya deviasi, penyimpangan dan
dan lain sebagainya. Dengan demikian,
pelanggaran yang mengarah pada
diharapkan kondisi yang kondusif yang
bentuk manipulasi maupun kriminalisasi
mendorong tumbuh suburnya dunia
terstruktur, maka momentum ini
industri yang sehat dapat terwujud.
merupakan saat yang tepat untuk
Perlu untuk ditegaskan kembali
melakukan amandemen UUPK.
bahwa prinsip tanggung jawab mutlak

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 193


Walaupun UUPK telah berlaku • produsen-produsen yang termasuk
tetapi seringkali perkara yang diajukan kategori konglomerasi ataupun
ke pengadilan masih memperguna- produsen berskala besar.
kan ketentuan-ketentuan berdasarkan Salah satu alternatif solusi
pasal-pasal yang terdapat dalam yang dapat diajukan adalah dengan
KUHPerdata. Hal ini mengindikasikan mengatur dalam amandemen UUPK,
bahwa aparat penegak hukum belum bahwa UUPK mengatur tentang prinsip
memiliki pengetahuan yang memadai tanggung jawab mutlak (strict liability)
tentang dalil-dalil hukum yang terdapat dan ketentuan lebih lanjut tentang
dalam UUPK untuk dapat dipergunakan prinsip tanggung jawab mutlak (strict
sebagai dasar gugatan dalam perkara- liability) akan diatur lebih lanjut
perkara sengketa konsumen. Hal dalam peraturan pemerintah/peraturan
tersebut diperparah dengan belum pelaksana.
adanya persepsi yang sama diantara Apabila dalam agenda
atau sesama aparat penegak hukum amandemen UUPK tidak dimasukkan
terhadap UUPK. mengenai pemberlakuan prinsip
Sulitnya menemukan perkara tanggung jawab mutlak (strict liability),
perselisihan product liability dan strict maka kewajiban bagi para perancang
liability di pengadilan Indonesia karena kebijakan untuk menjadikan ketentuan-
para pihak yang bersengketa lazimnya ketentuan yang mengatur tentang
menggunakan mekanisme sengketa tanggung jawab produk menjadi lebih
perdata umum dan bukan melalui ekstensif dan komprehensif muatannya
lembaga penyelesaian perselisihan atau bahkan ketentuan mengenai
sengketa konsumen. sanksi maksimal yang diberikan harus
memberikan efek jera bagi mereka
Rekomendasi yang melakukan pelanggaran.
Strict liability jika dimasukkan
dalam perundang-undangan memiliki Daftar Pustaka
implikasi konsekuensi yang mem-
Anonim.(2009). “Info Lengkap Soal
beratkan produsen. Apabila ketentuan
Melamin dengan Formalin”.
ini akan diberlakukan di Indonesia,
Diunduh dari http://www.
maka beberapa aspek pokok yang perlu
beritanet.com/Education/Info-
diperhatikan, yaitu meliputi:
Melamin-Formalin.html tanggal 7
• pemberlakuannya hanya untuk
Juni 2010.
kelompok-kelompok produsen ter-
tentu; Anonim.(2009). “Peredaran
• produk-produk yang mengandung Kosmetik Berbahaya di Papua
bahan berbahaya; Memprihatinkan”. Diunduh dari
• intensitas kelalaian produsen yang http://tabloidjubi.com/index.php/
sangat tinggi dalam menentukan edisi-cetak/advertorial/2090-
standar maupun kualitas barang; tanggal 13 Juni 2010
• produk-produk yang dipergunakan
Anonim.(2010). “Pabrikan Turunkan. Tim.
secara massal;
Uji. BBM. Bermasalah”. Diunduh
• produk-produk yang bersentuhan
dari http://regional.kompas.com/
langsung dengan manusia; dan

194 - Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011


read/2010/07/26/17413943/ pada Jawab Mutlak Dalam Hukum
tanggal 15 September 2010, Perlindungan Konsumen, Univer-
sitas Indonesia, Fakultas Hukum,
Anonim.(2010). Diunduh dari http://www.
Pascasarjana.
koran-jakarta.com/berita-detail.
php?id=58351 pada tanggal 21 Shofie, Yusuf. (2003). Perlindungan
September 2010, Konsumen dan Instrumen-
Instrumen Hukumnya. PT Citra
Kompas. (2010). Pertamina Bantu
Aditya Bakti, Cetakan ke-II.
Korban Ledakan Gas. Litbang
Kompas dan PT Pertamina Tjandrasari, Heri. (2010). Badan
(Persero), Kompas, 28 Juli Penyelesaian Sengketa Kon-
2010. sumen (BPSK) dan Upaya Per-
lindungan Hukum Bagi Konsumen.
Putra, Tria Sasangka. (2006). “Per-
Masyarakat Pemantauan Per-
lindungan Konsumen dalam Era
adilan Indonesia. Fakultas
Consumerism-Wise di Indonesia”,
Hukum Universitas Indonesia.
Surat Kabar Harian Pelita, 12
www.pemantauperadilan.com.
Januari 2006.
Diakses terakhir tanggal 1 April
Samsul, Inosentius. (2004). Hukum 2010.
Perlindungan Konsumen Ke-
Undang-Undang Perlindungan Konsu-
mungkinan Penerapan Tanggung
men Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Jawab Mutlak. Universitas
Perlindungan Konsumen.
Indonesia, Fakultas Hukum,
Pascasarjana, Cetakan 1 – Widjaja, Gunawan dan Ahmad
Jakarta, 2004 Yani. (2003). Hukum tentang
Perlindungan Konsumen. PT
Samsul, Inosentius. (2003). Ringkasan
Gramedia Pustaka Utama,
Disertasi Prinsip Tanggung
Jakarta 2003, Cetakan ketiga.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011 - 195

Anda mungkin juga menyukai