Pasal yang dikenakan kepada pelaku tindak pidana dalam kasus ini adalah : Pasal 338 jo.
Pasal 181 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1
1. “Barangsiapa”
Yang dimaksud dengan barangsiapa adalah setiap pribadi kodrati atau makhluk
ciptaan Tuhan yang melakukan tindak pidana yang dapat berupa manusia (natuurlijk
persoon) atau badan hukum (rechtpersoon) yang dapat dimintai pertanggungjawaban.
Atau disebut sebagai subjek hukum.
Dalam kasus ini, Terdakwa ARIS SUGIYANTO dan AZIZ PRAKOSO merupakan
manusia (natuurlijk persoon) dan berkedudukan sebagai subjek hukum. Oleh karena
itu, unsur “barangsiapa” dalam kasus ini terpenuhi.
2. “dengan sengaja”
Unsur dengan sengaja yang dikemukakan oleh Andi Abu Ayyub Saleh adalah sebagai
berikut:
a. Unsur sengaja meliputi tindakannya dan objeknya, artinya si pembuat atau
pelaku mengetahui atau mengkehendaki adanya orang mati dari perbuatannya
tersebut. Hilangnya jiwa seseorang harus dikehendaki dan harus menjadi
tujuan, sehingga karenanya perbuatan yang dilakukan tersebut dengan suatu
maksud atau tujuan yakni adanya niat untuk menghilangkan nyawa orang lain.
b. Jika timbulnya akibat hilangnya jiwa orang lain tanpa dengan sengaja atau
bukan menjadi tujuan atau bukan bermaksud dan tidak pernah diniatkan
tidaklah dapat dikatakan sebagai pembunuhan (doogslag) in casu tidak dapat
dikenakan ketentuan tindak pidana pembunuhan tersebut tetapi mungkin dapat
dikenakan tindak pidana lain yang mengakibatkan orang mati tetapi tidak
dengan unsur sengaja.
c. Baik timbulnya akibat maupun perbuatan yang menimbulkannya harus
dilakukan dengan sengaja, jadi pelaku atau pembuat harus mengetahui dan
menghendaki bahwa dari perbuatannya itu dapat bahkan pasti mengakibatkan
adanya orang mati.
Dalam kasus ini, hilangnya nyawa seseorang diakibatkan oleh perbuatan dari
terdakwa ARIS SUGIANTO dan AZIZ PRAKOSO. Berdasarkan kronologi,
walaupun yang melakukan pembacokan itu AZIZ PRAKOSO. Akan tetapi
menurut hasil otopsi menyatakan bahwa korban meninggal karena di sumpal
mulutnya dengan kain oleh ARIS SUGIANTO.
Penguraian Unsur Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP adalah sebagai berikut:
Dalam titel II Buku I KUHP yang berjudul “Hukuman” (Straffen), tergambar sistem hukum
pidana yang turut dilaksanakan di Indonesia. Pasal 10 KUHP menyebutkan bahwa pidana
terdiri atas:
a. Pidana pokok:
1. Pidana mati,
2. Pidana penjara,
3. Kuruangan,
4. Denda.
b. Pidana tambahan:
1. Pencabutan hak-hak tertentu,
2. Perampasan barang-barang tertentu,
3. Pengumuman keputusan hakim.
Bahwa dalam kasus ini, Terdakwa ARIS SUGIANTO dan AZIZ PRAKOSO
melakukan kejahatan pembunuhan dan penyembunyian mayat yang mana keduanya
memiliki pemidanaan yang sejenis. Yaitu pidana penjara 15 tahun untuk
pembunuhannya (Ps. 338) dan 9 bulan untuk penyembunyian mayatnya (Ps. 181)
Dasar penghapus pidana adalah Hal-hal atau keadaan yang dapat mengakibatkan tidak
dijatuhkan nya pidana pada seseorang yang telah melakukan perbuatan yang dengan tegas
dilarang dan diancam dengan sanksi pidana oleh UU.1 Pembagian dasar penghapusan pidana
(berdasarkan unsur yang dihapus) terbagi menjadi dua, yaitu yang berasal dari dalam
Undang-Undang dan dari luar Undang-Undang
1. Dasar Pembenaran2
Unsur melawan hukum tetap ada, walaupun kesalahan nya dihapuskan. Dalam hal ini
perbuatan pelaku tetap dianggap melawan hukum, namun unsur kesalahannya
dihapuskan atau dimaafkan. Beberapa pasal yang terkait dengan dasar pemaaf, yaitu
Pasal 44 KUHP, Pasal 48 KUHP dalam arti sempit, Pasal 49 ayat (2) KUHP, dan
Pasal 51 ayat (2). dalam kasus ini, mencakup dasar pemaaf didalamnya. Alasan-alasan
yang menjelaskan bahwa dalam kasus ini tidak terdapat dasar pemaaf, ialah:
4
Ibid.
