Anda di halaman 1dari 11

REFRESHING 2020

HUKUM PIDANA DAN HUKUM ACARA


PIDANA

1. Pengertian Hukum Pidana

Bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara yang


mengadakan aturan-aturan untuk:
1. Aturan umum hukum pidana dan larangan melakukan
perbuatan tertentu yang disertai ancaman sanksi berupa pidana
bagi yang melanggar.
2. syarat-syarat tertentu yang harus dipenihu kapan seseorang
dapat dijatuhi hukuman pidana yang diancamkan pada larangan
tersebut
3. Tindakan dan upaya apa yang boleh atau harus dilakukan
negara melalui alat-alat perlengkapan hukumnya utntuk
melaksanakan sanksi pidana yang dilakukan oleh tersangka
atau terdakwa.

2. Fungsi Hukum Pidana

1. Melindungi kepentingan hukum atau kepentingan masyarakat


2. Memberi dasar legitimasi kepada negara dalam mempertahankan
kepentingan umum
3. Mengatur dan membatasi kekuasaan negara dalam rangka negara
menjankan funginya mempertahankan kepentingan hukum yang
dilindungi

3. Tujuan Hukum Pidana

Untuk menakut-nakuti orang agar tidak melakukan perbuatan pidana



Untuk mendidik orang yang telah melakukan perbuatan pidana agar
menjadi baik (memberikan efek jera)

4. Jenis Pidana

KUHP merumuskan dalam Pasal 10:


 Pidana Pokok
 Pidana Mati
 Pidana penjara
 Pidana Kurungan
 Pidana denda
 Pidana Tambahan
 Pencabutan hak-hak tertentu
 Perampasan barang tertentu
 Pengumuman putusan hakim

5. Teori Pemidanaan

1. Teori Absolute yakni teori yang menitikberatkan pada pembalasan


yang terbagi menjadi dua yaitu :
a. Sudut objektifnya sebagai pemenuhan kepuasan dari perasaan
dendam dari masyarakat
b. Sudut Subjektifnya ditujukan kepada pembalasan dari

penjahatnya

2. Teori Relatif Tujuannya berpangkal dan pokoknya ada pada alat


untuk menegakkan tata tertib yang ada dalam masyarakat, Untuk
mencapainya maka pidana memiliki tiga macam sifat :
o Afschrikking
o Verbetering
o Onschandelijk maken
3. Teori Gabungan Teori gabungan yang mengutamakan
perlindungan dan tata tertib masyarakat, tetapi penderitaan atas
dijatuhinya pidana tidak boleh lebih berat daripada perbuatan yang
dilakukan terpidana (Thomas Aquiono & Simons)

6. Syarat Seseorang dapat Mempertanggungjawabkan Perbuatannya

 Keadaan jiwa seseorang itu sedemikian rupa sehingga ia dapat


mengerti perbuatanya serta akibat perbuatannya
 keadaan jiwa orang itu harus sedemikian rupa, sehingga ia dapat
menentukan kehendaknya terhadap perbuatan dilakukan
 Orang itu harus insyaf dan sadar bahwa perbuatan yang dilakukan
adalah tidak dapat dibenarkan baik dari sudut hukum maupun
sudut tata susila

7. Hapusnya Hak Negara Untuk Menuntut Pidana

 Perbuatan yang telah diputus dengan putusan yang telah menjadi


tetap
 Sebab meninggalnya pembuat
 sebab telah lampau waktu atau kadaluarsa
 Penyelesaian diluar pengadilan
 Amnesti dan abolisi.
8. Pengertian dari

a. Amnesti adalah Tindakan presiden presiden yang mengakhiri semua


akibat hukum apapun bagi orang-orang yang melakukan tindak
pidana
b. Abolisi adalah Tindakan presiden untuk meniadakan atau
menghentikan kewenangan penuntut umum untuk melakukan
penuntutan pidana terhadap seseorang pembuat tindak pidana
c. Grasi :
 Meniadakan seluruh pidana yang telah dijatuhkan dalam
putusan
 Melaksanakan sebahagian saja dari pidanna yang dijatuhkan
dalam putusan
 Mengubah jenis pidana yang telah dijatuhkan

