Anda di halaman 1dari 3

contoh analisis kasus

PENDAHULUAN
Negara Indonesia adalah negara hukum. Semua perbuatan yang dilakukan oleh setiap
warga negara yang melanggar hukum harus dipertanggungjawabkan. Menurut Pasal I ayat I
KUHP menyatakan bahwa suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan
kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada.
Makalah ini berisi analisa kasus pidana tentang pertanggungjawaban pidana.
Pertanggungjawaban pidana yang dimaksud disini adalah yang menjurus kepada pemidanaan
petindak dengan maksud untuk menentukan apakah seseorang terdakwa atau tersangka
dipertanggungjawabkan atas suatu tindak pidana yang terjadi atau tidak. Didalam al-Quran
surat Al-Muddasir ayat 38 dijelaskan bahwa tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang
telah diperbuatnya.
Kami mengangkat kasus dari sebuah koran tentang tindak pidana asusila
(pemerkosaan terhadap ABG). Dalam hal ini kami akan menganalisa mulai dari pasalpasalnya, apakah terdakwa sudah memenuhi syarat untuk dipidanakan sampai pada putusan
dari majelis hakim.

Jenis Kasus
Korban
Terdakwa

: Asusila (Pemerkosaan terhadap ABG)


: Menur, 14 Tahun
: Aldino Susanpur, 21 Tahun
Rintoko Bambang, 21 Tahun
Rohadi Widodo, 33 Tahun

TKP

: Nengahan, Srandakan, Bantul (Rumah Bambang)

Hakim Ketua : Ni Wayan Wirawati SH MSi


Jaksa

: Wijayanti S.H

Tuntutan Jaksa: 10 Tahun Penjara


Putusan Hakim: 5 Tahun penjara

Kasus asusila ini terjadi pada 21 April yang lalu tepatnya sekitar pukul 22.00 di rumah
Rintoko ada pertemuan pemuda-pemudi Pedukuhan Nengahan. Usai pertemuan, korban
minta tolong kepada Aldino untuk diantarkan pulang. Kemudian korban diboncengkan
terdakwa aldino dengan sepeda motornya. Tapi sebelum sampai rumah, korban diajak
mampir kerumah bambang. Di rumah itu korban dipaksa masuk kamar dan diperkosa
bergantian oleh ketiga terdakwa sampai pukul 03.00
Persidangan kasus asusila ini bertempat di PN Bantul yang diketuai oleh majelis
hakim PN Bantul yaitu Ni Wayan Wirawati SH Msi., Mereka dinyatakan terbukti
memperkosa seorang ABG dan diberi hukuman 5 tahun penjara. Putusan ini lebih ringan 5
tahun dari tuntutan jaksa Wijayanti SH. Oleh majelis hakim, ketiga terdakwa tersebut
dinyatakan bersalah melanggar pasal 81 UU RI No 23 Tahun 2002 tentang perlindunagan
anak. Isi pasal 81 ini yaitu :
Pasal 81
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman

kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit
Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang
yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk
anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
Menurut analisa kami ketiga terdakwa tersebut telah memenuhi syarat untuk dapat
dipidana, yaitu:
1. Ada perbuatan lahiriah yang terlarang atau perbuatan pidana, yaitu tindakan pemerkosaan.
Sudah jelas perbuatan tersebut dilarang baik dalam agama maupun hukum positif.
2. Sikap batin jahat atau tercela. Dengan melakukan tindakan pemerkosaan tersebut dapat kita
ketahui dengan jelas bahwa ketiga terdakwa tersebut memiliki sikap batin jahat atau tercela
bahkan dapat dikatakan tidak bermoral.

Kami juga memandang bahwa terdakwa melakukan tindakan tersebut selain unsur
pemaksaan juga disertai dengan unsur kesengajaan,direncanakan,dan dilakukan secara
bersekutu. Menurut sudut pandang kami putusan hakim tersebut kurang sesuai dengan
kerugian yang ditanggung oleh korban, sebab kerugian yang dialami oleh korban bukan
hanya kerugian secara fisik dan psikologis bahkan masa depan si korban pun telah terampas
atas kejadian yang menimpanya.
Pasal yang digunakan oleh ketua hakim menurut kami sudah tepat. Akan tetapi, Kacamata
kami berpandangan bahwa hukuman yang pantas diterima oleh ketiga terdakwa tersebut lebih
dari 5 tahun yaitu berkisar antara 7-8 tahun. Memang dalam memutuskan suatu perkara
seorang hakim tidak boleh mengambil putusan hukuman maksimal.

Anda mungkin juga menyukai