Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : Mochamad Noval Mukoddam

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044716863

Kode/Nama Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Hukum

Fakultas : Hukum Ilmu Sosial dan Politik

Jurusan : Ilmu Pemerintahan


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS
TERBUKA

LEMBAR JAWABAN

➢ Soal nomor 1

Indonesia menganut sistem hukum Civil Law.


Menurut saya, Civil Law sudah tidak relevan untuk diberlakukan di Indonesia. Selain sistem
hukum ini terbilang tua (peninggalan kerajaan Roma), Civil Law sangat bergantung kepada
profesionalisme dan kejujuran hakim. Sementara profesionalisme dan kejujuran masih dapat
dibeli, sehingga membatasi efektifitas dari sistem hukum tersebut. Salah satu kelemahan terbesar
Civil Law adalah menempatkan undang-undang sebagai acuan utama merupakan suatu perbuatan
yang berbahaya karena aturan undang-undang itu merupakan hasil karya kaum teoretisi yang bukan
tidak mungkin berbeda dengan kenyataan dan tidak sinkron dengan kebutuhan. Lagi pula dengan
berjalannya waktu, undang-undang itu sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan yang ada, sehingga
memerlukan intrepretasi pengadilan.

➢ Soal nomor 2

Perbedaan utama dari kedua sistem hukum tersebut terletak pada sumber hukum. Sistem
hukum Eropa Kontinental menempatkan peraturan perundang-undangan sebagai sumber utama,
sedangkan sistem Anglo Saxon menempatkan putusan hakim sebagai sumber hukum utamanya.
Dalam perkembangannya, perbedaan tersebut menjadi tidak terlalu fundamental karena Negara
yang menganut sistem Eropa Kontinental mulai menggunakan putusan hakim sebagai sumber
hukum. Demikian pula sebaliknya. Di Indonesia tidak memungkinkan untuk menganut Civil Law
dan Common Law secara bersamaan, karena sudah ada tiga sistem hukum di Indonesai, yaitu
sistem hukum adat, sistem hukum Eropa Kontinental, dan sistem hukum Islam. Jika Indonesia ingin
menganut kedua sistem hukum tersebut secara bersamaan, maka sistem hukum adat dan system
hukum Islam harus ditiadakan agar tidak bertabrakan dalam penerapannya.

➢ Soal nomor 3

Indonesia sangat memerlukan perkembangan hukum telematika. UU ITE yang sekarang perlu
di revisi karena dirasa mengekang kebebasan berpendapat. Banyaknya pasal “karet” di dalam UU
ITE yang dapat mengkriminalisasi disinyalir menjadi biang keladinya. Menurut data SafeNet,
setidaknya ada sembilan pasal karet yang membuat banyak orang harus terjerat pidana oleh UU
ITE. Masih berdasarkan catatan SAFEnet, terdapat 381 korban dari UU ITE sejak pertama kali
diundangkan pada tahun 2008 hingga tahun 2018. Selain itu, Koalisi Masyarakat Sipil juga
melaporkan bahwa kasus-kasus yang dijerat dengan Pasal 27, 28, dan 29 UU ITE menunjukkan
penghukuman mencapai 96,8 persen (744 perkara) dengan tingkat. pemenjaraan yang sangat tinggi,
yakni mencapai 88 persen (676 perkara). (www.lbhmasyarakat.org) Baiq Nuril merupakan korban
dari UU ITE yang sangat tidak relevan dan terlalu mengekakng kebebasan berbicara masyarakat
Indonesia di internet.

Anda mungkin juga menyukai