5
Ibid., Penjelasan Pasal 48 KUHP.
6
Power Point Asas-Asas Hukum Pidana oleh Tim Pengajar Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2013. Slide ke-250
membacok korban karena terbawa faktor emosi. ARIS SUGIANTO di kasus
ini tidak ada dasar pembenar atau pemaafnya karena pada saat kejadian bukan
dia yang diserang tapi tetap ikut serta dalam membunuh korban, bukannya
malah menghentikan tindakan AZIZ PRAKOSO.
- Tidak mencakup pula pada Pasal 51 ayat (2) sebab perintah yang
dikeluarkan tidak sah karena berasal dari pejabat atau atasan yang tidak
memiliki wewenang.
Dasar peringan pidana berlaku pada usia saat pelaku melakukan tindak pidana.
Hal tersebut untuk mengetahui apakah perlu diterapkan UU lain diluar KUHP
yang akan menajdi alasan untuk dasar peringan pidana.
Dalam kasus ini, tidak mencakup dasar peringan pidana. Meskipun delik ini
merupakan delik selesai dan terdakwa memenuhi semua unsur tindak pidana.
Namun, dasar peringan pidana dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
1) Umum, mencakup usia seseorang yang belum dewasa yang diatur dalam UU No.
11 Tahun 2012 sehingga mengakibatkan Pasal 45 dan Pasal 47 pada KUHP tidak
berlaku lagi. Meskipun, asas-asas umum dan aturan-aturan lain dalam KUHP serta
KUHAP tetap digunakan sepanjang tidak diatur dalam secara khusus dalam UU
No. 11 Tahun 2012.
- Dalam kasus ini, terdakwa ARIS SUGIANTO merupakan seorang laki-laki
yang pada saat melakukan tindak pidana usianya 34 tahun. Oleh sebab itu,
terdakwa tidak dapat diperingan hukuman pidana nya dengan alasan usia.
- Dalam kasus ini, terdakwa AZIZ PRAKOSO merupakan seorang laki-laki
yang pada saat melakukantindak pidana usianya 22 tahun. Oleh sebab itu,
terdakwa tidak dapat diperingan hukuman pidana nya dengan alasan usia.
2) Khusus, merupakan delik yang di previlisir yaitu delik yang selain memuat
unsur- unsur pokok, terdapat juga unsur yang meringankan. Contohnya seperti
Pasal 308 KUHP.
- Dalam kasus ini, Pasal 338 KUHP mengenai Pembunuhan Berencana
bukanlah suatu delik yang diprevilisir.
Dasar pemberat pidana merupakan dasar atau alasan yang menyebabkan pidana
yang diancamkan terhadap seseorang menjadi lebih berat dibandingkan dengan
pidana yang diancamkan pada umumnya (pada orang yang lainnya).7
Dalam kasus ini, mencakup dasar pemberat pidana. Dasar pemberat pidana juga
dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
1. Umum :
Dasar pemberatan pidana tersebut dalam Pasal 52 KUHP ini adalah terletak
pada keadaanjabatan dari kualitas si pembuat (pejabat atau pegawai negeri),
ada 4 (empat) hal dalam melakukan tindak pidana dengan:
1. Melanggar suatu kewajiban khusus dari jabatannya
2. Memakai kekuasaan jabatannya
3. Menggunakan kesempatan karena jabatannya
4. Menggunakan sarana yang diberikan karena jabatannya
7
Bidang Studi Hukum Pidana FHUI 2018, Powerpoint “Dasar Peringan dan Pemberat Pidana 2018”,
Kuliah umum oleh Bu Nathalina Naibaho membahas dasar peringan dan pemberat pidana. Slide ke-22.
Jadi pemberatan pidana berdasarkan Pasal 52 KUHP ini berlaku umum seluruh
jenis dan bentuk tindak pidana, kecuali pada kejahatan dan pelanggaran
jabatan. Walaupun subjek hukum kejahatan pelanggaran jabatan adalah sama
yakni pegawai negeri tetapi ada perbedaan antara tindak pidana dengan
memperberat atas dasar Pasal 52 KUHP ini dengan kejahatan dan pelanggaran
jabatan.
