OLEH KELOMPOK 7 ;
5. SAJEL C1B121094
6. RIKA C1B121034
PRODI SOSIOLOGI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembunuhan adalah perampasan atau penghilangan nyawa seseorang oleh orang lain
yang mengakibatkan tidak berfungsinya seluruh fungsi vital anggota badan karena
berpisahnya roh dengan jasad korban. Pembunuhan merupakan perbuatan keji dan biadab,
serta melanggar nilai-nilai kemanusiaan yang paling mendasar.
Tindak pidana pembunuhan merupakan suatu perbuatan yang dengan sengaja maupun
tidak, menghilangkan nyawa orang lain. Perbedaan melakukan perbuatan tindak pidana
pembunuhan ini terletak pada akibat hukumnya, ketika perbuatan tindak pidana pembunuhan
ini dilakukan dengan sengaja ataupun direncanakan terlebih dahulu maka akibat hukum yaitu
sanksi pidananya akan lebih berat dibandingkan dengan tindak pidana pembunuhan yang
dilakukan tanpa ada unsur-unsur pemberatan yaitu direncanakan terlebih dahulu.
Pembunuhan berencana sesuai pasal 340 KUHP adalah suatu pembunuhan dengan
direncanakan terlebih dahulu, kejahatan ini dinamakan pembunuhan dengan direncanakan
lebih dahulu, antara timbulnya maksud untuk membunuh dengan pelaksaannya itu masih ada
tempo bagi pembuat untuk dengan tenang memikirkan misalnya dengan cara bagaimanakah
pembunuhan ini akan dilakukan. Dalam beberapa kasus telah banyak terjadi pembunuhan
baik itu pembunuhan disengaja maupun tidak sengaja. Salah satu contoh adalah kasus
pembunuhan yang terjadi pada tahun 2016 di Jakarta Pusat yang banyak menyita perhatian
masyarakat indonesia. Pembunuhan yang berlangsung tragis ini akhirnya berakhir di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan di putus dengan Nomor Putusan
777/Pid.B/2016/Jkt.Pst.S
Unsur subyektif dalam pasal 340 yaitu pertama unsur dengan sengaja yaitu hilangnya
nyawa seseorang harus dikehendaki, harus menjadi tujuan. Suatau perbuatan dilakukan
dengan maksud atau tujuan atau niat untuk menghilangkan jiwa seseorang, timbulnya akibat
hilangnya nyawa seseorang tanpa dengan sengaja atau bukan tujuan atau maksud, tidak dapat
dinyatakan sebagai pembunuhan, jadi dengan sengaja berarti mempunyai maksud atau niat
atau tujuan untuk menghilangkan jiwa seseorang
Unsur objektif dalam perbuatan menghilangkan nyawa (orang lain) terdapat 3 syarat
yang harus dipenuhi, yaitu adanya wujud perbuatan, adanya suatu kematian (orang lain),
adanya hubungan sebab dan akibat (causal verband)antara perbuatan dan akibat kematian
(orang lain).5 Untuk memenuhi unsur hilangnya nyawa orang lain harus ada perbuatan
walaupun perbuatan tersebut, yang dapat mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain. Akibat
dari perbuatan tersebut tidak perlu terjadi secepat mungkin akan tetapi dapattimbul kemudian.
Penjelasan unusr-unsur tindak pidana yang terdapat dalam pasal 340 KUHP diatas, kasus
pembunuhan yang menjerat terdakwa Jessica Kumala Wongso telah terpenuhi seluruh unsur
pembunuhan berencana. Namun pada putusan yang dikeluarkan hakim terdakwa divonis
hukuman penjara dua puluh tahun.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Pembunuhan dalam Hukum Pidana Islam tentunya berhubungan dengan salah satu
maqasid asy-syari‟ah al-khams yaitu memelihara jiwa. Larangan membunuh orang-orang
yang diharamkan Allah banyak tercantu dalam al-Qur’an di antaranya al-Maidah (5) ayat 32.
