Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 9 :

1. Sharfina Ramadhani (1912011011)

2. Via Melandy Putri (1912011021)

3. Risa Tania (1912011027)

Mata Kuliah : Hukum Pidana

Dosen Pengampu : Maya Shafira, S. H., M. H.

ANALISIS PUTUSAN NOMOR 100/PID.B/2018/PTR

TENTANG PERBARENGAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

Putusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru Nomor 100/PID.B/2018/PTR adalah putusan

atas nama terdakwa Julfajri Bin Yusman yang telah divonis Hakim dengan penjara selama 15

(lima belas) tahun atas tindak pidana pembunuhan dengan perbarengan. Adapun analisis

dasar hukumnya adalah sebagai berikut.

Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, yang

disertai ancaman (sanksi) berupa pidana tertentu bagi mereka yang melanggar larangan.

Larangan dan ancaman pidana memiliki hubungan yang erat dikarenakan kejadian dan orang

yang menimbulkan kejadian itu berhubungan yang erat pula.

Perbuatan pidana Julfajri Bin Yusman merupakan kejahatan yang termasuk

perbuatan yang melawan hukum dan merugikan masyarakat. Tentang penentuan perbuatan

mana yang dipandang sebagai perbuatan pidana, kita menganut asas Legalitas (Principle of

legality), yaitu sebagaimana dijelaskan pada pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi :

“Suatu perbuatan tidak dapat dipidana kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-
undangan pidana yang telah ada.”
Putusan tentang Perkara Pembunuhan secara berbarengan oleh Julfajri adalah

putusan pada tingkat kedua (Pegadilan Tinggi), namun putusan ini telah mempunyai

kekuatan hukum tetap dikarenakan dari pihak terdawa tidak lagi mengajukan kasasi.
Pembunuhan secara berbarengan merupakan salah satu jenis pembunuhan dimana

memuat unsur yang memberatkan (gequalificeerde doodslag) yaitu yang berupa unsur

perbarengan (voorbedachte raad) tindak pidana.

Terdakwa Julfajri Bin Yusman telah melakukan tindak pidana pembunuhan

berencana yaitu telah melanggar pasal 338 KUHP yang berbunyi :

“Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan, dengan

pidana penjara paling lama lima belas tahun.”

Dari pasal di atas, terdapat setidaknya unsur pembunuhan yang meliputi :

1. Mengandung unsur pembunuhan / menghilangkan nyawa orang lain.

Bahwa Julfajri telah dibuktikan menghilangkan nyawa korban Armizal Alias CAN

dengan cara ditusuk oleh terdakwa secara brutal dengan menggunakan 1 (satu) bilah

pisau ke arah tubuh korban Armizal Alias CAN pada bagian rusuk sebelah kiri

sehingga mengakibatkan mengeluarkan darah dan korban Armizal Alias CAN

akhirnya meninggal dunia.

2. Nyawa yang di hilangkan merupakan nyawa orang lain.

Yang dimaksud nyawa orang lain adalah nyawa selain diri si pelaku tersebut, yaitu

Armizal alias CAN

3. Unsur dengan sengaja merampas nyawa orang lain, dimana dihubungkan dengan

fakta-fakta yang terungkap dipersidangan yaitu berdasarkan keterangan saksi-saksi

di bawah sumpah, surat petunjuk dan keterangan terdakwa unsur tersebut telah

terbukti dan terpenuhi.

4. Perbuatan tersebut dilakukan dengan rencana terlebih dahulu.

Yang dimaksud dengan direncanakan terlebih dahulu adalah antara timbulnya

maksud untuk membunuh dengan pelaksanaannya itu masih ada tempo bagi si
pembuat untuk dengan tenang memikirkannya. Unsur pidana “dengan direncnakan

terlebih dahulu” dapat dilihat dari perbuatan Julfajri yang membawa 1 bilah pisau

terbuat dari stainless dari rumahnya ketika ia hendak melakukan aksinya mengambil

barang milik kepunyaan orang lain di Toko Tunas dengan maksud dimiliki secara

melawan hukum, hal itu dimaksudkan ia ingin menghabisi siapa yang

memergokinya saat akan atau sedang mengambil sesuatu di Toko Tunas tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penerapan Pasal 338 KUHP dalam dakwaan

kesatu primair telah tepat, karena unsur tindak pidana yang ada dalam pasal 338 KUHP

telah terpenuhi.

Selanjutnya terdakwa (Julfajri Bin Yusman) juga melakukan tindakan mengambil

kepunyaan orang lain diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap korban

yaitu Armizal Alias CAN yang mengakibatkan luka-luka dan meninggal dunia.

Jadi Kasus yang diuraikan diatas termasuk pada perbarengan tindak pidana atau

yang biasa disebut dengan istilah Concursus yang termasuk pada jenis perbarengan

Perbuatan berlanjut yaitu perbarengan antara pembunuhan, pencurian dan penganiayaan.

Mengenai perbuatan berlanjut ini diatur dalam Pasal 64 KUHP.

Dalam hal perbarengan tindak pidana, analisis bahwa tindak pidana yang dilakukan

oleh terdakwa Julfajri Bin Yusman terjadi dalam waktu yang sama yaitu pada hari Selasa

tanggal 19 Juli 2017 sekira pukul 21.30 WIB dan belum ada salah satu tindak pidana yang

diajukan ke pengadilan/belum diadili yang pada kaitannya, hal ini akan membedakannya

dengan Recidive.

Anda mungkin juga menyukai