Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 3.

TUTORIAL ONLINE
PENGANTAR ILMU HUKUM/PTHI (ISIP4130)

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Tutorial Online mata kuliah Pengantar Ilmu
Hukum/PTHI

Disusun oleh:

RIZKY SAEFUL HAYAT


NIM. 045289918

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UPBJJ-BANDUNG
UNIVERSITAS TERBUKA
2022
1. Sistem hukum adalah kesatuan utuh dari tatanan-tatanan yang terdiri dari bagian-bagian
atau unsur-unsur yang satu sama lain saling berhubungan dan berkaitan secara erat. Untuk
mencapai suatu tujuan kesatuan tersebut perlu kerja sma antara bagian-bagian atau unsur-
unsur tersebut menurut rencana dan pola tertentu. Negara Indonesia yang menegaskan
dirinya sebagai negara hukum sebagaimana dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga memiliki sistem hukum. Menariknya,
Indonesia menganut tga sistem hukum sekaligus yang hidup dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat maupun ketatanegaraan yakni sistem hukum civil, sistem hukum
adat, dan sistem hukum Islam. Sistem hukum civil yang memiliki karakter “hukum
tertulis“ berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda dan tetap bertahan
hingga sekarang mempengaruhi produk-produk hukum saat ini1.

2. Sistem hukum anglo saxon ialah suatu sitem hukum yang didasarkan pada yurispudensi,
yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan
hakim-hakim selanjutnya. Sistem Hukum Anglo Saxon cenderung lebih mengutamakan
hukum kebiasaan, hukum yang berjalan dinamis sejalan dengan dinamika masyarakat 2,
Sumber hukum dalam system hukum ini ialah putusan hakim/pengadilan. Dalam sistem
hukum ini peranan yang diberikan kepada seorang hakim sangat luas. Sistem hukum
eropa kontinental merupakan suatu sistem hukum dengan ciri-ciri adanya berbagai
ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan
ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya. Sistem yang dianut oleh negara-
negara Eropa Kontinental yang didasarkan atas hukum Romawi disebut sebagai sistem
Civil law. Sistem Civil Law mempunyai tiga karakteristik, yaitu adanya kodifikasi, hakim
tidak terikat kepada preseden sehingga undang- undang menjadi sumber hukum yang
terutama, dan sistem peradilan bersifat inkuisitorial.Bentuk-bentuk sumber hukum dalam
arti formal dalam sistem hukum Civil Law berupa peraturan perundang- undangan,
kebiasaan-kebiasaan, dan yurisprudensi.

1
Aditya, Z. F. (2019). Romantisme Sistem Hukum Di Indonesia: Kajian Atas Konstribusi Hukum Adat Dan Hukum Islam
Terhadap Pembangunan Hukum Di Indonesia. Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, 8(1), 37-54.
2
Nurhardianto, F. (2015). Sistem Hukum dan Posisi Hukum Indonesia. Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik
Islam, 11(1), 33-44.
3. Konsepsi tentang konvergensi telematika pada dasarnya hadir karena perkembangan
teknologi digital yang selanjutnya telah mengakibatkan perkembangan teknologi
telekomunikasi, media (penyiaran), dan teknologi informasi (informatika) menjadi
semakin terpadu (konvergensi). Konvergensi sendiri dimaknai sebagai sebuah proses dari
suatu kondisi yang menghubungkan dengan erat faktor perubahan teknologi di mana dua
atau lebih produk atau layanan yang sebelumnya diselenggarakan oleh beberapa entitas
yang terpisah kemudian diselenggarakan oleh suatu entitas yang sama. Dalam bidang
teknologi, konvergensi merupakan teknologi-teknologi utama yang saling berkonvergensi
dikualifikasikan secara umum sebagai teknologi telekomunikasi atau komunikasi
(communication) komputerisasi atau komputasi (computing); dan isi atau muatan
(content). Munculnya fenomena konvergensi telematika didasari pada faktorfaktor adanya
perubahan teknologi dari yang berbentuk teknologi analog ke bentuk teknologi digital
(digitalization). Dalam konteks ini dimungkinkan semua bentukbentuk informasi (suara,
data, dan video) untuk disampaikan melintasi jenis jaringan yang berbeda. Disamping itu,
Perubahan teknologi dimaksud telah mendorong penciptaan baru, layanan interaktif,
layanan multimedia seperti video on demand, teleshopping, telebanking, dan games
(permainan) interaktif serta pengembangan pita lebar (broadband), sistem komunikasi dan
informasi interaktif berkecepatan tinggi (information superhighways) 3. Di Indonesia
terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang konteks
telematika, yaitu Undang-Undang Telekomunikasi, Undang-Undang Penyiaran, dan
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, namun dalam perkembangannya
masih harus dilakukan beberapa upaya untuk penyempurnaan dari konten ketiga
peraturan perundang-undangan tersebut khususnya terkait dengan adanya fenomena
konvergensi. Arah kebijakan pengaturan yang di design dalam merespon konvergensi
telematika diantaranya adalah dalam bentuk sebuah aturan baru untuk
mengakomodasikan perkembangan konvergensi telematika dalam satu peraturan
perundang-undangan yang konfrehensif, atau untuk sementara dapat melakukan
amandemen/perubahan dari 3 (tiga) undang-undang yang menjadi dasar (layers) utama
dalam kerangka kebijakan pengaturan konvergensi telematika, yaitu Undang-Undang
Telekomunikasi, UndangUndang Penyiaran, dan Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Kedua opsi arah kebijakan tersebut saat ini sudah masuk dalam

3
Jusmadi, R. (2013). Konvergensi Telematika, Arah Kebijakan dan Pengaturannya dalam Tata Hukum Indonesia. Yustisia
Jurnal Hukum, 2(3).
Program Legislasi Nasional (Prolegnas) yang pembahasannya menjadi prioritas utama.
Sehingga, kedepan masyarakat akan menunggu apakah nantinya cukup merevisi
peraturan perundang-undangan yang sudah eksis atau nanti aka nada undang-undang baru
yang mengakomodasi regulasi tentang konvergensi telematika.

Anda mungkin juga menyukai