PERTEMUAN 1
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Memahami sejarah hukum perlindungan konsumen
2. Menjelaskan Pengertian konsumen, Pengertian, Hukum Konsumen,
Hukum Perlindungan Konsumen, Azas dan Tujuan Perlindungan
Konsumen, Hak Konsumen, dan Sumber Hukum Perlindungan Konsumen
B. URAIAN MATERI
1. Sejarah Perlindungan Konsumen
melindungi diri.
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menetukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsure
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
hukum bagi konsumen, sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab
dalam berusaha.
6. Meningkatkan kuliatas barang dan/ atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan/ atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.1
1 Aan Handriani, Perlindungan Hukum Bagi Debitur Dalam Perjanjian Kredit Ditinjau Dari Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pamulang Law Review, Volume 2 Issue 2, November 2019,
Hlm. 148-149.
S1 Hukum Universitas Pamulang 5
Modul Hukum Perlindungan Konsumen Program Studi Hukum
4. Hak-Hak Konsumen
Istilah “perlindungan konsumen” berkaitan dengan perlindungan
hukum. oleh karena itu, perlindungan konsumen mengandung aspek hukum.
adapun materi yang mendapatkan perlindungan itu bukan sekadar fisik,
melainkan terlebih-lebih hak-haknya yang bersifat abstrak. Dengan kata lain,
bisnis yang dilakukan pengusaha secara tidak jujur, yang dalam hukum dikenal
dengan terminology “persaingan curang” (unfair competition).
Dalam hukum positif Indonesia, masalah persaingan curang (dalam
bisnis) ini diatur secara khusus pada Pasal 382 bis Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana. Selanjutnya, sejak 5 Maret 2000 diberlakukan juga Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Ketentuan-ketentuan ini sesungguhnya
diperuntukkan bagi sesame pelaku usaha, tidak bagi konsumen langsung.
Kendati demikian, kompetisi tidak sehat diantara mereka pada jangka panjang
pasti berdampak negatif bagi konsumen karena pihak yang dijadikan sasaran
rebutan adalah konsumen itu sendiri. Disini letak arti penting mengapa hak ini
perlu dikemukakan, agar tidak berlaku pepatah : “Duagajah berkelahi, pelanduk
mati ditengah-tengah “.
5. Kedudukan Konsumen
Prinsip-prinsip yang muncul tentang kedudukan konsumen dalam
hubungan hukum dengan pelaku usaha berangkat dari dokfusi atau teori yang
dikenal dalam perjalanan sejarah HPK. Termasuk dalam kelompok ini adalah :
a. Prinsip let the buyer beware (Caveat emptor)
b. The due care theory
c. The privity of contract
d. Prinsip kontrak bukan merupakan syarat.
Ad. 1. Azas ini berasumsi, pelaku usaha dan konsumen adalah dua pihak yang
sangat seimbang sehingga tidak perlu ada proteksi apapun bagi si
konsumen. Dalam perkembangannya konsumen tidak mendapat akses
informasi yang sama terhadap barang dan/atau jasa yang dikonsumsi.
Menurut prinsip ini, ada suatu hubungan jual beli keperdataan, yang
wajib berhati-hati adalah pembeli. Adalah kesalahan pembeli
(konsumen) jika ia sampai membeli danmengkonsumsi barang-barang
yang tidak layak. Dengan adanya UUPK, kecendrungan caveat emptor
mulai diarahkan menuju caveat venditor (pelaku usaha yang perlu hati-
hati).
S1 Hukum Universitas Pamulang 11
Modul Hukum Perlindungan Konsumen Program Studi Hukum
b. Perjanjian
c. Traktat
d. Yurisprudensi
e. Kebiasaan
D. DAFTAR PUSTAKA