Anda di halaman 1dari 9

Lex Crimen Vol. VIII/No.

12/Des/2019

BENTUK-BENTUK TINDAK PIDANA TERHADAP pernyataan yang tidak benar atau


KONSUMEN MENURUT UNDANG-UNDANG menyesatkan; penjualan dilakukan melalui cara
NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG obral atau lelang, mengelabui/menyesatkan
PERLINDUNGAN KONSUMEN1 konsumen; membuat atau mencantumkan
Oleh: Meilania V. Mamahit2 klausula baku pada setiap dokumen dan/atau
perjanjian.
ABSTRAK Kata kunci: Bentuk-Bentuk Tindak Pidana,
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk Konsumen, Perlindungan Konsumen
mengetahui bagaimana penyidikan dalam
tindak pidana terhadap konsumen dan PENDAHULUAN
bagaimana bentuk tindak pidana terhadap A. Latar Belakang
konsumen menurut UU No. 8 Tahun 1999. Undang-undang tentang Perlindungan
Dengan menggunakan metode peneltian yuridis Konsumen ini dalam pelaksanaannya tetap
normatif, disimpulkan: 1. Penyidikan tindak memberikan perhatian khusus kepada pelaku
pidana terhadap konsumen menurut Undang- usaha kecil dan menengah. Hal itu dilakukan
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang melalui upaya pembinaan dan penerapan
Perlindungan Konsumen, selain Pejabat Polisi sanksi atas pelanggarannya. Undang-undang
Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai tentang Perlindungan Konsumen ini
Negeri Sipil tertentu di lingkungan instansi dirumuskan dengan mengacu pada filosofi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung pembangunan nasional bahwa pembangunan
jawabnya di bidang perlindungan konsumen nasional termasuk pembangunan hukum yang
juga diberi wewenang khusus sebagai penyidik memberikan perlindungan terhadap konsumen
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang adalah dalam rangka membangun manusia
Hukum Acara Pidana yang berlaku. Penyidik Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada
Pejabat Pegawai Negeri Sipil berwenang falsafah kenegaraan Republik Indonesia yaitu
melakukan pemeriksaan atas kebenaran dasar negara Pancasila dan konstitusi negara
laporan atau keterangan berkenaan dengan Undang-Undang Dasar 1945.
tindak pidana di bidang perlindungan Pembangunan dan perkembangan
konsumen terhadap orang atau badan hukum perekonomian umumnya dan khususnya di
yang diduga melakukan tindak pidana, meminta bidang perindustrian dan perdagangan nasional
keterangan dan bahan bukti, melakukan telah menghasilkan berbagai variasi barang
pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi. Di
dokumen lain, serta melakukan penyitaan samping itu, globalisasi dan perdagangan bebas
terhadap barang hasil pelanggaran yang dapat yang didukung oleh kemajuan teknologi
dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di telekomunikasi dan informatika telah
bidang perlindungan konsumen dan meminta memperluas ruang gerak arus transaksi barang
bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas dan/atau jasa melintasi batas-batas wilayah
penyidikan tindak pidana di bidang suatu negara, sehingga barang dan/atau jasa
perlindungan konsumen. 2. Bentuk-bentuk yang ditawarkan bervariasi baik produksi luar
tindak pidana terhadap konsumen, yaitu pelaku negeri maupun produksi dalam negeri.3
usaha memproduksi dan/atau Faktor utama yang menjadi kelemahan
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang konsumen adalah tingkat kesadaran konsumen
tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan akan haknya masih rendah. Hal ini terutama
standar yang dipersyaratkan dan ketentuan disebabkan oleh rendahnya pendidikan
peraturan perundang-undangan; menawarkan, konsumen. Oleh karena itu, Undang-undang
mempromosikan, mengiklankan suatu barang Perlindungan Konsumen dimaksudkan menjadi
dan/atau jasa secara tidak benar; menawarkan, landasan hukum yang kuat bagi pemerintah
mempromosikan, mengiklankan atau membuat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya
masyarakat untuk melakukan upaya
1 Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Engelien R.
Palandeng, SH, MH; Hendrik Pondaag, SH,MH
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM: 3Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
14071101255 tentang Perlindungan Konsumen

