Anda di halaman 1dari 3

Asas 

lex superior derogat legi inferiori bermakna undang-undang (norma/aturan


hukum) yang lebih tinggi meniadakan atau mengesampingkan keberlakuan undang-undang
(norma/aturan hukum) yang lebih rendah, hal ini sesuai dengan hierarki peraturan perundang-
undangan diatur dalam ketentuan Pasal 7 dan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Asas ini sesuai dengan teori tangga
peraturan perundang-undangan atau stufenbau der reschtsordnung yang menyatakan bahwa
kekuatan mengikat suatu peraturan atau norma terletak pada peraturan atau norma yang lebih
tinggi. Karena itu peraturan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan
yang lebih tinggi yang menjadi dasar kekuatan mengikatnya. Apabila peraturan yang lebih
rendah bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi, maka peraturan yang lebih rendah
dikesampingkan oleh peraturan yang lebih tinggi, kecuali apabila substansi peraturan
perundang-undangan yang Lex Superior mengatur hal-hal yang oleh Undang-Undang
ditetapkan menjadi wewenang peraturan perundang-undangan yang lebih inferiori.

Maka dari itu, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang
selanjutnya disebut UU ITE tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi,
yaitu UUD 1945. UU ITE yang bermaksud untuk melindungi masyarakat pada media digital,
dinilai menimbulkan permasalahan akibat beberapa pasalnya yang multitafisir, berikut ini
merupakan 2 (dua) pasal yang dinilai bermasalah:

Pasal 27 ayat (3) UU ITE:

“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”

Pasal 28 ayat (2) UU ITE:

“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat
tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar golongan”

Pasal-pasal tersebut dalam implementasinya dinilai membatasi masyarakat dalam


menyampaikan kebebesan berpendapat sehingga bertentangan dengan UUD 1945, yakni
sebagaimana yang termuat dalam Pasal 28 E ayat (2) UUD 1945, yang berbunyi: “Setiap
orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan
hati nuraninya” dan Pasal 28 E ayat (3) UUD 1945, yang berbunyi: “Setiap orang bebas atas
kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”

Akan tetapi setelah dilakukan judicial review pemerintah mengklaim bahwa pasal-
pasal tersebut tidak bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak bermaksud untuk
mengkriminalisasi masyarakat dalam menyampaikan kebebasan berpendapat, melainkan
hanya menekankan bahwa kebebasan berpendapat dan mengeluarkan informasi harus
berlandaskan etika dan tidak boleh dikeluarkan untuk menyebarkan kebencian. Walaupun
begitu pemerintah juga tidak menutup kemungkinan untuk merevisi kembali UU ITE dan
menghapus pasal-pasal yang dinilai multitafsir dan mudah diinterpretasikan secara sepihak
oleh aparat penegak hukum.

Berikut ini merupakan contoh lain dari penerapan Asas Lex Superior Derogat Legi
Inferiori sebagai salah satu asas yang harus diperhatikan dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan:

1) UUD 1945
2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2019 Tentang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik
4) Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 Tentang Sistem Pemerintahan Berbasiskan
Elektronik (SPBE)
5) Peraturan Provinsi Jawa Tengah Nomor 45 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
Teknologi Informasi dan Komunikasi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
6) Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 3 Tahun 2019 Tentang
Penyelenggaraan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Dalam hal ini apabila antara Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2019 Tentang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik terjadi konflik norma, maka yang harus
disisihkan atau dikesampingkan peraturan yang lebih rendah, yaitu Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik.

Anda mungkin juga menyukai