KUH Perdata dan KUHD itu tidak mengenal istilah konsumen, tetapi
Indonesia;
Nomor 10 Tahun 1961. Salah satu tujuan dari standar industry itu
berlaku efektif pada tanggal 20 April 2000, yang merupakan awal pengakuan
perlindungan konsumen dan secara formal menjadi sarana kekuatan hukum bagi
konsumen dan tanggung jawab pelaku usaha sebagai penyedia produk bermutu.
Konsumen/UUPK), yaitu:
kepada konsumen itu antara lain adalah dengan meningkatkan harkat dan
martabat konsumen serta membuka akses informasi tentang barang dan/atau jasa
baginya, dan menumbuhkan sikap pelaku usaha yag jujur dan bertanggung
jawab.16
bahwa :
15
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Rajawali
Pers, Jakarta, 2010, hlm. 1
16
Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk Dalam Perlindungan Konsumen,
Ghalia Indonesia, Bogor, 2008, hlm. 9
Asas tersebut diselenggarakan sebagai usaha yang relevan dalam
kepastian hukum.
Memperhatikan substansi Pasal 2 Undang-Undang Perlindungan
mendapatkan informasi;
17
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta:
Rajawali Pers, 2010, hlm. 26
f. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin
karena tujuan perlindungan konsumen yang ada itu merupakan sasaran akhir yang
konsumen.18
a. Konsumen
b. Pelaku Usaha
18
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Rajawali
Pers, Jakarta, 2010, hlm
19
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika,
Jakarta, 2009, hlm 22
Istilah produsen berasal dari bahasa Belanda yakni producent, dalam
usaha dalam Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
“Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan
dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia,baik sendiri maupun bersamasama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.”
dan lain-lain.21
1. Hak Konsumen
merupakan bagian dari Deklarasi Hak-Hak Asasi Manusia yang dicanangkan PBB
pada tanggal 10 Desember 1948, masing-masing pada Pasal 3, 8, 19, 21, dan
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
22
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Rajawali
Pers, Jakarta, 2010, hlm. 39
c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan;
g. hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
lainnya.
dikemukakan,secara garis besar dapat dibagi dalam tiga hak yang menjadi prinsip
dasar, yaitu:23
23
Ibid, hlm 47
b. hak untuk memperoleh barang dan/atau jasa dengan harga yang wajar;
dan
yang dihadapi.
2. Kewajiban Konsumen
keselamatan;
jasa;
transaksi pembelian barang dan/atau jasa. Hal ini tentu saja disebabkan karena
bagi konsumen, kemungkinan untuk dapat merugikan produsen mulai pada saat
24
Ibid, hlm. 49
Kewajiban lain yang perlu mendapat penjelasan lebih lanjut adalah
perlindungan konsumen secara patut. Kewajiban ini dianggap sebagai hal baru,
tidak dirasakan adanya kewajiban secara khusus seperti ini dalam perkara perdata,
diperdagangkan;
25
Ibid, hlm. 49
d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
diperdagangkan;
lainnya.
Hak pelaku usaha untuk menerima pembayaran sesuai kondisi dan nilai
usaha tidak dapat menuntut lebih banyak jika kondisi barang dan/atau jasa yang
diberikannya kepada konsumen tidak atau kurang memadai menurut harga yang
berlaku pada umumnya atas barang dan/atau jasa yang sama. Dalam praktek yang
biasa terjadi, suatu barang dan/atau jasa yang kualitasnya lebih rendah daripada
barang yang serupa, maka para pihak menyepakati harga yang lebih murah.
Dengan demikian yang dipentingkan dalam hal ini adalah harga yang wajar.26
26
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Rajawali
Pers, Jakarta, 2010, hlm 51
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif;
yang diperdagangkan;
perjanjian.
jasa.27
baik lebih ditekankan pada pelaku usaha, karena meliputi semua tahapan dalam
27
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta:
Rajawali Pers, 2010, hlm 126
melakukan kegiatan usahanya, sehingga dapat diartikan bahwa kewajiban pelaku
baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa. Hal ini tentu
harkat kehidupan konsumen, maka untuk maksud tersebut berbagai hal yang
membawa akibat negatif dari pemakaian barang dan/atau jasa harus dihindarkan
28
Ibid, hlm. 126
29
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Op cit, hlm. 63.
a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang
b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah
tersebut;
tersebut;
yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa
(4) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2)
pertanggungjawaban hukum, mau tidak mau, kita harus berbicara soal ada
tidaknya suatu kerugian yang telah diderita oleh suatu pihak sebagai akibat
serta pemakaian oleh konsumen atas barang dan/atau jasa yang dihasilkan oleh
rumusan yang jelas dan tegas tentang definisi dari jenis barang yang secara
tertentu atas hubungan hukumnya dengan konsumen. Hal ini erat kaitannya
dengan konsep Product Liability yang banyak dianut oleh negara-negara maju.31
atas suatu produk barang yang dibelinya sering kali diperdayakan oleh pelaku
30
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen,
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000, hlm 59
31
Ibid.
