Anda di halaman 1dari 3

Nama : RIZKI FAUZI

Nim : 1220227012
Fakultas/Jurusan : Fak. Hukum P2K/ Ilmu Hukum
Ujian Tengah Semester : Hukum Pidana
Hari, Tanggal : Sabtu, 08 April 2023
Dosen Pengampu : Bpk. Syarif Fadillah, SH, MH

Jawaban !

1. Kelima istilah tersebut memiliki pengertian yang mirip, tetapi memiliki perbedaan
dalamarti dan konteks penggunaannya dalam hukum pidana.

1. Tindak Pidana adalah segala perbuatan yang dilarang oleh undang-undang


dan dapat dikenakan sanksi pidana. Tindak pidana juga dapat disebut sebagai
kejahatan atau criminal offense.

2. Peristiwa Pidana adalah kejadian atau kegiatan yang melanggar hukum


pidana dandapat diproses di pengadilan.

3. Perbuatan Pidana adalah tindakan atau perbuatan yang melanggar hukum


pidanadan dapat dikenakan sanksi pidana.

4. Delik adalah perbuatan melanggar hukum pidana yang dapat dikenakan sanksi
pidana, seperti pencurian, pembunuhan, atau penggelapan.

5. Strafbaarfeit adalah suatu tindakan yang dilarang oleh undang-undang dan


dapat dikenakan sanksi pidana, seperti tindakan korupsi atau penipuan.

- Untuk dapat dipidana, seseorang harus memenuhi tiga unsur utama dalam
tindakanpidananya. Ketiga unsur tersebut adalah :

1. Unsur objektif, yaitu tindakan yang dilakukan harus sesuai


dengan apayang dilarang oleh undang-undang.

2. Unsur subjektif, yaitu pelaku harus memiliki niat atau kesengajaan


untukmelakukan tindakan tersebut.

3. Unsur akibat, yaitu tindakan tersebut harus menyebabkan


akibat yangmerugikan orang lain atau masyarakat.

Jika seseorang telah memenuhi ketiga unsur tersebut, maka ia dapat diproses secara
hukum dan dikenakan sanksi pidana sesuai dengan jenis tindakan pidana yang
dilakukannya.
2. Asas Legalitas atau juga dikenal sebagai Nullum Delictum Sine Lege (tidak ada tindak
pidana tanpa undang-undang) merupakan prinsip dasar dalam hukum pidana yang
mengatur bahwa tidak ada tindak pidana yang dapat dihukum jika tidak diatur secara jelas
dalam undang-undang.

Pasal yang mengatur asas legalitas dalam KUHP adalah Pasal 1 ayat 1, yang menyatakan
bahwa "Tidak ada perbuatan yang dapat dihukum, kecuali berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatan dilakukan”
PERBEDAAN :
Perbedaan antara KUHP lama dan KUHP baru dalam hal asas legalitas adalah
bahwa dalamKUHP yang baru, asas legalitas lebih ditegaskan dan diperkuat lagi.
Dalam KUHP baru, asas legalitas diatur dalam Pasal 1 ayat 2 yang menyatakan
bahwa "Tidak ada tindak pidana dan tidak dapat dikenakan pidana, kecuali
berdasarkan undang-undang yang telahmemenuhi syarat ketentuan Pasal 1 ayat 1,
Pasal 2 ayat (1), dan Pasal 3".
Dalam Pasal 2 ayat (1) KUHP yang baru, diatur bahwa undang-undang pidana harus
memuat ketentuan yang jelas dan tegas mengenai unsur-unsur tindak pidana dan pidana
yang dapat dijatuhkan. Sementara itu, Pasal 3 KUHP baru mengatur bahwa undang-
undang pidana hanya berlaku untuk perbuatan yang dilakukan di wilayah negara Indonesia
atau di luar wilayah negara Indonesia yang dinyatakan sebagai tindak pidana oleh
undang-undang.
3. Delik dalam KUHP dibagi menjadi dua jenis, yaitu Delik Kriminal atau Delik Kejahatan
(crimineel delict) dan Pelanggaran atau Delik Ringan (overtreding).

