Anda di halaman 1dari 22

Nama: RA Afifah Putri Kinasih

NPM : 1806220616 REG


Kelas : Asas-Asas Hukum Pidana C (R. C 405)
I. TINDAK PIDANA

Pasal yang dikenakan kepada pelaku tindak pidana dalam kasus ini adalah : Pasal 338 jo.
Pasal 181 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1

Pasal 338 KUHP, yang berbunyi:

“Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain dipidana karena


pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15 tahun”

Penguraian Unsur-Unsur dalam Pasal 338 KUHP adalah sebagai berikut :

1. “Barangsiapa”
Yang dimaksud dengan barangsiapa adalah setiap pribadi kodrati atau makhluk
ciptaan Tuhan yang melakukan tindak pidana yang dapat berupa manusia (natuurlijk
persoon) atau badan hukum (rechtpersoon) yang dapat dimintai pertanggungjawaban.
Atau disebut sebagai subjek hukum.
Dalam kasus ini, Terdakwa ARIS SUGIYANTO dan AZIZ PRAKOSO merupakan
manusia (natuurlijk persoon) dan berkedudukan sebagai subjek hukum. Oleh karena
itu, unsur “barangsiapa” dalam kasus ini terpenuhi.
2. “dengan sengaja”
Unsur dengan sengaja yang dikemukakan oleh Andi Abu Ayyub Saleh adalah sebagai
berikut:
a. Unsur sengaja meliputi tindakannya dan objeknya, artinya si pembuat atau
pelaku mengetahui atau mengkehendaki adanya orang mati dari perbuatannya
tersebut. Hilangnya jiwa seseorang harus dikehendaki dan harus menjadi
tujuan, sehingga karenanya perbuatan yang dilakukan tersebut dengan suatu
maksud atau tujuan yakni adanya niat untuk menghilangkan nyawa orang lain.
b. Jika timbulnya akibat hilangnya jiwa orang lain tanpa dengan sengaja atau
bukan menjadi tujuan atau bukan bermaksud dan tidak pernah diniatkan
tidaklah dapat dikatakan sebagai pembunuhan (doogslag) in casu tidak dapat
dikenakan ketentuan tindak pidana pembunuhan tersebut tetapi mungkin dapat
dikenakan tindak pidana lain yang mengakibatkan orang mati tetapi tidak
dengan unsur sengaja.
c. Baik timbulnya akibat maupun perbuatan yang menimbulkannya harus
dilakukan dengan sengaja, jadi pelaku atau pembuat harus mengetahui dan
menghendaki bahwa dari perbuatannya itu dapat bahkan pasti mengakibatkan
adanya orang mati.

d. Untuk memenuhi tindak pidana pembunuhan dengan unsur sengaja yang


terkadang dalam Pasal 338 KUHP ini disyaratkan bahwa perbuatan
pembunuhan tersebut harus dilakukan sesegera mungkin sesudah timbulnya
suatu maksud atau niat untuk membunuh tidak dengan pikir-pikir atau tidak
dengan suatu perencanaan.
e. Unsur sengaja ini dalam praktek seringkali sulit untuk membuktikannya,
terutama jika pemuat atau pelaku tersebut licik ingin menghindar dari
perangkat tindak pidana tersebut. Karena unsur dengan sengaja adalah unsur
subjektif adalah unsur batin si pembuat yang hanya dapat diketahui dari
keterangan tersangka atau terdakwa di depan pemeriksaan penyidik atau
didepan pemeriksaan persidangan, kecuali mudah pembuktiannya unsur ini
apabila tersangka atau terdakwa tersebut memberi keterangan sebagai
“pengakuan” artinya mengakui terus terang pengakuannya bahwa kematian si
korban tersebut memang dikehendaki atau menjadi tujuannya.
f. Pada umunya kasus-kasus tindak pidana pembunuhan si tersangka atau
terdakwa berusaha menghindar dari pengakuan unsur sengaja tetapi selalu
berlindung bahwa kematian si korban tersebut tidak dikehendaki atau bukan
menjadi niat tujuannya yakni hanya ingin menganiaya saja atau melukainya
saja.
g. Untuk membuktikan unsur sengaja menurut ketentuan ini haruslah dilihat cara
melakukan dalam mewujudkan perbuatan jahatanya tersebut. Sehingga
memang dikehendaki atau diharapkan supaya korbannya meninggal dunia.   

Dalam kasus ini, Terdakwa ARIS SUGIANTO dan AZIZ PRAKOSO


mengetahui dan menghendaki bahwa dari perbuatannya itu dapat bahkan pasti
mengakibatkan adanya orang mati. AZIZ PRAKOSO menyabetkan sebuah
golok kearah korban, di mana sabetan tersebut mengenai lengan kiri korban.
Korban pun jatuh tertelungkup lalu teriak. Saat itulah AZIZ PRAKOSO
berkali-kali membacok korban, padahal dia tahu betul bahwa tindakannya
tersebut akan menghilangkan nyawa korban. Begitupula yang dilakukan
dengan ARIS SUGIANTO, saat AZIZ PRAKOSO mengibaskan sabetan,
bukannya dia menengahi kejadian, malah ikut membantu AZIZ PRAKOSO
dengan menyumpal mulut korban dengan kain dengan maksud untuk
meminimalisir suara teriakan yang seharusnya dia juga mengetahui kalau
tindakan yang dilakukannya itu dapat menyebabkan korban tersumbat
pernafasannya dan mengakibatkan mati

3. “menghilangkan jiwa orang lain”;


i. Unsur ini disyaratkan adanya orang mati. Dimana yang mati adalah orang lain
dan bukan dirinya sendiri si pembuat tersebut.
ii. Pengertian orang lain adalah semua orang yang tidak termasuk dirinya sendiri
si pelaku.
iii. Dalam rumusan tindak pidana Pasal 338 KUHP tidak ditentukan bagaimana
cara melakukan perbuatan pembunuhan tersebut, tidak ditentukan alat apa yang
igunakan tersebut, tetapi Undang-Undang hanya menggariskan bahwa akibat
dari perbuatannya itu yakni menghilangkan jiwa orang lain atau matinya orang
lain.
iv. Kematian tersebut tidak perlu terjadi seketika itu atau sesegera itu, tetapi
mungkin kematian dapat timbul kemudian.
v. Untuk memenuhi unsur hilangnya jiwa atau matinya orang lain tersebut harus
sesuatu perbuatan, walaupun perbuatan itu kecil yang dapat mengakibatkan
hilangnya atau matinya orang lain.