ْل ٰ َ ْج ِل َر َ َم ِم اO
َ Oف ا ْو فَ َ ْف ٍش أ ِش َو ِ َغ ُْ ْف ًضا ت َم ْه قَتَ َل َو َّوهُ َ ْص َشاُِئ َل أ ِ ًَٰ ت ٍَِى إ ِل َك َك ْتَثىَا َع ٍِ س ِض ْْ َل َضاٍد
ا ت ُ ْمOَث ْ ِال ى َُّ ث ُ ا ِتOَا فَ ََ َ َو َم ْه أ ِ قَتَ َل الىَّا َّن َس َ ِج ُمعًا َّم إ ِىOا أ َّو َ ْ َُحا َهOق ْذ َجا َس َ ِج ُمع ًۚا ْ َُحا الىَّا َ َم ْ ْه أ َّو َ فَ ََ ُه
َ ََءت َول
ث ًشا ِ ْمى ُ ْهم تَ ْع َذ َر ُِ ف ا ٰ َ َكٍِ ضشفُى َن ْس ِض َل ْْ َل ِل َك ِ ْ ُس ُصل ُم
Artinya: “Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain,
atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakanakan dia telah
membunuh semua manusia.”. 14 Adapun ayat yang menjatuhkan sanksi tindak pidana
pembunuhan dalam hukum pidana Islam tercantum dalam surat al-Baqarah (2) ayat
178 yang berbunyi:
ْ َ ٰ ْوث
َ َعل ِزَ َه آ َّ َها ال َُّ َ ًَٰ َا أ ُ
ِ ف ال ِق ْ ُْ َُم ال َمىُىا ُك
َ ت َة ٍِ ت ْ َصا ُص ْ َُل َوا ْثِذ َع ْ ِال ْث ُذ ت َع ْ ُ ِّحش َوال ْ ِال ُح ُّش ت ْ ۖ ال ًَل ق
ۚ
ْوث ت ِل َك تَ ِْخفُ ٌف ْ ِْا ُل ٌم َ َات َ ٍَ لَهُ ِم ْه أ َم ْه ُِعف ًَٰ فّ َع ت ِ ُخ ِه َش ٍْ ٌء ف ٌ ٍۗن َر ْح َضا ِ ِإ ُْ ِه ت َل ِ ٌء إ دَا َ َم ْعُشو ِف َوأ ْ ِال ِثَا
ّ ِ ُل َ َعزَ ا ٌب أ ِل َك فَلَهُ ٰ َ َٰي تَ ْع َذ َر َم ِه ا ْعتَ َذ ۗ فَ َو َس ْح َمةٌ َُْم ِ ِم ْه
َست
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qisash berkenaan
dengan orang-orang yang dibunuh;orang merdeka dengan orang merdeka, hamba
dengan hamba, wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang mendapat suatu
pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang membayar) mengikuti dengan cara yang
baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf
dengancra yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan
kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu, maka
baginya siksa yang sangat pedih.
Vonis 20 tahun penjara yang dijatuhkan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat kepada Jessica Kumala Wongso telah menguak tabir kematian Wayan Mirna
Salihin. Menyandang status tersangka sejak 29 Januari silam, Jessica menjadi terdakwa
tunggal dalam kasus pembunuhan berencana terhadap Mirna. Majelis Hakim menyebut,
Jessica sendiri yang menaruh racun dalam Vietnamese Ice Coffee (VIC) di Kafe Olivier
untuk diminum Mirna. Penyidik Polda Metro Jaya sempat kesulitan menyelidiki motif Jessica
membunuh Mirna. Butuh waktu hampir sebulan bagi kepolisian untuk menetapkan Jessica
sebagai tersangka sejak kematian Mirna.
Dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU), yang juga menjadi pertimbangan
hakim dalam menetapkan vonis, disebut motif pembunuhan adalah karena Jessica sakit hati
kerap dinasihati Mirna soal pacarnya. Sakit hati itu muncul setelah Mirna menyarankan
Jessica agar putus dengan pacarnya yang suka kasar, pemakai narkoba, dan tak bermodal.
Sikap itu yang diduga memicu Jessica melakukan pembunuhan berencana pada Mirna saat
pulang dari Australia ke Indonesia. Dari keterangan suami Mirna, Arief Soemarko, Jessica
sering menceritakan hubungan dengan pacarnya Patrick O’Connor yang bermasalah.
Ahli hukum pidana Universitas Islam Indonesia (UII) Mudzakkir menjelaskan, dalam
pembunuhan berencana motif perlu dicari dan dibuktikan, untuk mengetahui hal yang melatar
belakangi dan tujuan lebih lanjut setelah pelaku membunuh. “Pembunuhan berencana harus
ada motif yang jelas. Kalau tidak ada motif itu artinya bukan pembunuhan berencana,” kata
Mudzakkir. Menurut Mudzakkir, apabila pelaku enggan menjelaskan motif melakukan
pembunuhan, hal itu menjadi kewenangan penyidik untuk melakukan pembuktian yang bisa
dilakukan dengan menggali keterangan dari orang lain. “Kalau tidak bisa menggali motif,
berarti yang ditanyakan profesionalisme penyidikan itu di mana?” tuturnya. Mudzakir
berpendapat, jika sampai akhir motif pembunuhan berencana tak bisa dibuktikan, maka
proses hukum, tak bisa dilanjutkan. Maka, apabila pembunuhan berencana disebutkan tanpa
motif yang kuat, majelis hakim harus memutus untuk membebaskan Jessica.
