Anda di halaman 1dari 3

Nama: Alma Azizah

kelas: C
No nim: 20220610135

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Indonesia adalah Negara


hukum. Hal tersebut tertulis secara jelas di dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia. Artinya segala sesuatu yang terjadi di
Indonesia diatur dalam suatu hukum. Namun tidak dimungkinkan 1 peraturan
digunakan untuk mengatur seluruh aspek kehidupan bernegara. Maka, pemerintah
menyusun hirarki perundang-undangan. Adapun hirarki perundang-undangan
adalah sebagai berikut:1
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presidang;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Selain peraturan di atas, masih terdapat peraturan lain yang ditetapkan


oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerahm Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badna Pemeriksa
Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, Badan, Lembaga atau
komisi yang setingkat.2 Hierarki Peraturan Perundan-undangan dalam suatu tata
hukum disebut dengan hierachie of norm (strufenbau des recht), dimana setiap
tata kaidah hukum merupakan susunan daripada kaidah-kaidah yang disebut
dengan grundnorm.3 Negara sendiri merupakan suatu sistem yang di dalamnya
harus terdapat aturan-aturan yang mengatur tata cara hidup bernegara, hal
1
Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 12 tahun 2011. Pemberntukan Peraturan Perundang-
Undangan. 12 Agustus 2011. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82.
Jakarta.
2
Mhd. Yusrizal Adi Syaputra, “Kajian Yuridis terhadap penegasan hierarki peraturan
perundang-undangan di Indonesia dalam perspektid stufen theorie”, Jurnal Mercatoria, Vol. 9,
No. 2, 2016 Hal 3.
3
Ni’matul Huda, “Kedudukan Peraturan Daerah dalam Hierarki Peraturan Perundang-
undangan”, Jurnal Hukum No 1, Vol. 13, 2006, Hal 30.
tersebutlah yang mendasari munculnya hirarki peraturan perundang-undangan.
Susunan hirarki perundang-undangan tersebut mengandung beberapa prinsip,
yaitu pertama, peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi kedudukannya
menjadi landasan bagi peraturan perundang-undangan yang lebih rendah atau
berada di bawahnya. Kedua, peraturan perundang-undangan yang lebih rendah
harus bersumber dari peraturan perundang-undangan yang memiliki tingkatan
lebih tinggi. Ketiga, isi dari peraturan yang lebih rendah tidak boleh menyimpang
dengan peraturan yang lebih tinggi. Keempat, peraturan hanya dapat dicabut,
diganti atau diubah dengan peraturan yang lebih tinggi atau paling tidak sederajat.
Kelima peraturan perundang-undangan apabila mengatur muatan yang sama maka
aturan terbaru yang harus diberlakukan.4 Dengan adanya hierarki tersebut maka
terdapat konsekuensi yang terjadi dimana harus diadakannya mekanisme yang
menjaga dan menjamin agar prinsip tersebut tidak disimpangi atau dilanggar
dengan cara pengujuan secara yudisial terhadap setiap peraturan perundang-
undangan, kebijakan atau tindakan pemerintah lainnya terhadap peraturan yang
lebih tinggi tingkatannya.5
Jika melihat dari susunan atau hierarki peraturan perundang-undangan
tersebut, maka yang berada di posisi tertinggi adalah Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia. Artinya Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia merupakan landasan bagi seluruh peraturan perundang-undangan yang
ada di Indonesia dan bersifat sangat umum, semakin ke bawah maka sifat aturan
tersebut semakin khusus dan ruang lingkupnya semakin kecil. Jika kita lihat
peraturan daerah kabupaten/kota hanya berlaku di suatu kabupaten saja, sehingga
setiap kabupaten/kota memiliki pengaturan sendiri-sendiri mengenai wilayahnya
sesuai dengan kemampuan serta sumber daya yang ada di wilayah yang
bersangkutan. Hal tersebut menunjukkan bahwa memang suatu peraturan daerah
kabupaten/kota tidak dapat disamakan antara daerah satu dengan daerah lain.
Beberapa peraturan daerah kabupaten/kota bernaung dalam satu peraturan daerah
provinsi, artinya setiap peraturan daerah kabupaten/kota boleh berbeda namun
tidak boleh bertentangan dengan peraturan daerah provinsi. Sehingga antar
4
Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, Cetakan Kedua, (Yogyakarta: FH UII Press), hlm.
133.
5
Hasanudin Hasim, “Hierarki Peraturan Perundang-Undangan Negara Republik Indonesia
Sebagai Suatu Sistem”, Jurnal Madani Legal Review, Vol.1 No.2 , 2017, Hal 127.
peraturan perundang-undangan satu dan lainnya secara bertingkat saling terikat
dan memiliki keharmonisan antara satu dengan lainnya. Berdasarkan hal tersebut,
dapat dilihat bahwa suatu peraturan perundang-undangan memiliki fungsi:6
a. Mencegah monopoli atau ketimpangan kepemilikan sumber daya;
b. Mengurangi dampak negative dari suatu aktivitas dan komunitas atau
lingkungannya;
c. Membuka informasi bagi publik dan mendorong kesetaraan antar
kelompok;
d. Mencegah kelangkaan sumber daya publik dari eksploitasi jangka pendek;
e. Menjamin pemerataan kesempatan dan sumber daya serta keadilan sosial,
perluasan akses dan redistribusi sumber daya; dan
f. Memperlancar kordinasi dan perencanaan dalam sektor
Hirarki perundang-undangan sangat penting dalam ketatanegaraan,
karena dengan adanya aturan yang lebih tinggi dapat menjadi kontrol bagi aturan
yang berada di bawahnya sehingga seluruh aturan yang dibuat tidak melanggar
ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Selain itu, dengan adanya hirarki peraturan perundang-undangan, maka suatu
Negara dapat dijalankan dengan lebih baik, karena masing-masing aspek telah
memiliki aturannya masing-masing, sehingga antar satu aturan dengan aturan lain
dapat saling melengkapi dan menciptakan keharmonisan dalam mengatur
kehidupan berbangsa dan bernegara.

6
Ismail Hasani & Prof. DR. A. Gani Abdullah, SH, Pengantar Ilmu Perundang-Undangan (Jakarta:
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2006, hlm.33.

Anda mungkin juga menyukai