Dalam kasus ini, hilangnya nyawa seseorang diakibatkan oleh perbuatan dari
terdakwa ARIS SUGIANTO dan AZIZ PRAKOSO. Berdasarkan kronologi,
walaupun yang melakukan pembacokan itu AZIZ PRAKOSO. Akan tetapi
menurut hasil otopsi menyatakan bahwa korban meninggal karena di sumpal
mulutnya dengan kain oleh ARIS SUGIANTO.

Pasal 181 KUHP, yang berbunyi:

“Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan


mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan.”

Penguraian Unsur-Unsur dalam Pasal 181 KUHP adalah sebagai berikut :


1. “Barangsiapa”
Yang dimaksud dengan barangsiapa adalah setiap pribadi kodrati atau makhluk
ciptaan Tuhan yang melakukan tindak pidana yang dapat berupa manusia (natuurlijk
persoon) atau badan hukum (rechtpersoon) yang dapat dimintai pertanggungjawaban.
Atau disebut sebagai subjek hukum.
Dalam kasus ini, Terdakwa ARIS SUGIANTO dan AZIZ PRAKOSO merupakan
manusia (natuurlijk persoon) dan berkedudukan sebagai subjek hukum. Oleh karena
itu, unsur “barangsiapa” dalam kasus ini terpenuhi.

2. “mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan mayat”


Dalam kasus Terdakwa ARIS SUGIANTO dan AZIZ PRAKOSO terbukti telah
melakukan suatu usaha untuk menyembunyikan dan menghilangkan mayat korban
dengan memasukkan tubuh korban secara paksa ke dalam koper milik ibunya ARIS
SUGIANTO dengan cara memisahkan kepala korban dari tubuhnya agar muat dalam
koper. Lalu koper tersebut dibuang ke bawah jembatan Karang Gondang, Udanawu,
Blitar. Sedangkan potongan kepalanya dibuang di bantaran sungai Ploso Kerep
Bleber, Kras, Kediri.

3. “dengan maksud menyembunyikan kematian”


Dengan maksud disini tidak jauh berbeda dengan dengan sengaja. Di mana Terdakwa
ARIS SUGIANTO dan AZIZ PRAKOSO melancarkan aksi menghilangkan nyawa
tersebut secara sadar dan dengan niatan tidak akan ada yang menemukan koper
tersebut apabila di buang begitu saja di tempat terpencil agar mereka tidak dipidana
atas kejahatan yang telah dilakukan.

Pasal 55 ayat (1) ke-1, yang berbunyi :

“(1) Dihukum sebagai orang yang melakukan peristiwa pidana:


1e. Orang yang melakukan, menyuruh melakukan, atau turut melakukan perbuatan
itu”

Penguraian Unsur Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP adalah sebagai berikut:

1. “Orang yang melakukan, menyuruh melakukan, atau turut melakukan perbuatan


itu.”
R. Soesilo dalam bukunya yang berjudul Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Demi Pasal menjelaskan mengenai apa
yang dimaksud dengan “orang yang turut melakukan” (medepleger) dalam Pasal 55
KUHP. Menurut R.Soesilo, “turut melakukan” dalam arti kata “bersama-sama
meakukan”. Sedikit-dikitnya harus ada dua orang, yaitu orang yang melakukan (pleger)
dan orang yang turut melakukan (medepleger) peristiwa pidana. Dalam kasus ini, AZIZ
PRAKOSO sebagai pleger dan ARIS SUGIANTO sebagai medepleger.

II. PIDANA DAN PEMIDANAAN

Dalam titel II Buku I KUHP yang berjudul “Hukuman” (Straffen), tergambar sistem hukum
pidana yang turut dilaksanakan di Indonesia. Pasal 10 KUHP menyebutkan bahwa pidana
terdiri atas:

a. Pidana pokok:
1. Pidana mati,
2. Pidana penjara,
3. Kuruangan,
4. Denda.
b. Pidana tambahan:
1. Pencabutan hak-hak tertentu,
2. Perampasan barang-barang tertentu,
3. Pengumuman keputusan hakim.

Bahwa dalam kasus ini, Terdakwa ARIS SUGIANTO dan AZIZ PRAKOSO
melakukan kejahatan pembunuhan dan penyembunyian mayat yang mana keduanya
memiliki pemidanaan yang sejenis. Yaitu pidana penjara 15 tahun untuk
pembunuhannya (Ps. 338) dan 9 bulan untuk penyembunyian mayatnya (Ps. 181)

III. DASAR PENGHAPUS PIDANA

Dasar penghapus pidana adalah Hal-hal atau keadaan yang dapat mengakibatkan tidak
dijatuhkan nya pidana pada seseorang yang telah melakukan perbuatan yang dengan tegas
dilarang dan diancam dengan sanksi pidana oleh UU.1 Pembagian dasar penghapusan pidana
(berdasarkan unsur yang dihapus) terbagi menjadi dua, yaitu yang berasal dari dalam
Undang-Undang dan dari luar Undang-Undang

Dari dalam Undang-Undang :

1. Dasar Pembenaran2

Unsur melawan hukum pada dasar pembenar dihapuskan begitupun dengan


kesalahannya. Dalam hal ini perbuatan pelaku dianggap tidak melawan hukum,
walaupun perbuatan itu dilarang dan diancam hukuman oleh UU/KUHP. Jadi dalam
hal ini perbuatan pelaku dibenarkan atau dibolehkan, sehingga kesalahan pun tidak
ada. Beberapa pasal yang terkait dengan dasar pembenaran, yaitu Pasal 48 KUHP
dalam arti luas, Pasal 49 ayat (1), Pasal 50, Pasal 51 ayat (1). Dalam kasus ini, tidak
mencakup dasar pembenar didalamnya. Alasan-alasan yang menjelaskan bahwa dalam
kasus ini tidak terdapat dasar pembenar, ialah:

