Anda di halaman 1dari 2

Nama: Chelsyah Aqrillyah Yusuf

NIM: H1A117204

RESUME HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

1. Pengertian Perlindungan Konsumen.


Menurut Shidarta, perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah
hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan
dengan barang dan atau jasa konsumen di dalam pergaulan hidup.

2. Pengertian Konsumen.
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain
dan tidak untuk diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali,
maka dia disebut pengecer atau distributor.

3. Pengertian Pelaku Usaha.


Pasal 1 angka (3) UU No. 8 Tahun 1999 menentukan, pelaku usaha adalah setiap orang
perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum
yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan
kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

4. Pengertian Jasa.
Secara umum, jasa adalah pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasar mata dan satu
pihak kepada pihak lain. Pada umumnya jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan, di
mana interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut. Dalam
pengertian yang lain, jasa adalah kegiatan yang dapat diidentifikasikan, yang bersifat tak teraba,
yang direncanakan untuk pemenuhan kepuasan konsumen.

5. Dasar Hukum Perlindungan Konsumen.


Pada hakekatnya, terdapat dua instrumen hukum penting yang menjadi landasan kebijakan
perlindungan konsumen di Indonesia, yakni:
- Pertama, Undang-Undang Dasar 1945, sebagai sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia, mengamanatkan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat adil dan makmur. Tujuan pembangunan nasional diwujudkan melalui sistem
pembangunan ekonomi yang demokratis sehingga mampu menumbuhkan dan
mengembangkan dunia yang memproduksi barang dan jasa yang layak dikonsumsi oleh
masyarakat.
- Kedua, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK).
Lahirnya Undang-undang ini memberikan harapan bagi masyarakat Indonesia, untuk
memperoleh perlindungan atas kerugian yang diderita atas transaksi suatu barang dan
jasa. UUPK menjamin adanya kepastian hukum bagi konsumen.

6. Hubungan Hukum Perlindungan Konsumen dengan Bidang Hukum


Lainnya.
a. Aspek Hukum Perdata.
Yang dimaksud hukum perdata yakni dalam arti luas, termasuk hukum perdata, hukum
dagang serta kaidah-kaidah keperdataan yang termuat dalam berbagai peraturan perundang-
undangan lainnya. Kesemuanya itu baik hukum perdata tertulis maupun hukum perdata tertulis
maupun hukum perdata tidak tertulis (hukum adat). Aspek keperdataan yang dimaksud yaitu
segala yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban konsumen yang bersifat keperdataan.
Beberapa hal yang dinilai penting dalam hubungan konsumen dan penyediaan barang dan atau
jasa (pelaku usaha) antara lain:
- Hal-hal yang berkaitan dengan Informasi
Hak atas informasi ini sangat penting, karena tidak memadai informasi yang disampaikan
kepada konsumen ini dapat juga merupakan salah satu bentuk cacat produk, yaitu yang dikenal
dengan cacat instruksi atau cacat karena informasi yang tidak memadai. Hak atas informasi yang
jelas dan benar dimaksudkan agar konsumen dapat memperoleh gambaran yang benar tentang
suatu produk, karena dengan informasi tersebut, konsumen dapat memilih produk yang
inginkan/sesuai kebutuhannya serta terhindar dari kerugian akibat kesalahan dalam penggunaan.
b. Aspek Hukum Pidana.
Bagaimana hukum pidana mengatur perbuatan yang merugikan konsumen, walaupun KUHP
tidak menyebutkan kata “konsumen” tetapi secara implisit dapat ditarik dalam beberapa pasal
yang terdapat dalam KUHP yang memberikan perlindungan hukum bagi konsumen. antara lain
dalam pasal 328: “Barangsiapa yang menjual,menawarkan atau menyerahkan
makanan,minuman, atau obat-obatan yang diketahui bahwa itu palsu, dan menyembunyikan hal
itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.”
Pasal 383: penjual menipu pembeli tentang berbagai barang, keadaan, sifat dst.Pasal 386:
menyangkut khusus barang makanan, minuman dan obat-obatan. Pasal 386 ayat 2: barang
makanan, minuman dan obat-obatan palsu yaitu yang harga dan guna obat tersebut menjadi
berkurang karena telah dicampur dengan bahan-bahan lain. Dst.

Anda mungkin juga menyukai