8
Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H. “Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia”, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2014), hal. 142.
9
Power Point Asas-Asas Hukum Pidana oleh Tim Pengajar Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2013. Slide ke-320
a. Concursus Realis Homogenus, melakukan beberapa perbuatan dan dengan
perbuatan2 tsb melanggar suatu ketentuan pidana beberapa kali, co: dalam 1
bulan membunuh 3x, jd 3x melanggar Ps. 338.
b. Concursus Realis Heterogenus, beberapa perbuatan melanggar beberapa
peraturan pidana yang berbeda, co: hari ini mencuri, besok menganiaya,
minggu depan memperkosa, dst, melanggar Ps. 362, 351, dan 285.
Stelsel Pemidanaan Concursus Realis
- Ps. 65 ayat (1): kejahatan dgn ancaman pidana pokok sejenis: kumulasi
terbatas, Apabila terdapat lebih dari 1 pidana yang diancamkan, maka
maksimal pidana yang dapat dijatuhkan adalah jumlah (semua) pidana yang
diancamkan, tetapi tidak boleh lebih berat daripada yang terberat (diantara
pidana2 yang diancamkan) ditambah 1/3nya.
- Ps. 66 ayat (1) : concursus realis berupa kejahatan dengan ancaman pidana
pokok yg tidak sejenis : kumulasi terbatas;
- Ps. 66 ayat (2); jo ps. 30 KUHP
- Ps. 67 : jika salah satu tindak pidana dijatuhkan hukuman mati atau penjara
seumur hidup, maka tidak boleh dijatuhkan pidana lainnya kecuali pencabutan
hak-hak tertentu
- Ps. 69: pidana mati, penjara SU, penjara sementara waktu (ps. 340) pidana
mati
- Ps. 70 : kejahatan dengan pelanggaran atau pelanggaran dengan pelanggaran :
kumulasi murni. Kejahatan-kejahatan ringan: psl 302 (1), psl 352, psl 364, psl
373, psl 379, psl 482. Tetapi: jika dijatuhkan pidana penjara maksimal 8 bulan
- Ps. 71 : Perbuatan Pidana Tertinggal10, memberlakukan ketentuan tentang
perbarengan dalam hal persidangan jika seorang terdakwa melakukan dua
perbuatan pidana atau lebih namun dalam persidangannya ada perbuatan
pidana yang tidak diadili.
3. Perbuatan Berlanjut, seorang melakukan beberapa perbuatan yang masing-masing
merupakan tindak pidana, tetapi dengan adanya hubungan antara satu sama lain,
dianggap sebagai satu perbuatan yang dilanjutkan (voortegezette handeling), diatur
dalam Pasal 64 KUHP. Menurut MvT ada 3 syarat :
a. Tindakan2 tsb harus timbul dari suatu kehendak jahat
b. Masing2 tindakan itu haruslah sejenis
10
Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2014, hal. 349.
c. Tenggang waktu antara masing2 tindak pidana tidak terlalu lama.
Stelsel Pemidanaan Perbuatan Berlanjut :
- Pasal 64 (1): prinsipnya sistem absorpsi
- Pasal 64 (2): ketentuan khusus untuk pemalsuan dan perusakan mata uang
- Pasal 64 (3): ketentuan khusus untuk kejahatan ringan. Contoh : penipuan
ringan sbg perbuatan berlanjut; tidak diancam pidana 3 bln penjara (psl. 379),
ttp. 4 th penjara (psl 378)
VII. PENYERTAAN
Lima golongan peserta tindak pidana11 yang termuat dalam Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP,
yaitu:
Syarat :
- Kerjasama secara sadar, tidak perlu ada kesepakatan tapi harus ada kesengajaan
untuk : bekerja sama dan mencapai tujuan yang sama berupa terjadinya suatu
tindak pidana; permufakatan jahat
Alasan hapusnya hak menuntut pidana yang diatur ketentuannya dalam KUHP adalah:
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Buku Pertama Peraturan Umum BAB
12
VIII Tentang Gugurnya Hak Menuntut Hukuman dan Gugurnya Hukuman, Pasal 78.
2e. mengenai kejahatan yang diancam dengan denda, kurungan atau pidana
penjara paling lama tiga tahun, sesudah enam tahun;
3e. mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana penjara lebih dari tiga
tahun, sesudah dua belas tahun;
4e. mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana mati atau pidana seumur
hidup, sesudah delapan belas tahun.