usaha. Konsumen sering dihadapkan pada kondisi “jika setuu beli, jika tidak
silahkan cari di tempat yang lain”. Dalam situasi yang demikian, biasanya
konsumen terpaksa mencari produk alternatif (bila masih ada), yang mungkin
Namun, jenis ganti kerugian yang diklaimnya untuk barang yang cacat atau rusak,
tentunya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau atas kesepakatan
dari barang yang dibelinya dengan harga yang dibayarnya, kecuali barang yang
pada tubuh konsumen, maka tuntutan konsumen dapat melebihi dari harga barang
yang dibelinya.32
usaha adalah:
32
Adrian Sutedi, Op. Cit, hlm 51-52
a. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
diperdagangkan.
yang berlaku.
setelah
d. tanggal transaksi.
e. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
f. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
33
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta:
Rajawali Pers, 2010, hlm. 126
a. Tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan;
dan/atau distributor pada umumnya, untuk memberikan ganti rugi atas kerusakan,
jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan dengan ketentuan bahwa ganti rugi
barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan
undangan yang berlaku. Ganti rugi harus telah diberikan dalam jangka waktu 7
Berdasarkan hal ini, maka adanya produk barang dan/atau jasa yang cacat
berarti bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi segala kerugian yang
dialami konsumen.35
Konsumen:
34
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen,
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000, hlm 65-66
35
Ibid, hlm.
(1) Pelaku usaha yang menjual barang dan atau jasa kepada pelaku usaha
lain bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan atau gugatan
konsumen apabila:
(2) Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebaskan dari
apabila pelaku usaha lain yang membeli barang dan/atau jasa menjual
usaha yang menjual barang dan/atau jasa kepada pelaku usaha lain akan tetap
bersangkutan. Tanggung jawab yang dimaksudkan oleh pasal ini adalah tanggung
ditentukan di dalam pasal tersebut, yaitu; apabila pelaku usaha lain yang menjual
perubahan apapun atas barang dan/atau jasa tersebut, atau apabila pelaku usaha
lain yang melakukan transaksi jual beli dengan produsen, tidak mengetahui
adanya perubahan barang dan/atau jasa yang dilakukan oleh produsen, atau
produsen yang bersangkutan telah memproduksi barang dan/atau jasa yang tidak
Penjelasan yang berkaitan dengan Pasal 24 ayat (2) jika pelaku usaha lain
yang membeli barang dan/atau jasa menjual kembali kepada konsumen dengan
melakukan perubahan atas barang dan/atau jasa tersebut, maka tanggung jawab
Pasal lanjutan dari Pasal 24 UUPK yaitu pasal 25 dan pasal 26 yang
berhubungan dengan layanan purna jual oleh pelaku usaha atas barang dan/atau
jasa yang diperdagangkan. Dalam hal ini pelaku usaha diwajibkan untuk
36
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Op. Cit. , hlm 155-156
37
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op.Cit., hlm 67.
38
Ibid.
Pada Pasal 27 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
tanggung jawab untuk memberikan ganti rugi pada konsumen karena dijelaskan
dalam pasal ini pelaku usaha yang memproduksi barang dibebaskan dari tanggung
Apabila dikaitkan pada asas umum hukum perdata, dapat dikatakan bahwa
siapapun yang tindakannya merugikan pihak lain, wajib memberikan ganti rugi
Secara umum, tuntutan ganti kerugian atas kerugian yang dialami oleh
kategori, yaitu:
tidak merusak hubungan bisnis selanjutnya dengan siapa dia pernah terlibat dalam
suatu sengketa.41
bersengketa.
apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak
Satu dari tiga cara tersebut di atas, dapat ditempuh oleh pihak-pihak yang
para pihak. Sedangkan dua cara lainnya adalah pilihan yang ditempuh setelah
a. Pengajuan gugatan
bersangkutan;
dasarnya;
d) Pemerintah dan atau instansi terkait apabila barang dan atau jasa yang
korban yang tidak sedikit sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
yang cukup kepada hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan guna
Pasal 1866 KUH Perdata, alat-alat bukti yang dapat diajukan adalah :
1) Surat;
2) saksi;
3) persangkaan;
4) pengakuan; dan
5) sumpah
2. Diluar Pengadilan
jalan damai
memberi tanggapan dan/atau penyelesaian dalam jangka waktu tujuh hari setelah
sebagai mana yang dituang dalam pasal 19 ayat (1) terdiri dari kerugian karena
atau
1) konsiliasi;
2) mediasi ;
3) arbitrase
Di dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen terdapat penyelesaian
konsumen;
perlindungan konsumen;
saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan
huruf h, yang tidak bersedia memenuhi panggilan badan penyelesaian
sengketa konsumen;
konsumen;