106
Lex Crimen Vol. VIII/No. 12/Des/2019

pemberdayaan konsumen melalui pembinaan kepada norma-norma hukum yang dituangkan


dan pendidikan konsumen. dalam peraturan perundang-undangan.
Upaya pemberdayaan ini penting karena Prosedur identifikasi dan inventarisasi bahan
tidak mudah mengharapkan kesadaran pelaku hukum yang mencakup bahan hukum primer,
usaha yang pada dasarnya prinsip ekonomi yaitu peraturan perundang-undangan, bahan
pelaku usaha adalah mendapat keuntungan hukum sekunder, yaitu literatur dan karya
yang semaksimal mungkin dengan modal ilmiah hukum. Bahan hukum tersier, terdiri
seminimal mungkin. Prinsip ini sangat potensial dari; kamus hukum. Bahan hukum yang
merugikan kepentingan konsumen, baik secara diperoleh, diinventarisasi dan diidentifikasi
langsung maupun tidak langsung. Atas dasar kemudian dianalisis secara kualitatif.
kondisi sebagaimana dipaparkan di atas, perlu
upaya pemberdayaan konsumen melalui PEMBAHASAN
pembentukan undang-undang yang dapat A. Penyidikan Tindak Pidana Terhadap
melindungi kepentingan konsumen secara Konsumen
integratif dan komprehensif serta dapat Kesewenang-wenangan akan
diterapkan secara efektif di masyarakat. mengakibatkan ketidakpastian hukum. Oleh
Dalam kasus keracunan makananan akhir- karena itu agar segala upaya memberikan
akhir ini terkesan dianggap biasa saja dan tidak jaminan akan kepastian hukum, ukurannya
ada pemikiran atau kesadaran untuk secara kualitatif ditentukan dalam Undang-
melaporkannya ke instansi yang berwenang. undang Perlindungan Konsumen dan undang-
Sementara fungsi peran dan BPSK selaku badan undang lainnya yang juga dimaksudkan dan
yang bertugas menyelesaikan sengketa masih berlaku untuk memberikan perlindungan
konsumen termasuk sengketa akibat kerugian konsumen baik dalam bidang hukum privat
mengkonsumsi pangan perlu diefektifkan. (perdata) maupun hukum publik (hukum pidana
Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) dan hukum administrasi negara). Keterlibatan
merupakan lembaga yang dibentuk tahun 2004 berbagai disiplin ilmu sebagaimana
oleh pemerintah dan berada langsung di bawah dikemukakan di atas, memperjelas kedudukan
Presiden. hukum perlindungan konsumen berada dalam
Tugas Badan Perlindungan Konsumen kajian hukum ekonomi.5 Adanya perlakuan yang
Nasional (BPKN) antara lain mengkaji berbagai adil bagi setiap pelaku usaha untuk
kebijakan perlindungan konsumen, menyusun mengembangkan usahanya, merupakan
dan memberikan saran serta rekomendasi pelaksanaan dari tujuan hukum itu sendiri.
kepada pemerintah, menyebarluaskan Pasal 1 angka (1), (3) Undang-undang
informasi melalui media mengenai Nomor 8 Tahun 1981 dinyatakan bahwa:
perlindungan konsumen dan memasyarakatkan (1) Penyidik adalah pejabat polisi negara
sikap keberpihakan kepada konsumen, serta Republik Indonesia atau pejabat
menerima pengaduan dari masyarakat, pegawai negeri sipil tertentu yang
Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya diberi wewenang khusus oleh undang-
Masyarakat (LPKSM) atau pelaku usaha.4 undang untuk melakukan penyidikan.
(2) Penyidik pembantu adalah pejabat
B. Rumusan Masalah kepolisian negara Republik Indonesia
1. Bagaimanakah penyidikan dalam tindak yang karena diberi wewenang tertentu
pidana terhadap konsumen? dapat melakukan tugas penyelidikan
2. Bagaimanakah bentuk tindak pidana yang diatur dalam undang-undang ini.
terhadap konsumen menurut UU No. 8 Pihak yang berhak menjadi penyidik dalam
Tahun 1999 ? KUHAP dapat diketahui dari Pasal 6 jo. Pasal 10
KUHAP. Dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a KUHAP
C. Metode Penelitian dinyatakan yang berhak menjadi penyidik
Penelitian ini merupakan penelitian hukum adalah sebagai berikut.
normatif yang dipergunakan dalam usaha
menganalisis bahan hukum dengan mengacu
5AhmadiMiru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan
4 Ibid. Konsumen, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008, hal. 2.