- Bukan merupakan Noodtoestand yaitu perluasan dari daya paksa yang


disebut sebagai keadaan darurat yang diatur dalam Pasal 48 KUHP. Tindak
pidana yang dilakukan oleh terdakwa bukan berasal dari daya paksa melainkan
terdakwa sadar secara penuh akan hal yang dilakukannya.
- Bukan merupakan (noodweer) pembelaan paksa. Sebab menurut Pasal 49
ayat (1) KUHP, perbuatan bela paksa untuk mempertahankan pertahanan atau
pembelaan itu harus amat perlu, boleh dikatakan tidak ada jalan lain.
Pembelaan atau pertahanan itu harus dilakukan hanya terhadap kepentingan
yang disebut dalam pasal itu adalah badan, kehormatan dan barang diri
sendiri atau orang lain. Serta, harus ada serangan yang melawan hak dan
mengancam dengan sekoyong-koyong atau pada ketika itu juga.3
- Bukan merupakan suatu perbuatan untuk melaksanakan ketentuan
undang-undang terkait dengan Pasal 50 KUHP.
- Bukan berasal dari perintah yang dikeluarkan oleh pejabat yang sah dan
berwenang. Sebab kasus ini bertentangan dengan Pasal 51 ayat (1) di mana
tidak ada kaitannya dengan pejabat yang sah.
1
Nathalina Naibaho, Powerpoint “Dasar Penghapusan Pidana 2018”, Kuliah umum oleh Bu
Nathalina Naibaho membahas dasar penghapusan pidana. Slide ke-3.
2
Ibid., Slide ke-11.
3
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Buku Pertama Peraturan Umum BAB III
Tentang Pengecualian, Pengurangan, dan Penambahan Hukuman, Pasal 49 ayat (1).
2. Dasar Pemaaf4

Unsur melawan hukum tetap ada, walaupun kesalahan nya dihapuskan. Dalam hal ini
perbuatan pelaku tetap dianggap melawan hukum, namun unsur kesalahannya
dihapuskan atau dimaafkan. Beberapa pasal yang terkait dengan dasar pemaaf, yaitu
Pasal 44 KUHP, Pasal 48 KUHP dalam arti sempit, Pasal 49 ayat (2) KUHP, dan
Pasal 51 ayat (2). dalam kasus ini, mencakup dasar pemaaf didalamnya. Alasan-alasan
yang menjelaskan bahwa dalam kasus ini tidak terdapat dasar pemaaf, ialah:

- Terdakwa ARIS SUGIANTO dan AZIZ PRAKOSO merupakan manusia


yang sehat jasmani dan rohani, kesehatan akalnya tidak terganggu, bahkan
terdakwa dapat memilih untuk mengehentikan perbuatan dari saksi Aziz
Prakoso. Tentu, hal tersebut bertentangan dengan Pasal 44 KUHP.
- Bukan merupakan Overmacht, sebab dalam Pasal 48 KUHP dijelaskan
bahwa “Barangsiapa yang melakukan perbuatan karena terpaksa…” kata
“terpaksa” harus diartikan, baik paksaan batin, maupun lahir, rohani, maupun
jasmani.5
- Merupakan Noodweer Excess (Bela Paksa Lampau Batas). :
Perbuatan terdakwa yang sudah melebihi dari apa yang diperlukan. Ini
melanggar asas proporsionalitas artinya ketidaksesuaian bahaya yang
ditimbulkan oleh ancaman serangan atau serangan dengan serangan bela
paksanya. Lalu perbuatannya masih dilakukan bahkan sesudah serangan
berhenti. Yang harus dibuktikan dalam noodweer excess adalah
1. Pelampauan batas pembelaan terjadi karena goncangan jiwa
2. Goncangan itu terjadi karena adanya serangan yang melawan
hukum6. Ditujukan untuk 3 kepentingan hukum, yaitu tubuh,
kehormatan keasusilaan, dan harta benda.
Alasan AZIZ PRAKOSO melakukan tindakan pembacokan adalah karena
korban sempat mengarahkan golok ke arah AZIZ PRAKOSO karena amarah.
Tapi bisa ditangkis oleh AZIZ PRAKOSO dan dia balik menyerangnya.
Ketika korban sudah tersungkur kesakitan, AZIZ PRAKOSO tetap

4
Ibid.
5
Ibid., Penjelasan Pasal 48 KUHP.
6
Power Point Asas-Asas Hukum Pidana oleh Tim Pengajar Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2013. Slide ke-250
membacok korban karena terbawa faktor emosi. ARIS SUGIANTO di kasus
ini tidak ada dasar pembenar atau pemaafnya karena pada saat kejadian bukan
dia yang diserang tapi tetap ikut serta dalam membunuh korban, bukannya
malah menghentikan tindakan AZIZ PRAKOSO.
- Tidak mencakup pula pada Pasal 51 ayat (2) sebab perintah yang
dikeluarkan tidak sah karena berasal dari pejabat atau atasan yang tidak
memiliki wewenang.

Dari luar Undang-Undang :

b. Perbuatan yang mengandung sifat tercela menurut UU namun tidak tercela


menurut masyarakat.
c. Didasarkan pada asas tiada pidana tanpa kesalahan (geen straf zonder schuld) :
Ketiadaan kesalahan si pembuat atas perbuatannya terjadi karena
ketidaktahuan atau kekeliruan tentang keadaan nyata atau fakta yang ada
ketika perbuatan dilakukan.

IV. DASAR PERINGAN PIDANA

Dasar peringan pidana berlaku pada usia saat pelaku melakukan tindak pidana.
Hal tersebut untuk mengetahui apakah perlu diterapkan UU lain diluar KUHP
yang akan menajdi alasan untuk dasar peringan pidana.

