Polandia dan Rumania adalah negara-negara Uni Eropa yang paling buruk dalam hal
Negara di pinggiran timur dinilai sebagai pelanggar HAM dalam studi perbandingan
pelanggaran hak individu untuk kebebasan dan peradilan yang adil direkam oleh pengadilan
hak asasi manusia Eropa (ECHR).Penundaan dalam membawa kasus ke pengadilan adalah
Di beberapa negara Uni Eropa penahanan pra-sidang dapat berlangsung sampai empat
tahun, selain itu tidak adanya ketentuan tentang hukuman maksimum turut menjadi indikator
yang dinilai sebagai kemunduran penegakan HAM. Penelitian ini dilakukan sejak 2007
hingga musim panas ini.Pada 2007, terdapat 37 pelanggaran hak atas peradilan pidana yang
adil di negara Uni Eropa, dan 75 pada tahun 2011 - meningkat lebih dari 100%.
Yunani memiliki jumlah tertinggi pelanggaran - 108 - karena melanggar kedua artikel
selama periode lima tahun. Kebanyakan berhubungan dengan keterlambatan kronis dalam
memperingatkan.
Bulgaria memiliki 92 pelanggaran dicatat oleh ECHR, sebagian besar dari mereka
juga karena banyaknya penundaan perkara yang berlarut-larut. Warga negara yang ditahan
seringkali tidak diberikan akses yang cukup untuk pengacara atau keluarga mereka.
Strasbourg bahwa harus ada nasihat hukum bagi terdakwa dan lainnya, terlalu banyak orang
secara rutin ditahan dalam tahanan dan menolak akses ke file pengadilan selama investigasi,
tahanan untuk menantang keabsahan penahanan mereka, dianggap tidak bersalah sampai
bersangkutan. Negara-negara miskin paling tidak mampu memberikan keadilan yang adil dan
menghasilkan peta yang menilai masing-masing negara Uni Eropa dalam hal kesulitan
hukum pidananya.
SUMBER:
guardian.co.uk
Eropa: Larangan Jilbab Tak Langgar HAM
mereka yang ingin menjalankan perintah agamanya adalah untuk memenuhi syarat dari
Negara itu menilai hijab tidak cocok dengan mata pelajaran yang membutuhkan keleluasaan
bergerak secara fisik. Larangan itu memicu perdebatan panas terkait kebebasan dan
Sebelum ada larangan jilbab, tepatnya tahun 1999, dua siswa Muslim berusia 11 dan
12 tahun di Prancis dikeluarkan dari sekolahnya karena menolak melepas jilbabnya saat
pelajaran olahraga. Kedua siswi itu membawa kasus tersebut ke pengadilan dan menuding
pihak sekolah telah melanggar hak kebebasan beragama dan hak mereka untuk mendapatkan
pendidikan. Namun pengadilan malah mendukung keputusan sekolah mengeluarkan dua
siswi tersebut.
mengeluarkan dua siswi itu bukan tindakan diskriminasi, karena tindakan itu diambil atas
dasar konsep sekularisme yang berlaku di sekolah tersebut dan bukan karena keberatan