9. Dasar Penyebab tidak dipidananya seseorang

 Adanya ketidak mampuan bertanggung jawab si Pembuat


(Pasal 44 Ayat 1) :
 Apabila si pembuat tidak memiliki kebebasan untuk memilih
berbuat atau tidak berbuat mengenai apa yang dilarang atau di
perintahkan oleh Undang-undang
• Daya Paksa (Pasal 48 KUHP) Daya paksa dapat di rumuskan
sebagi suatu keadaan memaksa baik sifatnya fisik maupun psikis
yang sedemikian rupa dan kuat menekan seseorang yang tidak
dapat dihindarinya sehingga orang itu terpaksa melakukan sesuatu
yang melanggar undang-undang
• Menjalankan Perintah Undang-Undang
(Pasal 50 KUHP) Tentang yang dimaksud dengan ketentuan
Undang-undang yakni peraturan perundang-undangan yang dibuat
oleh kekuasaan yang berwenang untuk maksud tertentu menurut
undang-undang
• Tentang dimaksud perbuatan melaksanakan ketentuan undang-
undang yakni perbuatan mana yang pada dasarnya jika tidak ada
undang-undang yang memberi kewenangan untuk melakukannya
adalah berupa sebuah tindak pidana
• Menjalankan Perintah Jabatan (Pasal 51 ayat 1 KUHP) Barang
siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan perintah jabatan
yang diberikan oleh penguasa yang berwenang, tidak dipidana

10. PERCOBAAN diatur dalam Pasal 53-54 KUHP

suatu kejahatan yang telah dimulai tetapi belum selesai, atau suatu
kehendak seorang untuk melakukan suatu kejahatan yang telah
nampak/terwujud dengan permulaan pelaksanaan
11. CONCURSUS

1. Diatur dalam pasal 63-71 KUHP


Yaitu: seseorang yang melakukan beberapa tindak
pidanaTerdiridari:
a. concursus idealis Yaitu: apabila seseorang melakukan suatu
perbuatan dan dengan melakukan perbuatan itu ia melanggar
beberapa ketentuan pidana, Pasal 63 KUHP
Contoh: seorang yang memperkosa anak a yang masih di
bawah umur
b. concursus realis Yaitu: apabila seorang melakukan beberapa
perbuatan dan tiap-tiap perbuatan itu berdiri sendiri, yang
masing-masing merupakan pelanggaran terhadap ketentuan
pidana yang berupa kejahatan dan/atau pelanggaran dan
diantara beberapa perbuatan itu belum ada yang dijatuhkan
hukuman oleh pengadilan dan akan diadili sekaligus, Pasal 65
KUHP
c. Vorgezette handeling Diatur Pada Pasal 64 KUHP
Delik Berlanjut apabila
 Seseorang melakukan beberapa perbuatan
 Perbuatan itu harus sama atau sejenis
 jangka waktu antara berbagai perbuatan itu tidak
berlangsung lama

12. Pengertian Penyertaan

Setiap tindak pidana yang terjadi yang dilakukan lebih dari satu
orang,tiap-tiap orang memberi sumbangn berupa perbuatan untuk
mewujudkan terlaksananya tindak pidana tersebut
 Jenis-jenis hubungan dalam menyelesaikan tindak pidana :
1. Bersama-sama melakukan suatu kejahatan
2. Seseorang mempunyai kehendak dan merencanakan
kejadian sedang ia mempergunakan orang lain untuk
melkukan tindak pidana
3. Seseorang saja yang melaksanakan tindak pidana sedang
orang lain membantu melaksanakan tindak pidana

