Anda di halaman 1dari 2

Nama : Via Melandy Putri

NPM : 1912011021

Mata Kuliah : Hukum Agraria

Dosen Pengampu : Nurmayani, S. H., M. H.

Tugas 4 Studi Kasus 2 Hukum Agraria

Soal:
Suatu ketika ada sebuah PT (Perseroan Terbatas) yang akan menjalankan usahanya
memerlukan sebidang tanah untuk mendirikan bangunan. Tetapi tanah yang akan dibelinya
berstatus Hak Milik. Bagaimanakah caranya agar PT tersebut dapat memiliki sebidang tanah
tersebut tanpa melanggar peraturan perundang-undangan

Jawaban:
Adapun HGB di atas tanah hak milik terjadi melalui pemberian hak oleh pemegang
hak milik dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). HGB tersebut
mengikat pihak ketiga sejak didaftarkan pada Kantor Pertanahan. Kepada pemegang HGB
kemudian diberikan Sertifikat Hak Atas Tanah sebagai tanda bukti hak. Dalam HBG
termasuk syarat-syarat pemberian, demikian juga setiap peralihan dan hapusnya hak tersebut
harus didaftarkan, pendaftaran yang dimaksud tersebut merupakan alat pembuktian yang kuat
mengenai hapusnya HGB serta sahnya peralihan hak tersebut, kecuali dalam hal hak-hak itu
hapus karena jangka waktu berakhir.
Tanah hak milik yang dibeli oleh badan usaha berbadan hukum seperti PT statusnya
menjadi HGB karena pada dasarnya UUPA tidak memperbolehkan badan usaha yang
berbentuk badan hukum memegang hak milik atas tanah kecuali untuk badan hukum tertentu
yang ditetapkan pemerintah. Sehingga, yang dapat dilakukan salah satunya adalah
dengan cara pemberian HGB kepada badan usaha tersebut oleh pemegang hak milik
dengan akta yang dibuat oleh PPAT.
Pada prinsipnya, sebuah badan hukum Perseroan Terbatas (PT) dilarang untuk
menguasai tanah dengan hak milik, namun masih boleh menguasai tanah tersebut dengan hak
guna bangunan (HGB), hak guna usaha, dan hak pakai. Dalam hal sebuah PT ingin
menguasai tanah untuk keperluan usahanya, misalnya untuk mendirikan pabrik atau gedung
kantor maka PT tersebut dapat menguasai nya dengan HGB atau dengan HGU untuk usaha
perkebunan. Penguasaan tersebut dapat dilakukan dengan pembuatan Akta Jual Beli (AJB) di
antara penjual dengan PT tersebut sebagai pembeli di hadapan notaris/PPAT (tentu setelah
dilakukannya pemeriksaan sertifikat). Setelah dilakukannya AJB dan pembayaran pajak pajak
terkait (PPN dan BPHTB), maka tanah HGB tersebut sah berada di bawah kekuasaan PT
yang membelinya.
Namun masalah yang sering terjadi adalah tanah dan bangunan yang akan dibeli oleh
sebuah PT sifatnya hak milik berdasarkan sertifikat hak milik, dan sering juga tanah tersebut
masih berupa tanah Girik atau belum bersertifikat. Untuk menghadapi kondisi yang demikian,
pertama-tama pemilik tanah dapat melakukan Pelepasan hak. Pelepasan hak adalah
melepaskan hak milik atas tanah oleh pemilik tanah menjadi milik negara. Pelepasan hak
tersebut harus dilakukan dengan suatu ganti rugi. Pihak yang memberikan gantirugi
kemudian akan menjadi pihak yang diprioritaskan untuk memperoleh hak baru. Dalam
pembelian tanah yang dilakukan oleh sebuah PT, maka PT tersebut yang memberikan
gantirugi sehingga PT tersebut memperoleh hak prioritas untuk mengajukan hak baru sesuai
dengan kebutuhan perusahaan. Setelah dilakukannya Pelepasan hak oleh pemilik dan
permohonan hak baru oleh PT yang melakukan gantirugi, selanjutnya kantor Pertanahan akan
mengeluarkan sertifikat atas hak baru tersebut atas nama PT.

Anda mungkin juga menyukai