Dalam kasus ini, daluwarsa penuntutan terhadap terdakwa ARIS
SUGIANTO dan AZIZ PRAKOSO adalah sesudah dua belas tahun
karena kejahatan yang dilakukan terdakwa menurut Pasal 338 KUHP
diancam dengan pidana penjara lebih dari tiga tahun, yaitu 15 tahun.
(2) Bagi orang yang pada saat melakukan perbuatan umurnya belum delapan belas
tahun masing-masing tenggang daluwarsa diatas dikurangi menjadi sepertiga.
Dalam kasus ini, ARIS SUGIANTO dan AZIZ PRAKOSO masing-
masing berusia 34 tahun dan 22 tahun ketika melakukan tindak
pidana, maka daluwarsa nya tidak dikurangi sepertiga. Namun, apabila
terdakwa pada saat melakukan tindak pidana berusia delapan belas tahun,
maka daluwarsa penuntutan terhadap nya menjadi 4 tahun. (2/3 dari 12
tahun)
Pasal 79 KUHP
Mengatur ketentuan kapan diberlakukannya daluwarsa untuk perbuatan pidana umum
dan perbuatan pidana khusus dimana daluwarsa penuntutannya diatur dalam butir ke 1
– 3. Tenggang Daluwarsa (TD) mulai berlaku pada hari sesudah perbuatan fisiknya
dilakukan. TD+1 hari.
Tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa ARIS SUGIANTO dan AZIZ
PRAKOSO dilakukan pada hari Selasa tanggal 2 April 2019. Penghitungan TD
nya akan mulai 1 hari setelahnya yaitu tanggal 3 April 2019. Berarti masa
tenggang daluwarsanya sampai dengan 12 tahun kemudian yaitu 3 April 2031.
Terdakwa ARIS SUGIANTO dan AZIZ PRAKOSO sudah tidak bisa dituntut
pada tanggal 4 April 2031.
5. Penyelesaian di luar sidang (Pasal 82 KUHP)
Dalam Pasal ini mengatur apabila tindak pidananya adalah pelanggaran yang dapat
melakukan penyelesaian di luar persidangan dan hanya diancam pidana denda.
Dalam kasus ini, tindak pidana yang dilakukan oleh ARIS SUGIANTO dan
AZIZ PRAKOSO termasuk dalam delik kejahatan dan diancam dengan pidana
penjara mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana sementara selama-
lamanya dua puluh tahun. Sehingga tidak dapat diberlakukan penyelesaian di
luar sidang.
Alasan hapusnya hak menuntut pidana yang diatur ketentuannya dalam KUHP adalah:
13
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Buku Pertama Peraturan Umum BAB
VIII Tentang Gugurnya Hak Menuntut Hukuman dan Gugurnya Hukuman, Pasal 85.
Apabila putusan hakim untuk terdakwa ARIS SUGIANTO dan AZIZ
PRAKOSO jatuh pada tanggal 12 Mei 2019 dan mereka menjalankan
pidananya. Pada tanggal 13 Mei 2019 mereka melarikan diri dari penjara,
maka daluwarsa menjalankan pidana menjadi tanggal 14 Mei 2019.
(3) Tenggang daluwarsa tertunda selama perjalanan pidana ditunda menurut
perintah dalam suatu peraturan umum, dan juga selama terpidana dirampas
kemerdekaan nya, meskipun perampasan kemerdekaan itu berhubungan
dengan pemidanaan lain.
Apabila ada suatu perintah dalam peraturan umum yang menghendaki
tertundanya tenggang daluwarsa menjalankan pidana bagi terdakwa ARIS
SUGIANTO dan AZIZ PRAKOSO, maka daluwarsa pun tertunda.
Salah satu pelaku, Aris yang diketahui sebagai teman dekat korban, sampai terisak dan
menitikkan air matanya saat membuat pengakuan.
"Saya ingin menyampaikan kepada keluarga korban, saya meminta maaf yang sebesar-
besarnya. Saya gak ada rasa tega, saya spontan saja," kata Aris, sembari terisak, di hadapan
awak media, Senin, (15/4).
Aris juga sempat mendoakan agar almarhum Budi diampuni segala dosanya, hingga
mendapatkan tempat yang terbaik di sana.
"Di sini hanya bisa menyesal dan menangis semoga arwah diampuni dosa-dosanya serta
ditempatkan dengan orang-orang yang beriman, amin," ujar dia.