107
Lex Crimen Vol. VIII/No. 12/Des/2019

a. Pejabat penyidik Polri. KUHAP telah pelaku usaha dan/atau pengurusnya. Pasal 62
memberikan tanggung jawab fungsi menyatakan:
penyidikan kepada instansi Kepolisian. Akan (1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan
tetapi tidak semua anggota kepolisian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal
dapat menjadi penyidik, melainkan harus 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal
memenuhi persyaratan tertentu yang 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor e, ayat (2), dan Pasal 18 dipidana dengan
27 Tahun 1983. Dalam Peraturan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
Pemerintah tersebut, terdapat dua penyidik atau pidana denda paling banyak Rp
dari Polri. Pertama, pejabat penyidik penuh 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
yang sekurangnya berpangkat Letnan Dua (2) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan
Polisi atau apabila dalam jajaran kepolisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11,
disuatu daerah tidak ada Letnan Dua Polisi, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal
maka Polisi berpangkat Bintara dapat 16, dan Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f
menjadi penyidik. Kedua adalah penyidik dipidana dengan pidana penjara paling
pembantu dengan syarat pangkat minimum lama 2 (dua) tahun atau pidana denda
Sersan Dua Polisi atau Pegawai Negeri Sipil paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
(PNS) dalam lingkungan Kepolisian Negara ratus juta rupiah).
dengan syarat sekurangnya berpangkat (3) Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan
Pengatur Muda. luka berat, sakit berat, cacat tetap atau
b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PNS). Selain kematian diberlakukan ketentuan pidana
penyidik yang berasal dari Polri, KUHAP yang berlaku.
juga mengatur mengenai penyidik yang Dengan demikian dapat dipahami bahwa
berasal dari PNS. Pengaturan tersebut bentuk-bentuk tindak pidana terhadap
terdapat dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b, konsumen dapat terjadi apabila pelaku usaha
yaitu tentang PNS yang mempunyai fungsi melakukan tindakan sebagaimana diatur dalam
dan wewenang sebagai penyidik. Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Penyidikan terhadap tindak pidana terhadap Perlindungan Konsumen sebagai berikut:
konsumen yang dilakukan oleh para pelaku 1. Bab IV mengenai Perbuatan Yang Dilarang
usaha yang memproduksi dan/atau Bagi Pelaku Usaha. Pasal 8 menyatakan:
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang (1) Pelaku usaha dilarang memproduksi
tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan dan/atau memperdagangkan barang
standar yang dipersyaratkan dan ketentuan dan/atau jasa yang :
peraturan perundang-undangan, juga a. tidak memenuhi atau tidak sesuai
menawarkan, mempromosikan, mengiklankan dengan standar yang dipersyaratkan
suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar dan ketentuan peraturan
dan menawarkan, mempromosikan, perundang-undangan;
mengiklankan atau membuat pernyataan yang b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi
tidak benar atau menyesatkan, termasuk bersih atau netto, dan jumlah dalam
penjualan dilakukan melalui cara obral atau hitungan sebagaimana yang
lelang, mengelabui/menyesatkan konsumen dinyatakan dalam label atau etiket
dan membuat atau mencantumkan klausula barang tersebut;
baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian. c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran,
timbangan dan jumlah dalam
B. Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Terhadap hitungan menurut ukuran yang
Konsumen Menurut Undang-Undang sebenarnya;
Nomor 8 Tahun 1999 d. tidak sesuai dengan kondisi,
Bentuk-bentuk tindak pidana terhadap jaminan, keistimewaan atau
konsumen sebagaimana diatur dalam Undang- kemanjuran sebagaimana
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang dinyatakan dalam label, etiket atau
Perlindungan Konsumen, Pasal 61 menyatakan: keterangan barang dan/atau jasa
Penuntutan pidana dapat dilakukan terhadap tersebut;