Pernyataan Mudzakkir berbeda dengan ahli hukum pidana dari Universitas Gadjah
Mada (UGM), Edward Omar Syarief Hiariej yang dihadirkan JPU. Dalam persidangan,
Edward menyatakan, untuk mengungkap kasus pembunuhan berencana tidak diperlukan
motif pelaku. Menurut Edward, pencarian alat bukti lebih penting daripada sekadar mencari
motif pelaku. Kalimat berencana pada pasal 340 KUHP, kata Edward, dalam konteks teori
hukum, disebut kesengajaan untuk tujuan tertentu. "Pembunuhan berencana itu butuh
pemikiran yang matang, itu yang harus dibuktikan. Ada motif atau tidak, itu tidak penting,"
ujar Edward dalam persidangan Agustus lalu. Selain tidak perlu motif, dalam pembuktian
hukum juga tidak diperlukan bukti langsung. Hal ini merujuk pada fakta bahwa tidak ada satu
orang pun yang melihat langsung Jessica memasukkan racun sianida ke dalam kopi Mirna.
Bagi Edward, pembuktian perkara pidana dapat dilakukan dengan pembuktian tidak langsung
yang didapat dari keterangan terdakwa, keterangan saksi, keterangan ahli, maupun dokumen
yang ditemukan penyidik. Pernyataan Edward soal tak diperlukan motif dalam pembunuhan
berencana sempat dibantah hakim anggota Binsar Gultom.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tindak Pidana merupakan pengertian dasar dalam Hukum Pidana (yuridis normatif)
yang berhubungan dengan perbuatan yang melanggar Hukum Pidana. Pertanggungjawaban
Pidana menjurus kepada pemidanaan pelaku, jika melakukan suatu tindak Pidana dan
memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. Dilihat dari terjadinya
perbuatan yang terlarang, ia akan diminta pertanggungjawaban apabila perbuatan tersebut
melanggar Hukum. Dilihat dari sudut kemampuan bertanggung jawab maka hanya orang
yang mampubertanggung jawab yang dapat diminta pertanggungjawaban.
Dalam kasus pembunuhan berencana yang dilakukan oleh Jessica kumala wongso,
putusan pengadilan negeri menetapkan tersangka dijerat pasal 340 KUHP karena telah
terbukti melakukan pembnuhan berencana terhadap korban wayan mirna salihin dijatuhkan
sanksioleh majelis hakim berupa hukuman penjara 20 tahun.
Motif seseorang untuk melakukan tindak Pidana yang mengakibatkan hilangnya
nyawa orang lain sebagaimana yang telah jabarkan adalah sebagai berikut, dimana hal yang
paling berpengaruh ialah dua faktor utama yakni Faktor intern dan faktor eksternal, dan
berdasarkan kajian kriminologi hal yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindak
Pidana dibagi menjadi beberapa macam teori yaitu, Teori klasik, Teori neo klasik, Teori
kartografi/geografi, Teori sosialis, Teori tipologis, Teori lambroso, Teori mental tester, Teori
psikiatrik, Teori sosiologis dan Teori bio sosiologis. Dari semua hal yang diatas seseorang
yang melakukantindak Pidana yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain haruslah
mempertanggung jawabkan perbuatannya sebagaimana yang telah diatur oleh Pasal 340
KUHP.
Perspektif Hukum terhadap kesengajaan yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang
lain sebagaimana yang telah penulis jelaskan yaitu kesengajaan dalam Hukum Pidana
merupakan bagian dari kesalahan. Kesengajaan pelaku mempunyai hubungan kejiwaan yang
lebih erat terhadap suatu tindakan (yang terlarang) dibanding dengan kealpaan (culpa). Jenis-
jenis kesengajaan terdiri atas dolus eventualis, dolus determinatus, dolus indeterminatus,
dolus alternativus, dolus indirectus, dan yang terakhir adalah dolus premeditates. Selain itu
dalam hal kesengajaan terdapat teori-teori yang mendukung terhadap sikap batin seseorang
melakukan kesengajaan dalam tindak Pidana yaitu adanya teori kehendak dan teori
membayangkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.uinsgd.ac.id/32784/4/4_bab1.pdf
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/jmpk/article/view/23140
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20161025140237-12-167783/menelusuri-motif-
pembunuhan-berencana-jessica