13. Jenis Pengenaan Pidana

a. Asas absorsi yaitu: apabila seseorang melakukan beberapa


delik yang masing-masing diancam dengan hukuman, maka
hanya dijatuhkan satu jenis hukuman. --> seolah-olah
meliputi/menghisap pidana lain yang diancamkan. --> hukuman
yang dijatuhkan adalah ancaman hukuman yang terberat.
b. Asas kumulasi yaitu: apabila seseorang melakukan beberapa
delik yang masing-masing dengan hukuman, maka tiap-tiap delik
dijatuhkan --> merupakan jumlah dari hukuman
c. asas absorbsi dipertajam, yaitu: jumlah hukuman dari absorbsi
ditambah dengan 1/3 dari hukuman yang dijatuhkan
d. asas kumulasi diperlunak, yatiu: apabila seseorang melalukan
beberapa delik yang masing-masing diancam dengan hukuman,
maka semua hukuman dijatuhkan tetapi jumlah hukuman yang
dijatuhkan dibatasi dengan ketentuan jumlah hukuman tersebut
tidak boleh melebihi hukuman terberat yang terdapat di antara
ancaman hukuman itu ditambah 1/3

14. Pengertian Hukum Acara Pidana


a. Satochid Kartanegara
Sejumlah peraturan yang menentukan cara bagaimana hukum
pidana meteril di tegakkan
b. Prof .Simons
Hukum yang mengatur bagaimana negara melalui alat-alatnya
untuk memidana dan menjatuhkan pidana

15. Asas-Asas Hukum Acara Pidana

 Asas Legalitas
Asas Equality before the law: perlakuan yang sama atas diri setiap
orang dimuka hokum
• Asas presumption of innocence: praduga tak bersalah, setiap orang
yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan dihadapkan muka
pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan
pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperolah
kekuatan hokum yang tetap
• Asas legalitas dalam upaya paksa: penangkapan, penahanan,
penggeledahan dan penyitaan hanya dilakukan berdasarkan
perintah tertulis pejabat yang berwenang dan hanya dalam hal dan
dengan cara yang diatur dengan UU
• Asas Remedy and rehabilitation: kepada orang yang ditangkap,
ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan UU
dan/atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hokum yang
diterapkan wajib diberi ganti kerugian dan rehabilitasi dan pejabat
penegak hokum yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya
menyebabkan hal tersebut dikenakan hukuman administrasi.
• Asas fair, impartial, impersonal and objective: peradilan harus
dilakukan dengan cepat, sederhana dan biaya ringan serta bebas,
jujur dan tidak memihak.
• Asas legal assistance: tersangka/terdakwa berhak mendapat
bantuan hokum
• Asas Miranda rule: kepada seorang tersangka sejak saat dilakukan
penangkapan dan atau penahanan selain wajib diberitahu dakwaan
dan dasar hokum apa yang didakwakan kepadanya juga wajib
diberitahu haknya.
• Asas presentasi: pengadilan memeriksa perkara pidana dengan
hadirnya terdakwa
• Asas keterbukaan: sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka
untuk umum kecuali dalam hal yang diatur dalam UU
• Minimal Dua alat bukti yang sah di tambah dengan keyakinan
hakim

16. Pihak-Pihak Dalam Hukum Acara Pidana

 Tersangka (Pasal 1 butir 14)


Yakni seorang yang karena perbuatannya atau
keadaannya.berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai
pelaku tindak pidana
 Terdakwa (Pasal 1 butir 15)
Seseorang tersangka yang dituntut, diperiksa, dan diadili di sidang
pengadilan
 Penyidik (Pasal 1 butir 1)
Adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pegawai
Negeri sipil tertentu yang diberi wewenag khusus oleh Undang-
undang untuk melakukan penyidikan
 Penyelidik (Pasal 1 butir 4)
Pejabat Polisi negara Indonesia yang diberi wewenang oleh
Undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan
 Penuntut Umum (Pasal 1 butir 6 a,b)
• Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-
Undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta
melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap
• Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh
Undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan
melaksanakan penetapan hakim
 Bantuan Hukum
Sebagai pendamping tersangaka dan terdakwa dalam pemeriksaan
pengadilan
 Hakim
Sebagai pihak yang netral dan tidak memihak yang memberi
putusan terhadap sebuah perkara berdasarkan pemeriksaan,bukti
dan keyakinan yang dimilikinya
17. Fase Peradilan Pidana