108
Lex Crimen Vol. VIII/No. 12/Des/2019

e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, barang dan/atau jasa secara tidak benar,
komposisi, proses pengolahan, gaya, dan/atau seolah-olah :
mode, atau penggunaan tertentu a. barang tersebut telah memenuhi
sebagaimana dinyatakan dalam label dan/atau memiliki potongan harga,
atau keterangan barang dan/atau harga khusus, standar mutu tertentu,
jasa tersebut; gaya atau mode tertentu, karakteristik
f. tidak sesuai dengan janji yang tertentu, sejarah atau guna tertentu;
dinyatakan dalam label, etiket, b. barang tersebut dalam keadaan baik
keterangan, iklan atau promosi dan/atau baru;
penjualan barang dan/atau jasa c. barang dan/atau jasa tersebut telah
tersebut; mendapatkan dan/atau memiliki
g. tidak mencantumkan tanggal sponsor, persetujuan, perlengkapan
kadaluwarsa atau jangka waktu tertentu, keuntungan tertentu, ciri-ciri
penggunaan/pemanfaatan yang kerja atau aksesori tertentu;
paling baik atas barang tertentu; d. barang dan/atau jasa tersebut dibuat
h. tidak mengikuti ketentuan oleh perusahaan yang mempunyai
berproduksi secara halal, sponsor, persetujuan atau afiliasi;
sebagaimana pernyataan "halal" e. barang dan/atau jasa tersebut tersedia;
yang dicantumkan dalam label; f. barang tersebut tidak mengandung
i. tidak memasang label atau cacat tersembunyi;
membuat penjelasan barang yang g. barang tersebut merupakan
memuat nama barang, ukuran, kelengkapan dari barang tertentu;
berat/isi bersih atau netto, h. barang tersebut berasal dari daerah
komposisi, aturan pakai, tanggal tertentu;
pembuatan, akibat sampingan, i. secara langsung atau tidak langsung
nama dan alamat pelaku usaha serta merendahkan barang dan/atau jasa lain;
keterangan lain untuk penggunaan j. menggunakan kata-kata yang
yang menurut ketentuan harus di berlebihan, seperti aman, tidak
pasang/dibuat; berbahaya, tidak mengandung risiko
j. tidak mencantumkan informasi atau efek sampingan tanpa keterangan
dan/atau petunjuk penggunaan yang lengkap;
barang dalam bahasa Indonesia k. menawarkan sesuatu yang mengandung
sesuai dengan ketentuan janji yang belum pasti.
perundang-undangan yang berlaku. (2) Barang dan/atau jasa sebagaimana
(2) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk
barang yang rusak, cacat atau bekas, dan diperdagangkan.
tercemar tanpa memberikan informasi (3) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran
secara lengkap dan benar atas barang terhadap ayat (1) dilarang melanjutkan
dimaksud. penawaran, promosi, dan pengiklanan
(3) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut.
sediaan farmasi dan pangan yang rusak, 3. Pasal 10: Pelaku usaha dalam menawarkan
cacat atau bekas dan tercemar, dengan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk
atau tanpa memberikan informasi secara diperdagangkan dilarang menawarkan,
lengkap dan benar. mempromosikan, mengiklankan atau
(4) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran membuat pernyataan yang tidak benar atau
pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang menyesatkan mengenai :
memperdagangkan barang dan/atau jasa a. harga atau tarif suatu barang dan/atau
tersebut serta wajib menariknya dari jasa;
peredaran. b. kegunaan suatu barang dan/atau jasa;
2. Pasal 9 ayat: c. kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau
(1) Pelaku usaha dilarang menawarkan, ganti rugi atas suatu barang
mempromosikan, mengiklankan suatu dan/atau jasa;