PERBEDAAN :
Perbedaan utama antara kedua jenis delik ini terletak pada tingkat kejahatan yang
dilakukan oleh pelaku. Delik Kriminal atau Delik Kejahatan biasanya dilakukan
oleh pelakudengan maksud atau tujuan untuk merugikan orang lain atau masyarakat
secara keseluruhan, sedangkan Pelanggaran atau Delik Ringan biasanya dilakukan
oleh pelaku tanpa maksud yang jelas dan tidak memberikan dampak besar bagi
orang lain atau masyarakat secara keseluruhan.

PERSAMAAN :
Persamaan antara kedua jenis delik adalah bahwa keduanya sama-sama diatur
dalamKUHP dan dikenakan sanksi pidana berupa hukuman penjara atau denda,
tergantungpada tingkat kejahatan yang dilakukan oleh pelaku.

- Delik di luar KUHP yang diatur dalam undang-undang :


Tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Pasal yang mengatur tentang
penyalahgunaan narkotika diatur dalam Pasal 114 ayat (1) huruf a, Pasal 112,
Pasal 113, dan Pasal 132Undang-Undang tersebut.

Delik Kejahatan atau Delik Kriminal dalam KUHP adalah Pasal 363 KUHP yang
mengatur tentang pencurian dan Pasal 338 KUHP yang mengatur tentang pembunuhan.
Sedangkan contoh Pasal yang mengatur tentang Pelanggaran atau Delik Ringan dalam
KUHP adalah Pasal 506 KUHP yang mengatur tentang penghinaan.
4. Terdapat beberapa golongan orang yang tidak dapat diminta pertanggungjawaban pidana
meskipun mereka melakukan kejahatan. Golongan tersebut diatur dalam Pasal 44 KUHP,
yaitu:

1. Anak di bawah umur 9 tahun, karena dianggap belum mempunyai kecakapan


dalam melakukan perbuatan pidana (Pasal 44 ayat (1) KUHP).

2. Anak di antara 9-12 tahun, apabila anak tersebut tidak memiliki kecakapan
dalam melakukan perbuatan pidana dan tidak mampu memahami akibat dari
perbuatannya(Pasal 44 ayat (2) KUHP).

3. Orang yang melakukan perbuatan pidana dalam keadaan terpaksa untuk


membela diri atau orang lain .
(Pasal 49 KUHP)

4. Orang yang melakukan perbuatan pidana dalam keadaan dipaksa oleh keadaan
yangmengancam keselamatan diri sendiri atau orang lain .
(Pasal 50 KUHP)

5. Orang yang melakukan perbuatan pidana dalam keadaan terpaksa karena


memenuhiperintah yang sah dari atasan atau pejabat yang berwenang .
(Pasal 51 KUHP)

6. Orang yang melakukan perbuatan pidana karena sedang mengalami gangguan


jiwa atau tidak sadar atas perbuatan yang dilakukannya .
(Pasal 44 ayat (3) KUHP)
5. 1. DELIK PEMUFAKATAN JAHAT ATAU DELNEMING
Delik pemufakatan jahat atau delneming adalah suatu perbuatan pidana di mana
seseorang bersama-sama dengan orang lain bersepakat melakukan tindak pidana
tertentu. Dalam delik ini, meskipun belum ada tindakan nyata yang dilakukan, namun
tindakan tersebut sudah terencana dan disepakati bersama.
- Pasal yang mengatur mengenai delik pemufakatan jahat atau delneming
adalah Pasal 113 KUHP.

2. SAMENLOOP
Samenloop atau persamaan atau konkurensi adalah suatu peristiwa di mana suatu
perbuatan dapat dianggap melanggar beberapa pasal dalam KUHP secara bersamaan.
Dalam hal ini, orang yang melakukan perbuatan tersebut dapat dipidana atas
pelanggaran-pelanggaran pasal yang dilanggar secara bersamaan.
- Pasal yang mengatur mengenai samenloop atau persamaan atau
konkurensi adalah Pasal 55 KUHP.

3. POGING ATAU UPAYA PIDANA


Poging atau upaya pidana adalah perbuatan seseorang yang dilakukan denganmaksud
untuk melakukan suatu tindak pidana, tetapi tidak sampai terlaksana karenaberbagai
sebab. Dalam hal ini, meskipun tindakan tersebut tidak berhasil dilakukan, orang
yang melakukan perbuatan tersebut tetap dapat dipidana karena telah melakukan
upaya untuk melakukan tindak pidana..
- Pasal yang mengatur mengenai poging atau upaya pidana adalah Pasal 49 KUHP.

Anda mungkin juga menyukai