Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Indonesia adalah Negara
hukum. Hal tersebut tertulis secara jelas di dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. Artinya segala sesuatu yang terjadi di Indonesia diatur dalam suatu hukum. Namun tidak dimungkinkan 1 peraturan digunakan untuk mengatur seluruh aspek kehidupan bernegara. Maka, pemerintah menyusun hirarki perundang-undangan. Adapun hirarki perundang-undangan adalah sebagai berikut:1 a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945; b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; d. Peraturan Pemerintah; e. Peraturan Presidang; f. Peraturan Daerah Provinsi; dan g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Selain peraturan di atas, masih terdapat peraturan lain yang ditetapkan
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerahm Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badna Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, Badan, Lembaga atau komisi yang setingkat.2 Hierarki Peraturan Perundan-undangan dalam suatu tata hukum disebut dengan hierachie of norm (strufenbau des recht), dimana setiap tata kaidah hukum merupakan susunan daripada kaidah-kaidah yang disebut dengan grundnorm.3 Negara sendiri merupakan suatu sistem yang di dalamnya harus terdapat aturan-aturan yang mengatur tata cara hidup bernegara, hal 1 Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 12 tahun 2011. Pemberntukan Peraturan Perundang- Undangan. 12 Agustus 2011. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82. Jakarta. 2 Mhd. Yusrizal Adi Syaputra, “Kajian Yuridis terhadap penegasan hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia dalam perspektid stufen theorie”, Jurnal Mercatoria, Vol. 9, No. 2, 2016 Hal 3. 3 Ni’matul Huda, “Kedudukan Peraturan Daerah dalam Hierarki Peraturan Perundang- undangan”, Jurnal Hukum No 1, Vol. 13, 2006, Hal 30. tersebutlah yang mendasari munculnya hirarki peraturan perundang-undangan. Susunan hirarki perundang-undangan tersebut mengandung beberapa prinsip, yaitu pertama, peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi kedudukannya menjadi landasan bagi peraturan perundang-undangan yang lebih rendah atau berada di bawahnya. Kedua, peraturan perundang-undangan yang lebih rendah harus bersumber dari peraturan perundang-undangan yang memiliki tingkatan lebih tinggi. Ketiga, isi dari peraturan yang lebih rendah tidak boleh menyimpang dengan peraturan yang lebih tinggi. Keempat, peraturan hanya dapat dicabut, diganti atau diubah dengan peraturan yang lebih tinggi atau paling tidak sederajat. Kelima peraturan perundang-undangan apabila mengatur muatan yang sama maka aturan terbaru yang harus diberlakukan.4 Dengan adanya hierarki tersebut maka terdapat konsekuensi yang terjadi dimana harus diadakannya mekanisme yang menjaga dan menjamin agar prinsip tersebut tidak disimpangi atau dilanggar dengan cara pengujuan secara yudisial terhadap setiap peraturan perundang- undangan, kebijakan atau tindakan pemerintah lainnya terhadap peraturan yang lebih tinggi tingkatannya.5 Jika melihat dari susunan atau hierarki peraturan perundang-undangan tersebut, maka yang berada di posisi tertinggi adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Artinya Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia merupakan landasan bagi seluruh peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia dan bersifat sangat umum, semakin ke bawah maka sifat aturan tersebut semakin khusus dan ruang lingkupnya semakin kecil. Jika kita lihat peraturan daerah kabupaten/kota hanya berlaku di suatu kabupaten saja, sehingga setiap kabupaten/kota memiliki pengaturan sendiri-sendiri mengenai wilayahnya sesuai dengan kemampuan serta sumber daya yang ada di wilayah yang bersangkutan. Hal tersebut menunjukkan bahwa memang suatu peraturan daerah kabupaten/kota tidak dapat disamakan antara daerah satu dengan daerah lain. Beberapa peraturan daerah kabupaten/kota bernaung dalam satu peraturan daerah provinsi, artinya setiap peraturan daerah kabupaten/kota boleh berbeda namun tidak boleh bertentangan dengan peraturan daerah provinsi. Sehingga antar 4 Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, Cetakan Kedua, (Yogyakarta: FH UII Press), hlm. 133. 5 Hasanudin Hasim, “Hierarki Peraturan Perundang-Undangan Negara Republik Indonesia Sebagai Suatu Sistem”, Jurnal Madani Legal Review, Vol.1 No.2 , 2017, Hal 127. peraturan perundang-undangan satu dan lainnya secara bertingkat saling terikat dan memiliki keharmonisan antara satu dengan lainnya. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa suatu peraturan perundang-undangan memiliki fungsi:6 a. Mencegah monopoli atau ketimpangan kepemilikan sumber daya; b. Mengurangi dampak negative dari suatu aktivitas dan komunitas atau lingkungannya; c. Membuka informasi bagi publik dan mendorong kesetaraan antar kelompok; d. Mencegah kelangkaan sumber daya publik dari eksploitasi jangka pendek; e. Menjamin pemerataan kesempatan dan sumber daya serta keadilan sosial, perluasan akses dan redistribusi sumber daya; dan f. Memperlancar kordinasi dan perencanaan dalam sektor Hirarki perundang-undangan sangat penting dalam ketatanegaraan, karena dengan adanya aturan yang lebih tinggi dapat menjadi kontrol bagi aturan yang berada di bawahnya sehingga seluruh aturan yang dibuat tidak melanggar ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Selain itu, dengan adanya hirarki peraturan perundang-undangan, maka suatu Negara dapat dijalankan dengan lebih baik, karena masing-masing aspek telah memiliki aturannya masing-masing, sehingga antar satu aturan dengan aturan lain dapat saling melengkapi dan menciptakan keharmonisan dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara.
6 Ismail Hasani & Prof. DR. A. Gani Abdullah, SH, Pengantar Ilmu Perundang-Undangan (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2006, hlm.33.