109
Lex Crimen Vol. VIII/No. 12/Des/2019

d. tawaran potongan harga atau hadiah dan/atau jasa yang dibeli oleh
menarik yang ditawarkan; konsumen;
e. bahaya penggunaan barang dan/atau d. menyatakan pemberian kuasa dari
jasa. konsumen kepada pelaku usaha baik
4. Pasal 13 ayat (2): Pelaku usaha dilarang secara langsung maupun tidak
menawarkan, mempromosikan atau langsung untuk melakukan segala
mengiklankan obat, obat tradisional, tindakan sepihak yang berkaitan
suplemen makanan, alat kesehatan, dan dengan barang yang dibeli oleh
jasa pelayanan kesehatan dengan cara konsumen secara angsuran;
menjanjikan pemberian hadiah berupa e. mengatur perihal pembuktian atas
barang dan/atau jasa lain. hilangnya kegunaan barang atau
5. Pasal 15: Pelaku usaha dalam menawarkan pemanfaatan jasa yang dibeli oleh
barang dan/atau jasa dilarang melakukan konsumen;
dengan cara pemaksaan atau cara lain yang f. memberi hak kepada pelaku usaha
dapat menimbulkan gangguan baik fisik untuk mengurangi manfaat jasa atau
maupun psikis terhadap konsumen. mengurangi harta kekayaan
6. Pasal 17 ayat (1): konsumen yang menjadi obyek jual
a. mengelabui konsumen mengenai beli jasa;
kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan g. menyatakan tunduknya konsumen
dan harga barang dan/atau tarif jasa kepada peraturan yang berupa
serta ketepatan waktu penerimaan aturan baru, tambahan, lanjutan
barang dan/atau jasa; dan/atau pengubahan lanjutan yang
b. mengelabui jaminan/garansi terhadap dibuat sepihak oleh pelaku usaha
barang dan/atau jasa; dalam masa konsumen
c. memuat informasi yang keliru, salah, memanfaatkan jasa yang dibelinya;
atau tidak tepat mengenai barang h. menyatakan bahwa konsumen
dan/atau jasa; memberi kuasa kepada pelaku usaha
d. tidak memuat informasi mengenai untuk pembebanan hak tanggungan,
risiko pemakaian barang dan/atau jasa; hak gadai, atau hak jaminan terhadap
e. mengeksploitasi kejadian dan/atau barang yang dibeli oleh konsumen
seseorang tanpa seizin yang berwenang secara angsuran.
atau persetujuan yang bersangkutan. (2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan
ayat (2): Pelaku usaha periklanan dilarang klausula baku yang letak atau bentuknya
melanjutkan peredaran iklan yang telah sulit terlihat atau tidak dapat dibaca
melanggar ketentuan pada ayat (1). secara jelas, atau yang
7. Bab V Ketentuan Pencantuman Klausula pengungkapannya sulit dimengerti.
Baku, Pasal 18 menyatakan: (3) Setiap klausula baku yang telah
(1) Pelaku usaha dalam menawarkan barang ditetapkan oleh pelaku usaha pada
dan/atau jasa yang ditujukan untuk dokumen atau perjanjian yang
diperdagangkan dilarang membuat atau memenuhi ketentuan sebagaimana
mencantumkan klausula baku pada dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
setiap dokumen dan/atau perjanjian dinyatakan batal demi hukum.
apabila: (4) Pelaku usaha wajib menyesuaikan
a. menyatakan pengalihan tanggung klausula baku yang bertentangan
jawab pelaku usaha; dengan Undang-undang ini.
b. menyatakan bahwa pelaku usaha 8. Pasal 11: Pelaku usaha dalam hal penjualan
berhak menolak penyerahan kembali yang dilakukan melalui cara obral atau
barang yang dibeli konsumen; lelang, dilarang mengelabui/menyesatkan
c. menyatakan bahwa pelaku usaha konsumen dengan :
berhak menolak penyerahan kembali a. menyatakan barang dan/atau jasa
uang yang dibayarkan atas barang tersebut seolah-olah telah memenuhi
standar mutu tertentu;

