Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH TINDAK

PIDANA UMUM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

NOVA PERMATASARI

NURUL HASANAH

DANU ABDUL RAHMAN HADI

RIYAN DEFRI NURFALAQ

DONI ARIF

BELLIN A. PRAKATAMA

UNIVERSITASTERBUKA
UPBJJ BANDAR LAMPUNG
1
DAFTAR ISI

2
Halaman
1. Cover............................................................................................................................................................................ 1

2. Daftar Isi...................................................................................................................................................................... 2

3. Pendahuluan Tentang pengertian Pembunuhan........................................................................................ 3

4. Tujuan Penulisan Tindak pidana Kejahatan terhadap Nyawa (Pembunuhan)..............................4

5. Kegunaan Tulisan Tindak pidana Kejahatan terhadap Nyawa (Pembunuhan).............................5

6. Macam, Jenis dan Unsur yang terdapat dalam KUHP (Pembunuhan)...............................................6

7. Sanksi terhadap Tindak pidana Kejahatan terhadap Nyawa (Pembunuhan).................................7

8. Pembahasan Tindak pidana Kejahatan terhadap Nyawa (Pembunuhan) yang berkaitan dengan
Pembunuhan biasa dan Pembunuhan Berencana...................................................................................... 8

9. Dampak Yang Terjadi Dari Tindak Pidana Kejahatan Terhadap Nyawa (Pembunuhan)...........9

10. Faktor - Faktor Yang Dapat Menimbulkan Tindak Pidana Kejahatan Terhadap Nyawa
(Pembunuhan)......................................................................................................................................................... 13

11. Analisa Kasus............................................................................................................................................................ 14

12. Analisis Yuridis Kasus........................................................................................................................................... 15

13. Kesimpulan Kasus................................................................................................................................................... 16

14. Kesimpulan................................................................................................................................................................ 17

15. Daftar Pustaka.......................................................................................................................................................... 18

PENDAHULUAN TENTANG
PENGERTIAN PEMBUNUHAN

Pengertian pembunuhan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dan beberapa
orang yang mengakibatkan seseorang dan beberapa orang meninggal dunia. Tindak pidana
pembunuhan, didalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) pembunuhan termasuk
kedalam kejahatan terhadap nyawa.Kejahatan terhadap nyawa (misdrijven tegen het leven)
adalah berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain.Pembunuhan sendiri berasal dari kata
bunuh yang berarti mematikan, menghilangkan nyawa. Membunuh artinya membuat supaya
mati. Pembunuh artinya orang atau alat yang membunuh dan pembunuhan berarti perkara
membunuh, perbuatan atau hal membunuh. Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai
pembunuhan adalah perbuatan oleh siapa saja yang dengan sengaja merampas nyawa orang
lain. Serta Pembunuhan juga merupakan tindakan untuk menghilangkan nyawa seseorang
dengan cara yang melanggar hukum, maupun yang tidak melawan hukum. Pembunuhan
biasanya dilatarbelakangi oleh bermacam-macam motif misalnya Politik, Asrama, Dendam,
Hutang Piutang, membela diri dan sebagainya. Pembunuhan dapat dilakukan dengan berbagai
Cara. Pembunuhan didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari kata bunuh,
yang artinya mematikan dengan sengaja. Dalam hukum pidana, pembunuhan disebut dengan
kejahatan terhadap jiwa seseorang yang diatur dalam BAB XIX Buku II Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP). Bentuk pokok dari kejahatan ini adalah pembunuhan (doodslage),
yaitu menghilangkan jiwa seseorang.Hukum di Indonesia menyatakan bahwa pembunuhan
merupakan termasuk tindak pidana yang cukup berat dan dapat di hukum dari hukuman
penjara sampai dengan hukuman mati. Hal itu sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP) (1958) yang diatur dalam pasal 338 KUHPidana yang berbunyi, “
Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan,
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun” (Moeljatno, 2009a: 122-123).

TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui Tindak Pidana kejahatan terhadap nyawa
(Pembunuhan) :

a) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tindak pidana Kejahatan Terhadap Nyawa
(Pembunuhan).
b) Untuk mengetahui unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam tindak pidana Kejahatan
Terhadap Nyawa (Pembunuhan) dan pasal-pasal apa saja yang berkaitan dengan Kejahatan
Terhadap Nyawa (pembunuhan).

c) Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pemicu tindak pidana Kejahatan
Terhadap Nyawa (Pembunuhan).

d) Untuk mengetahui ancaman atau hukuman bagi para pelaku yang melakukan tindak pidana
yang berkaitan dengan Kejahatan Terhadap Nyawa (Pembunuhan).

e) Untuk mengetahui dampak apa saja yang bisa ditimbulkan di masyarakat dari terjadinya
tindak pidana Kejahatan Terhadap Nyawa (pembunuhan).