a. PRA AJUDIKASI
 Penyelidikan Serangkaian tindakan penyelidik untuk mencarai
dan menemukan suatu peristiwa yang di duga sebagai tindak
pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan
penyidikan menurut cara yang diatur oleh Undang-undang
 Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil
pelaksanaan penyelidikan tersebut kepada penyidik
 Penyelidikan wajib segera dilakukan saat penyidik mengetahui,
menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu
peristiwa yang patut diduga sebagai tindak pidana.
 Penyidikan
Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam Undang-undang untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menentukan
tersangkanya
b. AJUDIKASI
Fase ajudikasi adalah fase atau tahap pemeriksaan hakim di
pengadilan, dengan dihadiri oleh jaksa penuntut umum dan
terdakwa
c. PASCA AJUDIKASI
Yakni tahapan proses yang dalam hukum acara pidana di sebut
dengan pelaksanaan hukuman di lembaga pemasyarakatan

18. UPAYA PAKSA dalam Hukum Acara Pidana

a. PENANGKAPAN adalah Suatu tindakan penyidik berupa


pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka apabila
terdapat cukup bukti permulaan
Hal-hak yang harus di perhatikan dalam penangkapan :
• Setelah penangkapan dilakukan, segera diadakan
pemeriksaan untuk dapat menentukan apakah perlu
diadakan penahanan .
• Terhadap tersangka pelanggaran tidak dapat dilakukan
penangkapan kecuali bila telah dipanggil secara sah 2 kali
brturut turut dan tidak memenuhi panggilan
• Diberikan surat perintah penangkapan
b. PENAHANAN adalah Penempatan tersangka atau terdakwa di
tempat tertentu oleh penyidik, penuntut umum atau hakim dengan
penetapannya dalam hal sesuai yang diatur KUHAP
 Pertimbangan Penahanan
 Dikhawatirkan : melarikan diri, merusak atau menghilangkan
barang bukti, mengulangi tindak pidana, mempengaruhi atau
menghilangkan saksi
 Tindak pidananya diancam denagn pidana penjara 5 tahun
lebih
 Pasal-pasal tertentu pasal 21 ayat (4) huruf (b) KUHAP

19. BATAS PENAHANAN

1.penyidik atau pembantu penyidik = 20 hari


2. Perpanjangan oleh penuntut umun = 40 hari
3. Penahanan oleh penuntut umum = 20 hari
4. perpanjangan ketua pengadilan negeri = 30 hari
5. penahanan hakim pengadilan negeri = 60 hari
7. penahanan hakim pengadilan tinggi = 30hari
8. Perpanjangan oleh ketua pengadilan tinggi = 60 hari
9. penahanan mahkamah agung = 50 hari
10. perpanjangan ketua mahkamah agung = 60 hari

20. Kompetensi Peradilan

a. Kompetensi Absolut yakni melihat dari perbedaan objek yang


ditangani
b. Kompetensi Relatif yakni Melihat perbedaan wilayah hukum
suatu pengadilan negeri

21. PRINSIP PENYELENGGARAAN PERADILAN PIDANA DI TINGKAT


PENGADILAN

a. PRINSIP KEBENARAN MATERILL


Pemeriksaan perkara pidana lebih mementingkan kepada
penemuan kebenaran materil = kebenaran yang sesungguhnya
sesuai dengan kenyataan
b. PRINSIP PRADUGA TAK BERSALAH
Menghendaki agar orang setiap orang yang terlibat dalam perkara
pidana harus dianggap belum bersalah sebelum ada putusan
peradilan yang menyatakan bersalah
• PRINSIP ACCUSATOIR
Seorang terdakwa yang diperiksa dalam sidang pengadilan bukan
lagi sebagai objek pemeriksaan, tetapi sebagai subjek
• PRINSIP SIDANG TERBUKA UNTUK UMUM
Setiap sidang yang dilaksanakan harus dapat disaksikan oleh
umum
• PRINSIP PEMERIKSAAN LANGSUNG
Pemeriksaan yang dilakukan itu harus menghadapkan terdakwa di
depan sidang termasuk saksi yang ditunjuk
• PRINSIP KOMUNIKASI & TANYA JAWAB LANGSUNG
Dalam persidangan hakim, terdakwa, saksi berhubungan melalui
tanya jawab langsungdan lisan tanpa perantara

