12/Des/2019
106
Lex Crimen Vol. VIII/No. 12/Des/2019
107
Lex Crimen Vol. VIII/No. 12/Des/2019
a. Pejabat penyidik Polri. KUHAP telah pelaku usaha dan/atau pengurusnya. Pasal 62
memberikan tanggung jawab fungsi menyatakan:
penyidikan kepada instansi Kepolisian. Akan (1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan
tetapi tidak semua anggota kepolisian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal
dapat menjadi penyidik, melainkan harus 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal
memenuhi persyaratan tertentu yang 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor e, ayat (2), dan Pasal 18 dipidana dengan
27 Tahun 1983. Dalam Peraturan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
Pemerintah tersebut, terdapat dua penyidik atau pidana denda paling banyak Rp
dari Polri. Pertama, pejabat penyidik penuh 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
yang sekurangnya berpangkat Letnan Dua (2) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan
Polisi atau apabila dalam jajaran kepolisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11,
disuatu daerah tidak ada Letnan Dua Polisi, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal
maka Polisi berpangkat Bintara dapat 16, dan Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f
menjadi penyidik. Kedua adalah penyidik dipidana dengan pidana penjara paling
pembantu dengan syarat pangkat minimum lama 2 (dua) tahun atau pidana denda
Sersan Dua Polisi atau Pegawai Negeri Sipil paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
(PNS) dalam lingkungan Kepolisian Negara ratus juta rupiah).
dengan syarat sekurangnya berpangkat (3) Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan
Pengatur Muda. luka berat, sakit berat, cacat tetap atau
b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PNS). Selain kematian diberlakukan ketentuan pidana
penyidik yang berasal dari Polri, KUHAP yang berlaku.
juga mengatur mengenai penyidik yang Dengan demikian dapat dipahami bahwa
berasal dari PNS. Pengaturan tersebut bentuk-bentuk tindak pidana terhadap
terdapat dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b, konsumen dapat terjadi apabila pelaku usaha
yaitu tentang PNS yang mempunyai fungsi melakukan tindakan sebagaimana diatur dalam
dan wewenang sebagai penyidik. Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Penyidikan terhadap tindak pidana terhadap Perlindungan Konsumen sebagai berikut:
konsumen yang dilakukan oleh para pelaku 1. Bab IV mengenai Perbuatan Yang Dilarang
usaha yang memproduksi dan/atau Bagi Pelaku Usaha. Pasal 8 menyatakan:
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang (1) Pelaku usaha dilarang memproduksi
tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan dan/atau memperdagangkan barang
standar yang dipersyaratkan dan ketentuan dan/atau jasa yang :
peraturan perundang-undangan, juga a. tidak memenuhi atau tidak sesuai
menawarkan, mempromosikan, mengiklankan dengan standar yang dipersyaratkan
suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar dan ketentuan peraturan
dan menawarkan, mempromosikan, perundang-undangan;
mengiklankan atau membuat pernyataan yang b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi
tidak benar atau menyesatkan, termasuk bersih atau netto, dan jumlah dalam
penjualan dilakukan melalui cara obral atau hitungan sebagaimana yang
lelang, mengelabui/menyesatkan konsumen dinyatakan dalam label atau etiket
dan membuat atau mencantumkan klausula barang tersebut;
baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian. c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran,
timbangan dan jumlah dalam
B. Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Terhadap hitungan menurut ukuran yang