Tak hanya Aris, pelaku lain, yakni Azis juga mengaku menyesali perbuatannya. Ia menyebut,
dirinya di bawah pengaruh emosi saat melakukan pembunuhan terhadap korban.
"Saya sungguh-sungguh sangat menyesal. Saya minta maaf sebesar-besarnya. Saya emosi,"
kata Azis.
Wakil Kapolda Jawa Timur Brigjen Pol Toni Harmanto mengungkap motif pembunuhan
yang dilakukan pada sebuah warung kopi, di Jalan Surya Kabupaten Kediri, itu perselisihan
hubungan asmara antara pelaku Aris dengan korban.
Toni mengatakan bahwa korban dan tersangka Aris sudah beberapa kali melakukan
hubungan badan suka sama suka. Ia menyebut hubungan itu dilakukan sebanyak empat kali.
"Hubungan asmara sebanyak tiga kali. Ini kali keempat (terus terjadi pembunuhan)," ujar
Toni, ditemui di lokasi yang sama.
Kendati didasari dengan suka sama suka, Dirreskrimum Polda Jatim Kombes Pol Gupuh
Prasetyo, mengatakan Aris juga kerap kali memberikan sejumlah uang senilai Rp100 ribu.
"Kali berhubungan ia mengatakan sayang kepada korban sehingga ia meminta apa yang
diminta korban. Suka sama suka setiap ada korban meminta dikasih," kata Gupuh.
Uang itu disebut Gupuh biasanya diberikan Aris kepada Budi seusai mereka berhubungan
badan. Namun di kali ke-4 ini Aris tak memberikan uang tersebut kepada korban.
Budi yang mendapati dirinya tak mendapat uang tunai dari Aris, lantas emosi dan memaki
pelaku. Di tengah perselisihan, tersangka lain, yakni Azis, mengetahui hal itu, kemudian
berusaha menengahi.
Pertikaian pun terjadi, Budi yang tak terima kemudian menampar dan berusaha menyabet
pelaku dengan parang, namun Azis berhasil menangkisnya dan justru membalas serangan
tersebut.
Azis yang berhasil merebut parang tersebut lantas menyabetkan beberapa kali bacokan ke
tubuh Korban. Budi kemudian tersungkur hingga kehilangan nyawanya.
"Azis menyabetkan (parang) ke lengan kiri, korban teriak dianiaya sampe tertelungkup dan di
situ dilakukan pembacokan berkali kali oleh saudara Azis dibantu Oleh Aris," kata Gupuh.
Setelah itu, kata Gupuh, Aris bersama Azis kemudian memasukkan jasad korban yang sudah
tak bernyawa ke koper. Namun, ternyata koper tersebut tak cukup, maka kemudian
dipotonglah kepala Budi.
"Pada saat (korban) sudah meninggal dunia itu, mau dimasukkan ke koper namun tidak
cukup. Dikeluarkan lagi, lalu Aris mendorong di potong saja kepalanya," ujar Gupuh.
Tubuh korban yang berada di dalam koper itu pun lantas dibuang di bawah jembatan Karang
Gondang, Blitar. Sementara kepala Budi yang terbungkus kantong kresek, dibuang di
bantaran sungai Ploso Kerep, Kediri.
Dari tangan tersangka polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti seperti golok, pisau
besar, koper, telepon gengam, hingga sepeda motor.
Atas perbuatannya, kedua tersangka kini terjerat pasal 340 KUHP sub pasal 338 KUHP dan
365 ayat (3) KUHP. Ancaman hukuman pidana penjara seumur hidup. (frd/wis)
Sumber lain :
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190415170527-12-386572/pelaku-mutilasi-punya-
hubungan-asmara-dengan-guru-di-kediri
http://www.tribunnews.com/regional/2019/04/15/11-fakta-terbaru-pelaku-mutilasi-guru-
honorer-kediri-korban-tewas-dibekap-pelaku-sayang-korban?page=4
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4507457/mayat-dalam-koper-polisi-pembunuhan-
di-kediri-blitar-tempat-pembuangan
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4506705/kriminolog-perkirakan-kepala-korban-
mayat-dalam-koper-disembunyikan
http://suryamalang.tribunnews.com/2019/04/24/5-fakta-rekonstruksi-kasus-pembunuhan-
mutilasi-guru-honorer-budi-hartanto-ada-bocah-sd-nangis?page=3