22. ACARA PEMERIKSAAN BIASA

a. Dimulai dengan hakim menentukan hari sidang


b. Hakim ketua membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk
umum kecuali menegenai kesusilaan dan tindak pidana anak
c. Pemanggilan terdakwa masuk ke persidangan
d. Pemerikasaan saksi
e. Eksepsi yakni sanggahan atau keberatan yang ditulis dalam
bentuk surat oleh terdakwa atau penasehat hukum dan
dibacakan di depan pengadilan
f. Pembuktian dalam persidangan
g. Requisitoir adalah langkah selanjutnya penuntut umum dalam
lanjutan sidang pengadilan suatu perkara pidana setelah
pemeriksaan alat-alat bukti atau pembuktian, isinya tentang :
 Identitas terdakwa
 Dakwaan
 Keterangansaksi,keteranganterdakwa,suratpemeriksaan
n di tempat kejadian
 Hal yang memberatkan
 Hal yang meringankan
 Tuntutan hukum
h. Pledoi yakni berisi pembelaan terdakwa atau penasehat hukum
terhadap requisitoir

23. PENGERTIAN EKSEPSI adalah

a. Salah satu hak dari tersangka untuk menjawab surat dakwaan


b. dibuat secara tertulis dan setelah dibacakan diserahkan pada
hakim dan salinannya di serahkan pada jaksa penuntut umum
c. KOMPETENSI EKSEPSI
• Apakah pengadilan tidak berwenag mengadili perkara yang
diajukan
• Surat dakwaan tidak dapat di terima
• Surat dakwaan harus dibatalkan

24. PLEDOI adalah


a. Sebagai bagian dari due process of right
b. Sanggahan dari requisitoir
c. Pembelaan dibuat bukan untuk membuktikan bahwa terdakwa tidak
bersalah tapi bagaiman proses dan hasil pembuktian yang
dilakukan oleh jaksa
d. Disampaikan di depan pengadilan dan diserahkan kepada hakim
e. SUBSTANSI PLEDOI
• Apakah pernyataan mengenai alat bukti dan barang bukti
selama persidangan benar atau sah
• Fakta-fakta persidanagan yakni keterangan saksi dan saksi
ahli serta apa yang terjadi dipersidangan
• Analisis yuridis yakni menganalisa atau mereview alisa yuridis
penuntut umum
• kesimpulan dan permohonan

25. DUPLIK Yakni surat jawaban atas replik dari penuntut umum,
pembuatan dan caranya sama dengan pledoi

26. PENGUNGKAPAN PEMBUKTIAN

a. Alat Pembuktian (bewijsmiddel) ;


 Benda & lisan :
 alat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana
 Hasil yang diperoleh dari tindak pidana
 Ket. Saksi
b. Penguraian Pembuktian (bewijsvoering) ;
Cara-cara menggunakan alat-alat bukti dalam T.Pidana
 Kekuatan Pembuktian (bewijskracht) ;
Keterikatan hakim pada alat bukti , Pasal 184 KUHAP
 Dasar Pembuktian (bewijsgrond) ;
Keadaan yang dialami yang diterangkannya dalam kesaksian
disebut Dasar Pembuktian
 Beban Pembuktian (bewijslast).
Mengenai siapakah yang mempunyai beban untuk
membuktikan mengenai unsur-unsur tindak pidana
Pasal 66 KUHAP “..tersangka/terdakwa tidak dibebani
kewajiban pembuktian..”
Merupakan wujud konkret asas “presumption of innocent

27. ALAT- ALAT BUKTI Pasal 184 KUHAP

a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk, dan
e. Keterangan terdakwa

Anda mungkin juga menyukai