110
Lex Crimen Vol. VIII/No. 12/Des/2019

b. menyatakan barang dan/atau jasa a.tidak menepati pesanan dan/atau


tersebut seolah-olah tidak mengandung kesepakatan waktu penyelesaian sesuai
cacat tersembunyi; dengan yang dijanjikan;
c. tidak berniat untuk menjual barang yang b. tidak menepati janji atas suatu
ditawarkan melainkan dengan maksud pelayanan dan/atau prestasi.
untuk menjual barang lain; 13. Pasal 17 ayat (1): Pelaku usaha periklanan
d. tidak menyediakan barang dalam jumlah dilarang memproduksi iklan yang:
tertentu dan/atau jumlah yang cukup huruf (d): tidak memuat informasi
dengan maksud menjual barang yang mengenai risiko pemakaian barang
lain; dan/atau jasa;
e. tidak menyediakan jasa dalam kapasitas huruf (f): melanggar etika dan/atau
tertentu atau dalam jumlah cukup ketentuan peraturan perundang-undangan
dengan maksud menjual jasa yang lain; mengenai periklanan.
f. menaikkan harga atau tarif barang Pasal 63: Terhadap sanksi pidana
dan/atau jasa sebelum melakukan obral. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62, dapat
9. Pasal 12: Pelaku usaha dilarang dijatuhkan hukuman tambahan, berupa:
menawarkan, mempromosikan atau a. perampasan barang tertentu;
mengiklankan suatu barang dan/atau jasa b. pengumuman keputusan hakim;
dengan harga atau tarif khusus dalam c. pembayaran ganti rugi;
waktu dan jumlah tertentu, jika pelaku d. perintah penghentian kegiatan tertentu
usaha tersebut tidak bermaksud untuk yang menyebabkan timbulnya kerugian
melaksanakannya sesuai dengan waktu dan konsumen;
jumlah yang ditawarkan, dipromosikan, e. kewajiban penarikan barang dari
atau diiklankan. peredaran; atau
10. Pasal 13 ayat (1): Pelaku usaha dilarang f. pencabutan izin usaha.
menawarkan, mempromosikan, atau Korporasi memegang peranan penting
mengiklankan suatu barang dan/atau jasa dalam kehidupan masyarakat modern. Dalam
dengan cara menjanjikan pemberian hadiah perkembangannya, tidak jarang korporasi
berupa barang dan/atau jasa lain secara melakukan aktivitas-aktivitas yang menyimpang
cuma-cuma dengan maksud tidak atau kejahatan dengan modus operandi yang
memberikannya atau memberikan tidak spesifik. Oleh karena itu, kedudukan korporasi
sebagaimana yang dijanjikannya. sebagai subyek hukum (keperdataan) telah
11. Pasal 14: Pelaku usaha dalam menawarkan bergeser menjadi subjek hukum pidana.6
barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk Menurut Utrec, korporasi adalah suatu
diperdagangkan dengan memberikan gabungan orang yang dalam pergaulan hukum
hadiah melalui cara undian, dilarang untuk bertindak bersama-sama sebagai subjek hukum
: tersendiri suatu personifikasi. Korporasi adalah
a. tidak melakukan penarikan hadiah badan hukum yang beranggota, tetapi
setelah batas waktu yang mempunyai hak dan kewajiban sendiri terpisah
dijanjikan; dari hak dan kewajiban anggota masin-masing.
b. mengumumkan hasilnya tidak melalui Menurut Yan Pramdya Puspa, korporasi atau
media masa; badan hukum adalah suatu perseroan yang
c. memberikan hadiah tidak sesuai merupakan badan hukum; korporasi atau
dengan yang dijanjikan; peseroan yang dimaksud adalah suatu
d. mengganti hadiah yang tidak setara kumpulan atau organisasi yang oleh hukum
dengan nilai hadiah yang diperlakukan seperti manusia (persona). Yakni
dijanjikan. sebagai pengembang (atau pemilik) hak dan
12. Pasal 16: Pelaku usaha dalam menawarkan kewajiban memiliki hak menggunggat atau
barang dan/atau jasa melalui pesanan digugat dimuka pengadilan. Contoh badan
dilarang untuk :
6Siti
Kotijah, tindak pidana korporasi. Diterbitkan Maret 5,
2009. http:// gagasanhukum.
wordpress.com/2009/03/05/tindak-pidana-korporasi-2/

