Anda di halaman 1dari 17

ASPEK HUKUM KONSTRUKSI

Semester VIII (Delapan) Dosen Ir. Hery Susanto, MT


Jumlah Sks 2 Pertemuan Ke 3 (Tiga)

Sistim Perundang-undangan di Indonesia

• menjelaskan tentang sistim perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

1
SISTEM PERUNDANGAN DI INDONESIA
 Peraturan perundang-undangan nasional adalah peraturan tertulis yang
dibuat oleh lembaga yang berwenang sebagai pedoman warna negara
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
 Hierarki atau tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia
merujuk pada  Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No 12 Th 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan
(“UU12/2011”)  sebagaimana yang telah diubah dengan 
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan ("UU 15/2019”)

2
Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (“UU 12/2011”) sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan ("UU 15/2019”) yang berbunyi:

“Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:


1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Kekuatan hukum peraturan perundang-undangan di atas sesuai dengan hierarki tersebut dan
peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi.

3
 Tata urutan tersebut dipakai sebagai pedoman
untuk pembentukan peraturan di bawahnya.
 Setiap peraturan yang dibuat tidak boleh
bertentangan dengan aturan yang ada di
atasnya.

 Jika aturan di bawahnya bertentangan dengan


peraturan di atas, maka secara otomatis
peraturan di bawah gugur demi hukum
4
Jenis peraturan perundang-undangan selain yang dimaksud di atas mencakup peraturan yang
ditetapkan oleh:
 Majelis Permusyawaratan Rakyat (“MPR”);
 Dewan Perwakilan Rakyat (“DPR”);
 Dewan Perwakilan Daerah (“DPD”);
 Mahkamah Agung;
 Mahkamah Konstitusi (“MK”);
 Badan Pemeriksa Keuangan;
 Komisi Yudisial;
 Bank Indonesia;
 Menteri;
 Badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang (“UU”)
atau pemerintah atas perintah UU;
 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (“DPRD”) Provinsi dan DPRD kabupaten/kota;
 Gubernur, bupati/walikota, kepala desa atau yang setingkat.

5
Yang Berwenang Menetapkan Peraturan Perundang-Undangan dan Materi Muatan yang Diatur
di Dalamnya

6
7
8
Dasar Hukum:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan
terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002

9
Undang-undang yang bertentangan dengan Undang-
undang lain
 
 Untuk undang-undang yang bertentangan dengan undang-undang lain, dapat
dilakukan legislative review. 
Legislative review adalah upaya ke lembaga legislatif atau lembaga lain yang memiliki
kewenangan legislasi untuk mengubah suatu peraturan perundang-undangan.

Dalam legislative review, setiap orang meminta agar lembaga yang memiliki fungsi legislasi
melakukan revisi terhadap produk hukum yang dibuatnya dengan alasan, misalnya:
• peraturan perundang-undangan itu sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman,
• bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau 
• bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang sederajat secara horizontal.

jika suatu peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang diduga bertentangan dengan


undang-undang, maka pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung (“MA”) sebagaimana
disebut dalam Pasal 9 ayat (2) UU 12/2011
10
Undang-undang yang bertentangan dengan Undang-undang Dasar
1945

jika sebuah undang-undang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 (“UUD 1945”),


maka yang berwenang mengujinya adalah Mahkamah Konstitusi (“MK”). Hal ini telah diatur
dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (“UU 12/2011”) yang berbunyi:
 
 “Dalam hal suatu Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah
Konstitusi.”
Ketentuan ini sebelumnya juga telah diamanatkan oleh Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yang
antara lain menyatakan bahwa MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap UUD 1945.

11
jika yang bertentangan dengan UUD adalah Tap MPR?
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (“TAP MPR”) yang bertentangan dengan UUD
1945, Mahkamah Konstitusi tidak berwenang menguji TAP MPR tersebut.

Kewenangan MK disebutkan dalam Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 berbunyi, “Menguji undang-
undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan
memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum”.

Menurut Mahkamah, permohonan para pemohon tidak termasuk ruang lingkup kewenangan
Mahkamah. 

12
Sesuai ketentuan Pasal 22 UUD 1945, Presiden dapat menerbitkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu)

Pasal 22 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (“UUD


1945”) yang berbunyi:
 
 Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak
menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang.
 Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
dalam persidangan yang berikut.
 Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut.

13
Pasal 52 UU 12/2011 menyatakan bahwa:
 Perppu harus diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam persidangan yang berikut.
Yang dimaksud dengan “persidangan yang berikut” adalah masa sidang pertama DPR setelah
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ditetapkan;
 Pengajuan Perppu dilakukan dalam bentuk pengajuan rancangan undang-undang tentang
penetapan Perppu menjadi undang-undang;
 DPR hanya memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap Perppu;
 Dalam hal Perppu mendapat persetujuan DPR dalam rapat paripurna, Perppu tersebut
ditetapkan menjadi undang-undang;
 Apabila Perppu tidak mendapat persetujuan DPR dalam rapat paripurna, Perppu tersebut
harus dicabut dan harus dinyatakan tidak berlaku;
 Dalam hal Perppu harus dicabut dan harus dinyatakan tidak berlaku, DPR atau Presiden
mengajukan rancangan undang-undang tentang pencabutan Perppu;
 Rancangan undang-undang tentang pencabutan Perppu mengatur segala akibat hukum dari
pencabutan Perppu;
 Rancangan undang-undang tentang pencabutan Perppu ditetapkan menjadi undang-undang
tentang pencabutan Perppu dalam rapat paripurna yang sama dengan rapat yang tidak
menyetujui Perppu.

14
Perppu diperlukan apabila :
 adanya keadaan yaitu kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan masalah hukum secara cepat
berdasarkan undang-undang;
 undang-undang yang dibutuhkan tersebut belum ada sehingga terjadi kekosongan hukum, atau
ada undang-undang tetapi tidak memadai;
 kekosongan hukum tersebut tidak dapat diatasi dengan cara membuat undang-undang secara
prosedur biasa karena akan memerlukan waktu yang cukup lama sedangkan keadaan yang
mendesak tersebut perlu kepastian untuk diselesaikan.

 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (“Perppu”) adalah peraturan perundang-


undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.
 Materi muatan Perppu sama dengan Undang-Undang sehingga Perppu juga dapat memuat
ketentuan pidana sebagaimana halnya Undang-Undang.

15
Materi muatan yang harus diatur dengan Undang- Undang berisi:
 pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
 perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang;
 pengesahan perjanjian internasional tertentu;
 tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau
 pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.

 Berdasarkan hal tersebut maka Perppu dapat memuat ketentuan


pidana sebagaimana halnya undang-undang.

16
UMPAN BALIK / TUGAS:
1. Berilah 2 contoh kasus hukum yang berkaitan dengan sistem perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia

2. Berikan komentar anda terhadap permasalahan berikut:

Sesuai ketentuan Pasal 22 UUD 1945, Presiden dapat menerbitkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perppu). Pada beberapa waktu yang lalu, masyarakat
melakukan demonstrasi untuk mendorong Presiden menerbitkan Perppu untuk membatalkan
revisi UU KPK.
Apakah hal ini dapat menjadi salah satu alasan bagi penerbitan Perppu?

Jawaban dikirim via e-mail : hery_s050200@yahoo.co.id atau WA 08123397462


Paling lambat pada hari Senin 6 April 2020

Tetap semangat !!!


17

Anda mungkin juga menyukai