Konsumen Menurut Undang-Undang sebenarnya;
Nomor 8 Tahun 1999 d. tidak sesuai dengan kondisi,
Bentuk-bentuk tindak pidana terhadap jaminan, keistimewaan atau
konsumen sebagaimana diatur dalam Undang- kemanjuran sebagaimana
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang dinyatakan dalam label, etiket atau
Perlindungan Konsumen, Pasal 61 menyatakan: keterangan barang dan/atau jasa
Penuntutan pidana dapat dilakukan terhadap tersebut;
108
Lex Crimen Vol. VIII/No. 12/Des/2019
e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, barang dan/atau jasa secara tidak benar,
komposisi, proses pengolahan, gaya, dan/atau seolah-olah :
mode, atau penggunaan tertentu a. barang tersebut telah memenuhi
sebagaimana dinyatakan dalam label dan/atau memiliki potongan harga,
atau keterangan barang dan/atau harga khusus, standar mutu tertentu,
jasa tersebut; gaya atau mode tertentu, karakteristik
f. tidak sesuai dengan janji yang tertentu, sejarah atau guna tertentu;
dinyatakan dalam label, etiket, b. barang tersebut dalam keadaan baik
keterangan, iklan atau promosi dan/atau baru;
penjualan barang dan/atau jasa c. barang dan/atau jasa tersebut telah
tersebut; mendapatkan dan/atau memiliki
g. tidak mencantumkan tanggal sponsor, persetujuan, perlengkapan
kadaluwarsa atau jangka waktu tertentu, keuntungan tertentu, ciri-ciri
penggunaan/pemanfaatan yang kerja atau aksesori tertentu;
paling baik atas barang tertentu; d. barang dan/atau jasa tersebut dibuat
h. tidak mengikuti ketentuan oleh perusahaan yang mempunyai
berproduksi secara halal, sponsor, persetujuan atau afiliasi;
sebagaimana pernyataan "halal" e. barang dan/atau jasa tersebut tersedia;
yang dicantumkan dalam label; f. barang tersebut tidak mengandung
i. tidak memasang label atau cacat tersembunyi;
membuat penjelasan barang yang g. barang tersebut merupakan
memuat nama barang, ukuran, kelengkapan dari barang tertentu;
berat/isi bersih atau netto, h. barang tersebut berasal dari daerah
komposisi, aturan pakai, tanggal tertentu;
pembuatan, akibat sampingan, i. secara langsung atau tidak langsung
nama dan alamat pelaku usaha serta merendahkan barang dan/atau jasa lain;
keterangan lain untuk penggunaan j. menggunakan kata-kata yang
yang menurut ketentuan harus di berlebihan, seperti aman, tidak
pasang/dibuat; berbahaya, tidak mengandung risiko
j. tidak mencantumkan informasi atau efek sampingan tanpa keterangan
dan/atau petunjuk penggunaan yang lengkap;
barang dalam bahasa Indonesia k. menawarkan sesuatu yang mengandung
sesuai dengan ketentuan janji yang belum pasti.
perundang-undangan yang berlaku. (2) Barang dan/atau jasa sebagaimana
(2) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk
barang yang rusak, cacat atau bekas, dan diperdagangkan.
tercemar tanpa memberikan informasi (3) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran
secara lengkap dan benar atas barang terhadap ayat (1) dilarang melanjutkan
dimaksud. penawaran, promosi, dan pengiklanan
(3) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut.
sediaan farmasi dan pangan yang rusak, 3. Pasal 10: Pelaku usaha dalam menawarkan
cacat atau bekas dan tercemar, dengan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk
atau tanpa memberikan informasi secara diperdagangkan dilarang menawarkan,
lengkap dan benar. mempromosikan, mengiklankan atau
(4) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran membuat pernyataan yang tidak benar atau
pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang menyesatkan mengenai :
memperdagangkan barang dan/atau jasa a. harga atau tarif suatu barang dan/atau
tersebut serta wajib menariknya dari jasa;
peredaran. b. kegunaan suatu barang dan/atau jasa;
2. Pasal 9 ayat: c. kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau
(1) Pelaku usaha dilarang menawarkan, ganti rugi atas suatu barang
mempromosikan, mengiklankan suatu dan/atau jasa;
109
Lex Crimen Vol. VIII/No. 12/Des/2019
d. tawaran potongan harga atau hadiah dan/atau jasa yang dibeli oleh
menarik yang ditawarkan; konsumen;
e. bahaya penggunaan barang dan/atau d. menyatakan pemberian kuasa dari
jasa. konsumen kepada pelaku usaha baik
4. Pasal 13 ayat (2): Pelaku usaha dilarang secara langsung maupun tidak
menawarkan, mempromosikan atau langsung untuk melakukan segala
mengiklankan obat, obat tradisional, tindakan sepihak yang berkaitan
suplemen makanan, alat kesehatan, dan dengan barang yang dibeli oleh
jasa pelayanan kesehatan dengan cara konsumen secara angsuran;
menjanjikan pemberian hadiah berupa e. mengatur perihal pembuktian atas
barang dan/atau jasa lain. hilangnya kegunaan barang atau
5. Pasal 15: Pelaku usaha dalam menawarkan pemanfaatan jasa yang dibeli oleh
barang dan/atau jasa dilarang melakukan konsumen;
dengan cara pemaksaan atau cara lain yang f. memberi hak kepada pelaku usaha
dapat menimbulkan gangguan baik fisik untuk mengurangi manfaat jasa atau
maupun psikis terhadap konsumen. mengurangi harta kekayaan
6. Pasal 17 ayat (1): konsumen yang menjadi obyek jual
a. mengelabui konsumen mengenai beli jasa;
kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan g. menyatakan tunduknya konsumen
dan harga barang dan/atau tarif jasa kepada peraturan yang berupa
serta ketepatan waktu penerimaan aturan baru, tambahan, lanjutan
barang dan/atau jasa; dan/atau pengubahan lanjutan yang
b. mengelabui jaminan/garansi terhadap dibuat sepihak oleh pelaku usaha
barang dan/atau jasa; dalam masa konsumen
c. memuat informasi yang keliru, salah, memanfaatkan jasa yang dibelinya;
atau tidak tepat mengenai barang h. menyatakan bahwa konsumen
dan/atau jasa; memberi kuasa kepada pelaku usaha
d. tidak memuat informasi mengenai untuk pembebanan hak tanggungan,
risiko pemakaian barang dan/atau jasa; hak gadai, atau hak jaminan terhadap
e. mengeksploitasi kejadian dan/atau barang yang dibeli oleh konsumen
seseorang tanpa seizin yang berwenang secara angsuran.
atau persetujuan yang bersangkutan. (2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan
ayat (2): Pelaku usaha periklanan dilarang klausula baku yang letak atau bentuknya
melanjutkan peredaran iklan yang telah sulit terlihat atau tidak dapat dibaca
melanggar ketentuan pada ayat (1). secara jelas, atau yang
7. Bab V Ketentuan Pencantuman Klausula pengungkapannya sulit dimengerti.
Baku, Pasal 18 menyatakan: (3) Setiap klausula baku yang telah
(1) Pelaku usaha dalam menawarkan barang ditetapkan oleh pelaku usaha pada
dan/atau jasa yang ditujukan untuk dokumen atau perjanjian yang
diperdagangkan dilarang membuat atau memenuhi ketentuan sebagaimana
mencantumkan klausula baku pada dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
setiap dokumen dan/atau perjanjian dinyatakan batal demi hukum.
apabila: (4) Pelaku usaha wajib menyesuaikan
a. menyatakan pengalihan tanggung klausula baku yang bertentangan
jawab pelaku usaha; dengan Undang-undang ini.
b. menyatakan bahwa pelaku usaha 8. Pasal 11: Pelaku usaha dalam hal penjualan
berhak menolak penyerahan kembali yang dilakukan melalui cara obral atau
barang yang dibeli konsumen; lelang, dilarang mengelabui/menyesatkan
c. menyatakan bahwa pelaku usaha konsumen dengan :
berhak menolak penyerahan kembali a. menyatakan barang dan/atau jasa
uang yang dibayarkan atas barang tersebut seolah-olah telah memenuhi
standar mutu tertentu;
110
Lex Crimen Vol. VIII/No. 12/Des/2019
111
Lex Crimen Vol. VIII/No. 12/Des/2019
hukum ialah PT (Perseroaan Terbatas), NV (3) korporasi sebagai pembuat dan yang
(Namloze Vennootschap) dan yayasan bertanggunjawab.