Dalam kasus ini, tidak mencakup dasar peringan pidana. Meskipun delik ini
merupakan delik selesai dan terdakwa memenuhi semua unsur tindak pidana.
Namun, dasar peringan pidana dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:

1) Umum, mencakup usia seseorang yang belum dewasa yang diatur dalam UU No.
11 Tahun 2012 sehingga mengakibatkan Pasal 45 dan Pasal 47 pada KUHP tidak
berlaku lagi. Meskipun, asas-asas umum dan aturan-aturan lain dalam KUHP serta
KUHAP tetap digunakan sepanjang tidak diatur dalam secara khusus dalam UU
No. 11 Tahun 2012.
- Dalam kasus ini, terdakwa ARIS SUGIANTO merupakan seorang laki-laki
yang pada saat melakukan tindak pidana usianya 34 tahun. Oleh sebab itu,
terdakwa tidak dapat diperingan hukuman pidana nya dengan alasan usia.
- Dalam kasus ini, terdakwa AZIZ PRAKOSO merupakan seorang laki-laki
yang pada saat melakukantindak pidana usianya 22 tahun. Oleh sebab itu,
terdakwa tidak dapat diperingan hukuman pidana nya dengan alasan usia.
2) Khusus, merupakan delik yang di previlisir yaitu delik yang selain memuat
unsur- unsur pokok, terdapat juga unsur yang meringankan. Contohnya seperti
Pasal 308 KUHP.
- Dalam kasus ini, Pasal 338 KUHP mengenai Pembunuhan Berencana
bukanlah suatu delik yang diprevilisir.

V. DASAR PEMBERAT PIDANA

Dasar pemberat pidana merupakan dasar atau alasan yang menyebabkan pidana
yang diancamkan terhadap seseorang menjadi lebih berat dibandingkan dengan
pidana yang diancamkan pada umumnya (pada orang yang lainnya).7

Dalam kasus ini, mencakup dasar pemberat pidana. Dasar pemberat pidana juga
dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
1. Umum :

a.    Dasar Pemberatan Pidana Karena Jabatan


Pemberatan karena jabatan ditentukaan dalam Pasal 52 KHUP yang rumusan
lengkapnya adalah bilamana seorang pejabat karena melakukan pidana
melanggar suatu kewajiban khusus dari jabatannya, atau pada waktu
melakukan tindak pidana memakai kekuasaan, kesempatan atau sarana yang
diberikan kepada jabatannya, pidananya ditambah sepertiga.

Dasar pemberatan pidana tersebut dalam Pasal 52 KUHP ini adalah terletak
pada keadaanjabatan dari kualitas si pembuat (pejabat atau pegawai negeri),
ada 4 (empat) hal dalam melakukan tindak pidana dengan:
1. Melanggar suatu kewajiban khusus dari jabatannya
2. Memakai kekuasaan jabatannya
3. Menggunakan kesempatan karena jabatannya
4. Menggunakan sarana yang diberikan karena jabatannya

7
Bidang Studi Hukum Pidana FHUI 2018, Powerpoint “Dasar Peringan dan Pemberat Pidana 2018”,
Kuliah umum oleh Bu Nathalina Naibaho membahas dasar peringan dan pemberat pidana. Slide ke-22.
Jadi pemberatan pidana berdasarkan Pasal 52 KUHP ini berlaku umum seluruh
jenis dan bentuk tindak pidana, kecuali pada kejahatan dan pelanggaran
jabatan. Walaupun subjek hukum kejahatan pelanggaran jabatan adalah sama
yakni pegawai negeri tetapi ada perbedaan antara tindak pidana dengan
memperberat atas dasar Pasal 52 KUHP ini dengan kejahatan dan pelanggaran
jabatan.

b.    Dasar Pemberatan Pidana karena Pengulangan (Recidive)


Ada dua arti pengulangan, yaitu pengulangan, yang satu menurut masyarakat
(social) dan yang lain dalam hukum pidana. Yang pertama, masyarakat
menganggap bahwa setiap orang yang setelah pidana, menjalaninya yang
kemudian melakukan tindak pidana lagi, disana ada pengulangan, tanpa
memperlihatkan syarat-syarat lainnya. Tetapi pengulangan dalam arti pidana, 
yang merupakan dasar pemberat pidana ini, tidak cukup hanya melihat
berulangnya melakukan tindak pidana, tetapi dikaitkan pada syarat-syarat
tertentu yang ditetapkan Undang-Undang[2].
Undang-undang sendiri tidak mengatur mengenai pengulangan umum (general
recidive)  yang artinya melakukan pengulangan berlaku untuk dan terhadap
semua tindak pidana. Mengenai pengulangan ini KUHP kita mengatur sebagai
berikut:
a. Pertama, menyebutkan dengan mengelompokkan tindak-tindak pidana
tertentu dengan syarat-syarat tertentu yang dapat terjadi pengulangannya.
Pengulangan hanya terbatas pada tindak pidana tertentu yang disebutkan
dalam Pasal 486, 487 dan 488 KUH
b. Diluar kelompok kejahatan dalam Pasal 368, 387,  dan 388 itu KUHP juga
menentukan pidana khusus tertentu yang dapat  terjadi pengulangan,
misalnya Pasal 216 ayat (3), 487 ayat (2), 495 ayat (2) dan 501 ayat (3).

c.    Dasar Pemberatan Pidana Dengan Menggunakan Sarana Bendera


Kebangsaan.
Melakukan suatu tindakan pidana dengan menggunakan sarana karena bendera
dirumuskan dalam Pasal 52 a KUHP yang berbunyi : Bilamana pada waktu
melakukan kejahatan digunakan bendera kebangsaan Republik Indonesia,
pidana untuk kejahatan tersebut ditambah sepertiga.
2.Khusus, merupakan delik yang dikualifisir atau delik yang diperberat. Contohnya
pada pasal 52a : kejahatan menggunakan bendera RI, 356, 349, 351 ayat (2),
365 (4), dll.

