Anda di halaman 1dari 3

PENGERTIAN SISTEM HUKUM DAN SISTEM HUKUM DI

INDONESIA

A.Pengertian Sistem Hukum


sistem hukum adalah suatu kesatuan peraturan hukum yang terdiri dari bagian-bagian
(hukum) yang satu sama lain saling berkaitan (interaksi) dan disusun menurut asas-asasnya
sedemikian rupa sehingga bertindak ke arah tercapainya tujuan. Setiap bagian tidak
individual dan saling terkait.

B. Pengertian hukum menurut para ahli


1. M Friedman

Menurut M. Friedman, Sistem hukum adalah sistem yang meliputi substansi, hukum, dan budaya
hukum. Sistem hukum juga memiliki unsur-unsur yang dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam,
yaitu:

1. Substance (Substansi Hukum)

Pengertian muatan hukum merupakan inti dari muatan peraturan perundang-


undangan. Pokok bahasannya meliputi semua perbuatan hukum, baik tertulis maupun
tidak tertulis, seperti hukum substantif (substantive law), hukum formil (hukum acara)
dan hukum umum.

2. Structure (Struktur Hukum)

Yang dimaksud dengan struktur hukum adalah tingkatan atau susunan hukum,
penegak hukum, lembaga hukum, pengadilan dan parlemen. Struktur hukum ini
didasarkan pada tiga bagian independen, yaitu:

3. Legal Culture (Kultur Hukum)

Pengertian kultur hukum adalah bagian dari budaya dan penegakan hukum, tingkah
laku dan cara berpikir (persistence) serta yang dimensinya menggiring kekuatan sosial
ke arah yang menjauhi hukum. Kultur hukum adalah gambaran perilaku dan sikap
terhadap hukum dan semua faktor yang menentukan bagaimana sistem hukum
memberikan tempat yang layak dan dapat diterima warga negara dalam kerangka
budaya masyarakat.

2. S.M. Amin

S.M. Amin dalam buku “Bertamasya ke Alam Hukum”  S.M Amin menunjukkan bahwa


hukum adalah seperangkat aturan yang terdiri dari sanksi dan norma. Tujuan hukum adalah
untuk menciptakan ketertiban dalam masyarakat manusia sehingga keamanan dan ketertiban
tetap terjaga.

1
3. Mr. E.M Meyers

Mr. E.M. Meyers di dalam buku “Algemene begrippen van het Burgerlijk Recht” bahwa
hukum adalah seperangkat aturan yang memuat berbagai aspek kesusilaan, yang kemudian
diolah melalui tingkah laku orang-orang dalam masyarakat dan dijadikan pedoman bagi
pejabat pemerintah dalam kehidupannya yang banyak dan beragam untuk menjalankan
tugasnya.

4. J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto

J.C.T Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto dalam buku “Pelajaran Hukum


Indonesia” menyatakan bahwa hukum adalah aturan yang bersifat imperatif yang mengatur
tingkah laku manusia dalam lingkungan sosial dan dilaksanakan oleh penguasa yang berwenang.
Pelanggaran terhadap peraturan ini akan mengakibatkan tindakan berdasarkan hukum tertentu.

5. Sudikno Mertokusumo

Menurut Sudikno, sistem hukum adalah suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian yang
saling berhubungan yang bekerja untuk mencapai suatu tujuan. Pernyataan ini
menitikberatkan pada kerjasama lintas sektoral untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

C. sistem Hukum Indonesia

Sebagai negara hukum, Indonesia menganut tiga sistem hukum sekaligus yang hidup
dan berkembang di masyarakat yakni sistem hukum civil,sistem hukum adat, dan sistem
hukum Islam. Ketiga sistem hukum tersebut saling melengkapi, harmonis dan
romantis. Hukum Islam mempengaruhi corak hukum di Indonesia karena mayoritas
penduduk di Indonesia menganut agama Islam yang memungkinkan hukum Islam menjadi
bagian yang penting dan berpengaruh dalam sistem hukum di Indonesia. Sedangkan hukum
adat sebagai hukum yang asli yang tumbuh dan berkembang dari kebiasaan-kebiasaan
masyarakat mempengaruhi proses berlakunya hukum di Indonesia. Bahkan, nilai-nilai yang
terkandung dari hukum adat dan hukum Islam di Indonesia digunakan dalam pembentukan
yurisprudensi di Mahkamah Agung. Tulisan ini akan menjelaskan bagaimana hukum adat dan
hukum Islam yang berkarakter “tidak tertulis” mampu mengisi legal gapdari sistem hukum
civil Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode penelitian
hukum normatif dan menggunakan beberapa pendekatan yakni pendekatan undang-undang,
pendekatan perbandingan, dan pendekatan sejarah. Tulisan ini menyimpulkan bahwa
pluralisme hukum yang ada di Indonesia dapat menjadi solusi dari adanya legal gapyang
tercipta karena kekakuan penerapan hukum civil. Kekakuan tersebut dapat diatasi dengan
fleksibilitas dari norma dan nilai yang terdapat dalam hukum adat dan hukum Islam, sehingga
dapat menciptakan ketertiban di masyarakat.

Negara negara penganut sistem hukum Eropa Koninental atau civil law antara lain negara negara
Perancis, Jerman, Belanda dan bekas jajahan Belanda antara lain Indonesia, Jepang dan Thailand.

2
Pada sistem ini, putusan pengadilan berdasarkan pada peraturan perundang undangan yang berlaku,
contohnya bisa UUD 45, Tap MPR, UU/Perpu, Peraturan Pemerintah, Perpres/Kep Pres,
MA,Keputusan Menteri dan lain lain. jadi, keputusan pengadilan bersifat fleksibel (berubah ubah)
tergantung hakim yang memutuskan berdasarkan fakta/bukti yang ada. Tidak menganut sistem juri
karena negara negara tersebut menganut faham bahwa orang awam yang tidak tahu hukum tidak bisa
ikut andil/menentukan nasib seseorang, tetapi putusan Hakim yang menentukan berdasarkan fakta
sumber sumber dan saksi saksi yang mendukung. Adanya sistem perjanjian “the receipt rule” yakni
perjanjian terbentuk ketika penerimaan terhadap suatu penawaran sampai ke pemberi tawaran. Jadi,
ketika seseorang membatalkan suatu kontrak perjanjian dengan cara mengirimkan email atau surat fax
ke perusahaan tertentu, maka perjanjian pembatalan terlaksana ketika surat tersebut dibaca oleh
manajer atau pemilik perusahaan yang bersangkutan. jika karena masalah (belum sampai membaca
surat) maka perjanjian masih belum terlaksana. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa system hukum
Indonesia menganut system Hukum Eropa Koninental atau Civil Law System.

DAFTAR PUSTAKA

https://rechtsvinding.bphn.go.id/ejournal/index.php/jrv/article/view/305

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-sistem-hukum/

Dedi Soemardi, Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta, Indhillco, 1997.

Anda mungkin juga menyukai