(Sticthing); bahkan Negara pun juga merupaka
badan hukum. Rudhi Prasetya menyatakan, PENUTUP
kata korporasi yang lazim dipergunakan di A. Kesimpulan
kalangan pakar hukum pidana untuk menyebut 1. Penyidikan tindak pidana terhadap
apa yang biasa dalam bidang hukum lain, konsumen menurut Undang-Undang
khususnya bidang hukum perdata, sebagai Nomor 8 Tahun 1999 tentang
badan hukum, atau yang dalam bahasa Belanda Perlindungan Konsumen, selain Pejabat
disebut rechtspersoon, atau yang dalam bahasa Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat
Inggris legal entities atau corporation.7 Pegawai Negeri Sipil tertentu di
Dengan demikian secara umum korporasi lingkungan instansi pemerintah yang
mempunyai unsur-unsur antara lain: lingkup tugas dan tanggung jawabnya di
a) kumpulan orang dan atau kekayaan; bidang perlindungan konsumen juga
b) terorgonasir; diberi wewenang khusus sebagai
c) badan hukum; penyidik sebagaimana dimaksud dalam
d) non badan hukum. Undang-undang Hukum Acara Pidana
Bentuk-bentuk kejahatan korporasi dapat yang berlaku. Penyidik Pejabat Pegawai
diklasifikasilan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: Negeri Sipil berwenang melakukan
a) kejahatan korporasi dibidang ekonomi, pemeriksaan atas kebenaran laporan
antara lain berupa perbuatan tidak atau keterangan berkenaan dengan
melaporkan keuntungan perusahaan yang tindak pidana di bidang perlindungan
sebenarnya, menghindari atau memperkecil konsumen terhadap orang atau badan
pembayaran pajak dengan cara melaporkan hukum yang diduga melakukan tindak
data yang tidak sesuai dengan keadaan yang pidana, meminta keterangan dan bahan
sebenarnya, persengkongloan dalam bukti, melakukan pemeriksaan atas
penentuan harga, memberikan sumbangan pembukuan, catatan, dan dokumen lain,
kampanye politik secara tidak sah. serta melakukan penyitaan terhadap
b) kejahatan korporasi dibidang sosial budaya, barang hasil pelanggaran yang dapat
antara lain; kejahatan hak cipta, kejahatan dijadikan bukti dalam perkara tindak
terhadap buruh, kejahatan narkotika dan pidana di bidang perlindungan konsumen
psikotropika; dan dan meminta bantuan ahli dalam rangka
c) kejahatan korporasi yang menyangkut pelaksanaan tugas penyidikan tindak
masyarakat luas. Hal ini dapat terjadi pada pidana di bidang perlindungan
lingkungan hidup, konsumen dan pemegang konsumen.
saham. 2. Bentuk-bentuk tindak pidana terhadap
Perkembangan pertanggungjawaban pidana konsumen, yaitu pelaku usaha
di Indonesia, ternyata yang dapat memproduksi dan/atau
dipertanggungjawabkan tidak hanya manusia, memperdagangkan barang dan/atau jasa
tetapi juga korporasi. Khusus mengenai yang tidak memenuhi atau tidak sesuai
pertanggungjawaban korporasi dalam hukum dengan standar yang dipersyaratkan dan
pidana, ternyata terdapat bermacam-macam ketentuan peraturan perundang-
cara perumusannya yang ditempuh oleh undangan; menawarkan,
pembuat undang-undang. Ada 3 (tiga) sistem mempromosikan, mengiklankan suatu
kedudukan korporasi dalam hukum pidana barang dan/atau jasa secara tidak benar;
yakni : menawarkan, mempromosikan,
(1) pengurus korporasi sebagai pembuat dan mengiklankan atau membuat pernyataan
pengurus yang bertanggungjawab; yang tidak benar atau menyesatkan;
(2) korporasi sebagai pembuat dan pengurus penjualan dilakukan melalui cara obral
yang bertanggungjawab; atau lelang, mengelabui/menyesatkan
konsumen; membuat atau
7 Ibid.
112
Lex Crimen Vol. VIII/No. 12/Des/2019
113
Lex Crimen Vol. VIII/No. 12/Des/2019
114