VI. GABUNGAN/PEMBARENGAN TINDAK PIDANA


(CONCURSUS/SAMENLOOP)

Terdapat tiga macam gabungan tindak pidana8, yaitu:

1. Concursus Idealis, seorang dengan satu perbuatan melakukan beberapa tindak


pidana, yang dalam ilmu pengetahuan hukum dinamakan “gabungan berupa satu
perbuatan” (eendaadsche samenloop, diatur dalam Pasal 63 KUHP.
Menurut R. Sianturi terdapat pembagian atas CI, sbb:
a. Concursus Idealis Homogenius : 1 perbuatan melanggar satu peraturan
pidana yang sama beberapa kali. Contohnya : satu tembakan mengenai 2 orang
sekaligus, 2 kali melanggar Pasal 338 KUHP
b. Concursus Idealis Heterogenius : 1 perbuatan melanggar beberapa peraturan
pidana yang berbeda. Contoh : memperkosa wanita di taman, melanggar Pasal
285 dan 281 sekaligus dengan 1 perbuatan.9
Stelsel Pemidanaan Concursus Idealis :
- Absorpsi Murni, dijatuhkan 1 jenis pidana saja yakni yang terberat (Ps. 63 ayat
1)
- Ps. 63 ayat (2) : lex specialis derogat legi generali, co: seorang Ibu yang
membunuh anak krn takut ketahuan telah melahirkan, tidak dikenai Ps. 338
tapi Ps. 341 KUHP.
2. Concursus Realis, seorang melakukan beberapa perbuatan yang tidak ada hubungan
satu sama lain, dan yang masing-masing merupakan tindak pidana; hal tersebut dalam
ilmu pengetahuan hukum dinamakan “gabungan beberapa perbuatan”
(meerdaadsche samenloop), diatur dalam Pasal 65-71 KUHP.
Dibagi menjadi 2, yaitu :

8
Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H. “Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia”, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2014), hal. 142.
9
Power Point Asas-Asas Hukum Pidana oleh Tim Pengajar Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2013. Slide ke-320
a. Concursus Realis Homogenus, melakukan beberapa perbuatan dan dengan
perbuatan2 tsb melanggar suatu ketentuan pidana beberapa kali, co: dalam 1
bulan membunuh 3x, jd 3x melanggar Ps. 338.
b. Concursus Realis Heterogenus, beberapa perbuatan melanggar beberapa
peraturan pidana yang berbeda, co: hari ini mencuri, besok menganiaya,
minggu depan memperkosa, dst, melanggar Ps. 362, 351, dan 285.
Stelsel Pemidanaan Concursus Realis
- Ps. 65 ayat (1): kejahatan dgn ancaman pidana pokok sejenis: kumulasi
terbatas, Apabila terdapat lebih dari 1 pidana yang diancamkan, maka
maksimal pidana yang dapat dijatuhkan adalah jumlah (semua) pidana yang
diancamkan, tetapi tidak boleh lebih berat daripada yang terberat (diantara
pidana2 yang diancamkan) ditambah 1/3nya.
- Ps. 66 ayat (1) : concursus realis berupa kejahatan dengan ancaman pidana
pokok yg tidak sejenis : kumulasi terbatas;
- Ps. 66 ayat (2); jo ps. 30 KUHP
- Ps. 67 : jika salah satu tindak pidana dijatuhkan hukuman mati atau penjara
seumur hidup, maka tidak boleh dijatuhkan pidana lainnya kecuali pencabutan
hak-hak tertentu
- Ps. 69: pidana mati, penjara SU, penjara sementara waktu (ps. 340)  pidana
mati
- Ps. 70 : kejahatan dengan pelanggaran atau pelanggaran dengan pelanggaran :
kumulasi murni. Kejahatan-kejahatan ringan: psl 302 (1), psl 352, psl 364, psl
373, psl 379, psl 482. Tetapi: jika dijatuhkan pidana penjara maksimal 8 bulan
- Ps. 71 : Perbuatan Pidana Tertinggal10, memberlakukan ketentuan tentang
perbarengan dalam hal persidangan jika seorang terdakwa melakukan dua
perbuatan pidana atau lebih namun dalam persidangannya ada perbuatan
pidana yang tidak diadili.
3. Perbuatan Berlanjut, seorang melakukan beberapa perbuatan yang masing-masing
merupakan tindak pidana, tetapi dengan adanya hubungan antara satu sama lain,
dianggap sebagai satu perbuatan yang dilanjutkan (voortegezette handeling), diatur
dalam Pasal 64 KUHP. Menurut MvT ada 3 syarat :
a. Tindakan2 tsb harus timbul dari suatu kehendak jahat
b. Masing2 tindakan itu haruslah sejenis
10
Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2014, hal. 349.
c. Tenggang waktu antara masing2 tindak pidana tidak terlalu lama.
Stelsel Pemidanaan Perbuatan Berlanjut :
- Pasal 64 (1): prinsipnya sistem absorpsi
- Pasal 64 (2): ketentuan khusus untuk pemalsuan dan perusakan mata uang
- Pasal 64 (3): ketentuan khusus untuk kejahatan ringan. Contoh : penipuan
ringan sbg perbuatan berlanjut; tidak diancam pidana 3 bln penjara (psl. 379),
ttp. 4 th penjara (psl 378)

Kasus ini termasuk dalam kategori Concursus Realis Heterogenius, di mana


setelah membunuh korban (Pasal 338 KUHP), terdakwa lantas berupaya untuk
menyembunyikan mayat korban (Pasal 181 KUHP) dengan cara dimasukkan
secara paksa ke dalam koper dalam keadaan tanpa kepala lalu dibuang ke daerah
berbeda agar menutup jejak. Lalu stelsel pemidanaannya adalah Pasal 65 ayat (1)
karena Pasal 338 dan 181 pemidanaan pokoknya sejenis (yaitu : pidana penjara)
dan lamanya waktu maksimal 15 tahun + 9 bulan. (sebelum digabungkan dengan
penyertaan)

VII. PENYERTAAN

Lima golongan peserta tindak pidana11 yang termuat dalam Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP,
yaitu:

a. Pembuat/dader (ps. 55), dipidana sbg pelaku :

1) Yang melakukan/pelaku (pleger)