111
Lex Crimen Vol. VIII/No. 12/Des/2019

hukum ialah PT (Perseroaan Terbatas), NV (3) korporasi sebagai pembuat dan yang
(Namloze Vennootschap) dan yayasan bertanggunjawab.
(Sticthing); bahkan Negara pun juga merupaka
badan hukum. Rudhi Prasetya menyatakan, PENUTUP
kata korporasi yang lazim dipergunakan di A. Kesimpulan
kalangan pakar hukum pidana untuk menyebut 1. Penyidikan tindak pidana terhadap
apa yang biasa dalam bidang hukum lain, konsumen menurut Undang-Undang
khususnya bidang hukum perdata, sebagai Nomor 8 Tahun 1999 tentang
badan hukum, atau yang dalam bahasa Belanda Perlindungan Konsumen, selain Pejabat
disebut rechtspersoon, atau yang dalam bahasa Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat
Inggris legal entities atau corporation.7 Pegawai Negeri Sipil tertentu di
Dengan demikian secara umum korporasi lingkungan instansi pemerintah yang
mempunyai unsur-unsur antara lain: lingkup tugas dan tanggung jawabnya di
a) kumpulan orang dan atau kekayaan; bidang perlindungan konsumen juga
b) terorgonasir; diberi wewenang khusus sebagai
c) badan hukum; penyidik sebagaimana dimaksud dalam
d) non badan hukum. Undang-undang Hukum Acara Pidana
Bentuk-bentuk kejahatan korporasi dapat yang berlaku. Penyidik Pejabat Pegawai
diklasifikasilan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: Negeri Sipil berwenang melakukan
a) kejahatan korporasi dibidang ekonomi, pemeriksaan atas kebenaran laporan
antara lain berupa perbuatan tidak atau keterangan berkenaan dengan
melaporkan keuntungan perusahaan yang tindak pidana di bidang perlindungan
sebenarnya, menghindari atau memperkecil konsumen terhadap orang atau badan
pembayaran pajak dengan cara melaporkan hukum yang diduga melakukan tindak
data yang tidak sesuai dengan keadaan yang pidana, meminta keterangan dan bahan
sebenarnya, persengkongloan dalam bukti, melakukan pemeriksaan atas
penentuan harga, memberikan sumbangan pembukuan, catatan, dan dokumen lain,
kampanye politik secara tidak sah. serta melakukan penyitaan terhadap
b) kejahatan korporasi dibidang sosial budaya, barang hasil pelanggaran yang dapat
antara lain; kejahatan hak cipta, kejahatan dijadikan bukti dalam perkara tindak
terhadap buruh, kejahatan narkotika dan pidana di bidang perlindungan konsumen
psikotropika; dan dan meminta bantuan ahli dalam rangka
c) kejahatan korporasi yang menyangkut pelaksanaan tugas penyidikan tindak
masyarakat luas. Hal ini dapat terjadi pada pidana di bidang perlindungan
lingkungan hidup, konsumen dan pemegang konsumen.
saham. 2. Bentuk-bentuk tindak pidana terhadap
Perkembangan pertanggungjawaban pidana konsumen, yaitu pelaku usaha
di Indonesia, ternyata yang dapat memproduksi dan/atau
dipertanggungjawabkan tidak hanya manusia, memperdagangkan barang dan/atau jasa
tetapi juga korporasi. Khusus mengenai yang tidak memenuhi atau tidak sesuai
pertanggungjawaban korporasi dalam hukum dengan standar yang dipersyaratkan dan
pidana, ternyata terdapat bermacam-macam ketentuan peraturan perundang-
cara perumusannya yang ditempuh oleh undangan; menawarkan,
pembuat undang-undang. Ada 3 (tiga) sistem mempromosikan, mengiklankan suatu
kedudukan korporasi dalam hukum pidana barang dan/atau jasa secara tidak benar;
yakni : menawarkan, mempromosikan,
(1) pengurus korporasi sebagai pembuat dan mengiklankan atau membuat pernyataan
pengurus yang bertanggungjawab; yang tidak benar atau menyesatkan;
(2) korporasi sebagai pembuat dan pengurus penjualan dilakukan melalui cara obral
yang bertanggungjawab; atau lelang, mengelabui/menyesatkan
konsumen; membuat atau

7 Ibid.

112
Lex Crimen Vol. VIII/No. 12/Des/2019

mencantumkan klausula baku pada Abolisionisme). Putra Abardin. Jakarta.