2) Yang menyuruh lakukan (doen pleger)
- Ketika seseorang hendak melakukan tindak pidana, tapi tidak mau melakukannya
sendiri, melainkan menyuruh org lain utk melakukannya
- Yang menyuruh diancam pidana sebagai pelaku
- Yang disuruh/pelaku langsung (pelaku materil), tidak diancam pidana karena
hilangnya unsur kesalahan (adanya dasar penghapus pidana berupa dsr pemaaf)
- Yang disuruh hanya menjadi alat belaka, dan melakukan tindakan itu karena
ketidaktahuan/kekeliruan/adanya paksaan.
Macam-macam orang yang disuruh tidak dapat dipertanggungjawabkan :
11
Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H. “Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia”, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2014), hal. 118.
- Ps. 44, orang yang disuruh sakit akal, tdk sempurna pertumbuhan akal/jiwanya;
- Ps. 48, orang berada dalam keadaan overmacht/daya paksa relatif;
- Ps. 51 (2), dalam hal menjalankan perintah jabatan yang tdk sah, tp org tsb dengan
itikad baik menyangka bahwa perintah itu sah (ada hubungan atasan dan
bawahan)
- AVAS – tiada kesalahan sama sekali
- Putative/salah kira-salah duga, dwaling
- Anak yg msh sgt kecil ? Mungkin sj …
3) Yang turut serta (medepleger)
- Beberapa orang bersama-sama melakukan tindak pidana
- Semua dari mereka yang terlibat memenuhi semua unsur;
- Ada yang memenuhi semua unsur, ada yang sebagian unsur, bahkan ada yang tdk
memenuhi unsur sama sekali;
- Semua hanya memenuhi sebagian unsur saja;

Syarat :

- Kerjasama secara sadar, tidak perlu ada kesepakatan tapi harus ada kesengajaan
untuk : bekerja sama dan mencapai tujuan yang sama berupa terjadinya suatu
tindak pidana; permufakatan jahat

- Kerjasama secara fisik, ada pelaksanaan bersama, perbuatan pelaksanaan 


perbuatan yang langsung menyebabkan selesainya suatu delik.

4) Yang mengganjurkan/ penggerak/pembujuk/pemancing (uitlokker)


Syarat :
- Ada kesengajaan untuk menggerakkan orang lain melakukan tindak pidana;
- Dengan upaya-upaya yang diatur secara limitatif dalam ps. 55 ayat (1) butir 2
KUHP : pemberian, perjanjian, salah memakai kekuasaan, pengaruh, kekerasan,
ancaman kekerasan atau tipu daya atau dengan memberi kesempatan, daya upaya
atau keterangan.
- Ada yang tergerak untuk melakukan tindak pidana dengan upaya-upaya di atas;
- Yang digerakkan dapat dipertanggungjawabkan menurut Hukum Pidana;
- Yang menggerakkan bertanggung jawab terhadap akibat yg timbul.
Jenis Penggerakan :
- Penggerakan yang berhasil
- Penggerakan yang berhasil sampai dalam taraf percobaan yang dapat dipidana (Ps.
53)
- Penggerakan yang gagal (mislukte uitlokking/ poging tot uitlokking = mencoba
menggerakkan) (Ps, 163 bis)
- Penggerakan tanpa akibat (zonder gevolg gebleven uitlokking)
Pemidanaan terhadap penggerak: (Ps. 163 bis)
o maksimal 6 tahun penjara atau denda Rp. 4500,- tetapi tidak boleh lebih berat
daripada:
o pidana untuk percobaan TP  kalau percobaannya dapat dipidana
o pidana karena melakukan TP  dalam hal percobaan melakukan TP (yaitu
kejahatan) tidak dapat dipidana
Penjatuhan Pemidanaan :
- Jadi kalau penggerakannya berhasil maka A(penggerak) dan B(digerakkan)
keduanya dihukum 55 ayat(1) ke 2 jo. 340.
- Kalau penggerakannya tidak berhasil maka yang dihukum Cuma si A(penggerak).
Misalnya 55 (2) jo. 180 bis. 340
- Kalau tindak pidana nya lebih dari 6 tahun hukumannya, maka untuk penggerak,
hukumannya tidak boleh lebih dari 6 tahun. Misal pembunuhan, pemerkosaan
- Kalau pidananya kurang dari 6 tahun, maka untuk penggerak, dijatuhi 2/3 dari
hukuman asli. Misalnya : pencurian 5 tahun.2/3 nya 3 tahun 8 bulan. Berarti hanya
boleh dijatuhi hukuman maksimal 3 tahun 8 bulan.

b. Pembantu/medeplichtige (ps. 56 dan 57) :


1. Pembantu pada sebelum/saat kejahatan dilakukan
- Harus dilakukan dengan sengaja dan tau kalo ada kejahatan. Tapi niat buat
ngelakun kejahatan itu ada pada orang lain
- Menurut Pasal 56, ada 2 jenis:
1. Membantu sebelum TP dilakukan. Sarananya: kesempatan, daya upaya
(alat), keterangan
2. Membantu pada saat TP dilakukan. Sarananya: boleh apa saja
- Yang dipidana hanya membantu melakukan kejahatan (lihat Pasal 56 dan Pasal 60
KUHP)
- Ancaman pidana maksimal bagi seorang pembantu: pidana bagi pelaku kejahatan
dikurangi 1/3-nya

Dalam kasus ini, Terdakwa ARIS SUGIANTO dan AZIZ PRAKOSO


dijatuhkan Ps 55 (1) ayat ke-1 dimana keduanya dipidana sebagai pelaku tindak
pidana. Dimana AZIZ PRAKOSO sebagai yang melakukan (pleger) dan ARIS
SUGIANTO sebagai yang turut serta melakukan (medepleger).

VIII. GUGURNYA HAK MENUNTUT

Alasan hapusnya hak menuntut pidana yang diatur ketentuannya dalam KUHP adalah:

1. Tidak adanya pengaduan pada delik-delik aduan (Pasal 72-75 KUHP)


Dalam kasus ini, tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa ARIS SUGIANTO dan
AZIZ PRAKOSO termasuk dalam delik biasa/laporan sehingga tidak memenuhi
ketentuan hapusnya hak menuntut pidana dalam hal pengaduan.
2. Ne Bis in Idem (Pasal 76 KUHP)
Dalam kasus ini ARIS SUGIANTO dan AZIZ PRAKOSO telah dijatuhi hukuman
pidana oleh hakim. Oleh karena itu, keluarga korban yang tidak menerima keputusan
hakim tersebut, tidak dapat melakukan penuntutan kepada terdakwa untuk
kedua kalinya atas perbuatan yang sudah ada putusan berkekuatan hukum
tetap.
3. Matinya tersangka/terdakwa (Pasal 77 KUHP)
Dalam kasus ini ARIS SUGIANTO dan AZIZ PRAKOSO ketika ditangkap oleh
polisi masih dalam keadaan sehat jasmani dan rohani atau hidup. Oleh sebab itu,
point ketiga ini tidak memenuhi ketentuan hapusnya hak menuntut pidana.
4. Daluwarsa (Pasal 78-81 KUHP)
Pasal 78 KUHP12
(1) Hak menuntut hukuman gugur (tidak dapat dijalankan lagi) karena lewat
waktunya:
1e. mengenai semua pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan dengan
percetakan, sesudah satu tahun;

R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Buku Pertama Peraturan Umum BAB
12

VIII Tentang Gugurnya Hak Menuntut Hukuman dan Gugurnya Hukuman, Pasal 78.
2e. mengenai kejahatan yang diancam dengan denda, kurungan atau pidana
penjara paling lama tiga tahun, sesudah enam tahun;
3e. mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana penjara lebih dari tiga
tahun, sesudah dua belas tahun;
4e. mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana mati atau pidana seumur
hidup, sesudah delapan belas tahun.
 Dalam kasus ini, daluwarsa penuntutan terhadap terdakwa ARIS
SUGIANTO dan AZIZ PRAKOSO adalah sesudah dua belas tahun
karena kejahatan yang dilakukan terdakwa menurut Pasal 338 KUHP
diancam dengan pidana penjara lebih dari tiga tahun, yaitu 15 tahun.
(2) Bagi orang yang pada saat melakukan perbuatan umurnya belum delapan belas
tahun masing-masing tenggang daluwarsa diatas dikurangi menjadi sepertiga.
 Dalam kasus ini, ARIS SUGIANTO dan AZIZ PRAKOSO masing-
masing berusia 34 tahun dan 22 tahun ketika melakukan tindak
pidana, maka daluwarsa nya tidak dikurangi sepertiga. Namun, apabila
terdakwa pada saat melakukan tindak pidana berusia delapan belas tahun,
maka daluwarsa penuntutan terhadap nya menjadi 4 tahun. (2/3 dari 12
tahun)
Pasal 79 KUHP
Mengatur ketentuan kapan diberlakukannya daluwarsa untuk perbuatan pidana umum
dan perbuatan pidana khusus dimana daluwarsa penuntutannya diatur dalam butir ke 1
– 3. Tenggang Daluwarsa (TD) mulai berlaku pada hari sesudah perbuatan fisiknya
dilakukan. TD+1 hari.
 Tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa ARIS SUGIANTO dan AZIZ
PRAKOSO dilakukan pada hari Selasa tanggal 2 April 2019. Penghitungan TD
nya akan mulai 1 hari setelahnya yaitu tanggal 3 April 2019. Berarti masa
tenggang daluwarsanya sampai dengan 12 tahun kemudian yaitu 3 April 2031.
Terdakwa ARIS SUGIANTO dan AZIZ PRAKOSO sudah tidak bisa dituntut
pada tanggal 4 April 2031.
5. Penyelesaian di luar sidang (Pasal 82 KUHP)
Dalam Pasal ini mengatur apabila tindak pidananya adalah pelanggaran yang dapat
melakukan penyelesaian di luar persidangan dan hanya diancam pidana denda.
 Dalam kasus ini, tindak pidana yang dilakukan oleh ARIS SUGIANTO dan
AZIZ PRAKOSO termasuk dalam delik kejahatan dan diancam dengan pidana
penjara mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana sementara selama-
lamanya dua puluh tahun. Sehingga tidak dapat diberlakukan penyelesaian di
luar sidang.

IX. HAPUSNYA KEWENANGAN MENJALANKAN PIDANA

Alasan hapusnya hak menuntut pidana yang diatur ketentuannya dalam KUHP adalah:

1. Matinya terpidana (Pasal 83 KUHP)


Dalam kasus ini, setelah adanya putusan dari hakim terdakwa masih dalam kondisi
hidup, sehingga terdakwa harus menjalankan hukuman pidana yang telah
dijatuhkan kepadanya. Namun apabila terdakwa meninggal setelah adanya putusan
hakim yang berkekuatan hukum tetap atas hukuman yang diterima, maka kewenangan
menjalankan pidana terdakwa terhapus.
2. Daluwarsa menjalankan pidana (Pasal 84-85 KUHP)
Pasal 84 KUHP
Dalam kasus ini, terdakwa tidak melarikan diri setelah ada putusan hakim yang
berkekuatan hukum tetap sehingga daluwarsa penuntutan nya tidak ditambah
sepertiga. Namun apabila terdakwa melarikan diri setelah ada putusan hakim yang
berkekuatan hukum tetap maka daluwarsa menjalankan pidana terdakwa adalah 12
tahun (daluwarsa penuntutan) ditambah sepertiga menjadi 16 tahun.
Pasal 85 KUHP13
(1) Tenggang daluwarsa mulai berlaku pada esok harinya setelah putusan hakim
dapat dijalankan.
 Apabila diumpakan putusan hakim untuk terdakwa ARIS SUGIANTO
dan AZIZ PRAKOSO jatuh pada tanggal 12 Mei 2019, maka mulai
berlakunya daluwarsa menjalankan pidana jatuh pada tanggal 13 Mei
2019.
(2) Jika seorang terpidana melarikan diri selama menjalani pidana, maka pada
esok harinya setelah melarikan diri, mulai berlaku tenggang daluwarsa baru.
Jika suatu pelepasan bersyarat dicabut, maka pada esok harinya setelah
pencabutan, mulai berlaku tenggang daluwarsa baru.

13
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Buku Pertama Peraturan Umum BAB
VIII Tentang Gugurnya Hak Menuntut Hukuman dan Gugurnya Hukuman, Pasal 85.
 Apabila putusan hakim untuk terdakwa ARIS SUGIANTO dan AZIZ
PRAKOSO jatuh pada tanggal 12 Mei 2019 dan mereka menjalankan
pidananya. Pada tanggal 13 Mei 2019 mereka melarikan diri dari penjara,
maka daluwarsa menjalankan pidana menjadi tanggal 14 Mei 2019.
(3) Tenggang daluwarsa tertunda selama perjalanan pidana ditunda menurut
perintah dalam suatu peraturan umum, dan juga selama terpidana dirampas
kemerdekaan nya, meskipun perampasan kemerdekaan itu berhubungan
dengan pemidanaan lain.
 Apabila ada suatu perintah dalam peraturan umum yang menghendaki
tertundanya tenggang daluwarsa menjalankan pidana bagi terdakwa ARIS
SUGIANTO dan AZIZ PRAKOSO, maka daluwarsa pun tertunda.