setiap dokumen dan/atau perjanjian. 1996.
Badrulzaman, Darus Mariam, Perlindungan
B. saran Terhadap Konsumen Dilihat dari Sudut
1. Kewenangan penyidik dalam Perjanjian Baku (Standar) dalam Badan
menyelesaikan perkara tindak pidana Pembinaan Hukum Nasional.
terhadap konsumen hendaknya Simposium Aspek-Aspek Hukum
dilaksanakan dengan meningkatkan Masalah Perlindungan Konsumen,
kerjasama dan koordinasi antara Pejabat Bandung, Binacipta, 1986.
Polisi Negara Republik Indonesia dan Chazawi, Adami, Pelajaran Hukum Pidana
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Bagian I, PT. Raja Grafindo. Persada,
lingkungan instansi pemerintah yang Jakarta. 2002.
lingkup tugas dan tanggung jawabnya di Harahap, M. Yahya., Pembahasan
bidang perlindungan konsumen untuk Permasalahan dan Penerapan Kitab
melakukan pemeriksaan atas kebenaran Undang-undang Hukum Acara Pidana
laporan atau keterangan, bahan bukti, (KUHAP) Jilid II. Pustaka Kartini, Jakarta.
dan dokumen lain, berkenaan dengan 1988.
tindak pidana di bidang perlindungan Juwana H., Bunga Rampai Hukum Ekonomi dan
konsumen. Hukum Internasional, Lentera Hati,
2. Perlu meningkatkan pengawasan dan Jakarta, 2002.
pembinaan terhadap pelaku usaha untuk Lamintang, P.A.F., Dasar-Dasar Hukum Pidana
mencegah terjadinya tindak pidana Di Indonesia, Sinar Baru Bandung, 1990.
terhadap konsumen. Pemantauan, Marpaung, Leden, Asas-Teori-Praktek Hukum
evaluasi dan pelaporan terhadap barang Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.
dan /atau jasa yang digunakan untuk Mertokusumo, Soedikno, Mengenal Hukum
kebutuhan masyarakat perlu diawasi (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta.
secara berkelanjutan dengan melakukan 1991.
kerjasama secara lintas sektoral dengan
instansi pemerintah lainnya termasuk Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo, Hukum
dengan lembaga non pemerintah dan Perlindungan Konsumen, PT
menindaklanjuti pengaduan dan RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008.
pelaporan masyarakat guna untuk Muladi, Dwidja Priyatno, Muladi, Dwidja
membantu penyelesaian sengketa antara Priyatno, Pertanggungjawaban Pidana
pelaku usaha dan konsumen yang Korporasi Dalam Hukum Pidana,
dirugikan baik melalui pengadilan Cetakan Pertama, Bandung, Sekolah
maupun di luar pengadilan. Tinggi Hukum, 1991.
Muladi, dan Barda Nawawi Arief. Teori-teori
DAFTAR PUSTAKA dan Kebijakan Pidana. Alumni.
Agus, Brotosusilo, Instrumen/Aspek-Aspek Bandung. 1984.
Perlindungan Terhadap Konsumen Nazution, AZ., Konsumen dan Hukum, Pustaka
Dalam Sistem Hukum di Indonesia, Sinar Harapan, Jakarta, 1995.
Makalah Disajikan pada Lokakarya Prodjodikoro, W. Asas-Asas Hukum Pidana di
Hukum Perlindungan Konsumen Bagi Indonesia, cetakan kedua, Eresco,
Dosen dan Praktisi Hukum, Jakarta: Jakarta-Bandung. 1979.
Yayasan Lembaga Konsumen Rahardjo, Satjipto. Ilmu Hukum. PT. Citra Aditya
Indonesia.1997. Bakti. Bandung. 1991.
Atmasasmita, Romli. Tindak Pidana Narkotika Salman, Otje dan Anton F. Susanto. Teori
Transnasional Dalam Sistem Hukum Hukum (Mengingat, Mengumpulkan
Pidana Indonesia. Citra Aditya Bakti. dan Membuka Kembali). PT Refika
Bandung. 1997. Aditama. Bandung. 2004.
Atmasasmita, Romli. Sistem Peradilan Pidana Soekanto, Soerjono, Faktor-Faktor Yang
(Perspektif Eksistensialisme dan Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT.

113
Lex Crimen Vol. VIII/No. 12/Des/2019

RajaGrafindo Persada, Edisi 1. Cet.4,


Jakarta, 2002.
Soesilo, R. Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana Serta Komentar-Komentar
Lengkap Pasal Demi Pasal, PT. Karya
Nusantara, Bandung. 1976.
Suharto, R.M., , Hukum Pidana Materiil Unsur-
Unsur Objektif Sebagai Dasar Dakwaan,
Sinar Grafika, Jakarta. 2002.
Suherman, A.M, , Aspek Hukum Ekonomi
Global, Ghalia Indonesia, Jakarta. 2002.
Susanto, I.S., Beberapa Persoalan Mengenai
Kejahatan Korporasi, Makalah,
Penataran Hukum Pidana. Bandungan,
1992.
Soetomo A., Hukum Acara Pidana Indonesia
dalam Praktek Pustaka Kartini. Jakarta.
1990.
Tantri, C.. D. dan Sularsi. Gerakan Organisasi
Konsumen, Seri Panduan Konsumen,
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia-
The Asia Foundation, Jakarta, 1995.
Tanya, L. Bernard Pengujian Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia terhadap
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (Keterangan
Ahli) Dalam Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 5 tertanggal 21
Pebruari 2008. Pemohon: Dra. Hj.
Rahmatiah Abbas dan Prof. Dr. Badryah
Rifai, S.H. Nomor Perkara: 18/PUU-
V/2007 tentang Pengujian Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia terhadap
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Usman, Racmadi, Hukum Ekonomi Dalam
Dinamika, Djambatan, Jakarta, 2000.
Yani, Ahmad dan Gunawan Wijaya, Anti
Monopoli, cet.1. Raya Grafindo
Persada, Jakarta. 1999.
Yuwono Soesilo. Penyelesaian Perkara Pidana
Berdasarkan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana. Alumni. Bandung.
1982.

114

Anda mungkin juga menyukai