Pelaku Mutilasi Punya Hubungan Asmara dengan Guru di Kediri

CNN Indonesia | Senin, 15/04/2019 17:40 WIB


Surabaya, CNN Indonesia -- Dua pelaku pembunuhan disertai mutilasi terhadap Budi
Hartanto (28) guru honorer asal Kediri, Jatim, Aris Sugianto (34) dan Azis Prakoso (22)
mengaku menyesali perbuatan kejinya.

Salah satu pelaku, Aris yang diketahui sebagai teman dekat korban, sampai terisak dan
menitikkan air matanya saat membuat pengakuan.

"Saya ingin menyampaikan kepada keluarga korban, saya meminta maaf yang sebesar-
besarnya. Saya gak ada rasa tega, saya spontan saja," kata Aris, sembari terisak, di hadapan
awak media, Senin, (15/4).

Aris juga sempat mendoakan agar almarhum Budi diampuni segala dosanya, hingga
mendapatkan tempat yang terbaik di sana. 

"Di sini hanya bisa menyesal dan menangis semoga arwah diampuni dosa-dosanya serta
ditempatkan dengan orang-orang yang beriman, amin," ujar dia. 

Tak hanya Aris, pelaku lain, yakni Azis juga mengaku menyesali perbuatannya. Ia menyebut,
dirinya di bawah pengaruh emosi saat melakukan pembunuhan terhadap korban. 

"Saya sungguh-sungguh sangat menyesal. Saya minta maaf sebesar-besarnya. Saya emosi,"
kata Azis. 

Azis mengaku sebenarnya tak kenal dengan korban. Ia hanya membantu Aris.

Wakil Kapolda Jawa Timur Brigjen Pol Toni Harmanto mengungkap motif pembunuhan
yang dilakukan pada sebuah warung kopi, di Jalan Surya Kabupaten Kediri, itu perselisihan
hubungan asmara antara pelaku Aris dengan korban. 

Toni mengatakan bahwa korban dan tersangka Aris sudah beberapa kali melakukan
hubungan badan suka sama suka. Ia menyebut hubungan itu dilakukan sebanyak empat kali.
"Hubungan asmara sebanyak tiga kali. Ini kali keempat (terus terjadi pembunuhan)," ujar
Toni, ditemui di lokasi yang sama. 

Kendati didasari dengan suka sama suka, Dirreskrimum Polda Jatim Kombes Pol Gupuh
Prasetyo, mengatakan Aris juga kerap kali memberikan sejumlah uang senilai Rp100 ribu.

"Kali berhubungan ia mengatakan sayang kepada korban sehingga ia meminta apa yang
diminta korban. Suka sama suka setiap ada korban meminta dikasih," kata Gupuh. 

Uang itu disebut Gupuh biasanya diberikan Aris kepada Budi seusai mereka berhubungan
badan. Namun di kali ke-4 ini Aris tak memberikan uang tersebut kepada korban. 

Budi yang mendapati dirinya tak mendapat uang tunai dari Aris, lantas emosi dan memaki
pelaku. Di tengah perselisihan, tersangka lain, yakni Azis, mengetahui hal itu, kemudian
berusaha menengahi.

Pertikaian pun terjadi, Budi yang tak terima kemudian menampar dan berusaha menyabet
pelaku dengan parang, namun Azis berhasil menangkisnya dan justru membalas serangan
tersebut.

Azis yang berhasil merebut parang tersebut lantas menyabetkan beberapa kali bacokan ke
tubuh Korban. Budi kemudian tersungkur hingga kehilangan nyawanya. 

"Azis menyabetkan (parang) ke lengan kiri, korban teriak dianiaya sampe tertelungkup dan di
situ dilakukan pembacokan berkali kali oleh saudara Azis dibantu Oleh Aris," kata Gupuh. 

Setelah itu, kata Gupuh, Aris bersama Azis kemudian memasukkan jasad korban yang sudah
tak bernyawa ke koper. Namun, ternyata koper tersebut tak cukup, maka kemudian
dipotonglah kepala Budi. 

"Pada saat (korban) sudah meninggal dunia itu, mau dimasukkan ke koper namun tidak
cukup. Dikeluarkan lagi, lalu Aris mendorong di potong saja kepalanya," ujar Gupuh.

Tubuh korban yang berada di dalam koper itu pun lantas dibuang di bawah jembatan Karang
Gondang, Blitar. Sementara kepala Budi yang terbungkus kantong kresek, dibuang di
bantaran sungai Ploso Kerep, Kediri. 

Dari tangan tersangka polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti seperti golok, pisau
besar, koper, telepon gengam, hingga sepeda motor.

Atas perbuatannya, kedua tersangka kini terjerat pasal 340 KUHP sub pasal 338 KUHP dan
365 ayat (3) KUHP. Ancaman hukuman pidana penjara seumur hidup. (frd/wis)
Sumber lain :
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190415170527-12-386572/pelaku-mutilasi-punya-
hubungan-asmara-dengan-guru-di-kediri
http://www.tribunnews.com/regional/2019/04/15/11-fakta-terbaru-pelaku-mutilasi-guru-
honorer-kediri-korban-tewas-dibekap-pelaku-sayang-korban?page=4
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4507457/mayat-dalam-koper-polisi-pembunuhan-
di-kediri-blitar-tempat-pembuangan
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4506705/kriminolog-perkirakan-kepala-korban-
mayat-dalam-koper-disembunyikan
http://suryamalang.tribunnews.com/2019/04/24/5-fakta-rekonstruksi-kasus-pembunuhan-
mutilasi-guru-honorer-budi-hartanto-ada-bocah-sd-nangis?page=3

Anda mungkin juga menyukai