KEGUNAAN PENULISAN

a) Secara teoritis, hasil dari makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan juga

sebagai masukan bagi pengembangan ilmu dibidang hokum terutama mengenai dari

tindak pidana Kejahatan Terhadap Nyawa pembunuhan di lingkungan masyarakat.

b) Secara praktis hasil dari makalah ini dapat diharapkan memberikan sumbangan

pemikiran dalam peningkatan wawasan dan pengetahuan bagi penulis mengenai dari

adanyan tindak pidana Pembunuhan tersebut.

MACAM DAN JENIS TINDAK PIDANA YANG BERKAITAN DENGAN KEJAHATAN TERHADAP
NYAWA (PEMBUNUHAN)

Dari pengertian tersebut pembunuhan merupakan tindak pidana yang terdiri dari
beberapa macam dan jenis yang terdapat didalam KUHP pembunuhan yang mana terdapat
beberapa pasal yang mengatur mengenai pembunuhan. Didalam KUHP yang berlaku di
Indonesia pada buku II bab XIX diatur mengenai tindak pidana pembunuhan, yang
ditepatkan oleh pembentuk Undang-undang mulai dari pasal 338 KUHP sampai dengan
pasal 350 KUHP.

Dan sebagai berikut :

1) Pembunuhan biasa (pasal 338), yang berbunyi : “barang siapa dengan sengaja
merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan penjara paling lama
lima belas tahun”.

2) Pembunuhan dengan pemberatan (pasal 339), yang berbunyi : “pembunuhan yang


diikuti, disertai atau didahului oleh suatu tindak pidana, yang dilakukan dengan
maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaanya, atau untuk
melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana bila tertangkap tangan,
ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan
hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama
waktu tertentu paling lama dua puluh tahun”.
3) Pembunuhan berencana (pasal 340), yang berbunyi : “Barang siapa dengan sengaja dan
dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan berencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun”.

4) Pembunuhan bayi oleh ibunya (pasal 341), yang berbunyi : “Seorang ibu yang karena
takut akan diketahui bahwa dia melahirkan anak dengan sengaja menghilangkan
nyawa anaknya pada saat anak itu dilahirkan atau tidak lama kemudian, diancam
karena membunuhan anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun”.

5) Pembunuhan bayi berencana (pasal 342), yang berbunyi : “Seorang ibu yang untuk
melaksanakan keputusan yang diambilnya karena takut akan diketahui bahwa dia akan
melahirkan anak, menghilangkan nyawa anaknya pada saat anak itu dilahirkan atau
tidak lama kemudian, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan
berencana, dengan pidana penjara paling lama Sembilan tahun”.

6) Pembunuhan atas permintaan yang bersangkutan (pasal 344), yang berbunyi : “Barang
siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan sungguh-sungguh dari orang itu
sendiri, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun”.

7) Membujuk /membantu agar orang bunuh diri (pasal 345), yang berbunyi : “Barang
siapa dengan sengaja membujuk orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam
perbuatan itu atau member sarana kepdanya untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun kalau orang itu jadi bunuh diri”.

8) Pengguguran kandungan atas izin ibunya (pasal 346), yang berbunyi : “Seorang wanita
yang dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh
orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.

9) Pengguguran kandungan dengan tanpa izin ibunya (pasal 347), yang berbunyi : (1)
Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuan wanita itu, diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun”. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan wanita itu meninggal, dia diancam
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun penjara.

10) Matinya kandungan dengan izin perempuan yang mengandung (pasal 348), yang
berbunyi : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuan wanita itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun enam bulan. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan wanita itu
meninggal, dia diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

11) Dokter/Bidan/tukang obat yang membantu pengguguran/matinya kandungan (pasal


349), yang berbunyi : “Jika seorang dokter, bidan, atau juru obat membantu melakukan
kejahatan tersebut dalam pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan
salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal-pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut
haknya untuk menjalankan pekerjaannya dalam mana kejahatan itu dilakukan”.

SANKSI TERHADAP TINDAK PIDANA KEJAHATAN TERHADAP NYAWA (PEMBUNUHAN)

Dalam KUHP, ketentuan-ketentuan pidana tentang kejahatan yang ditujukan terhadap


nyawa orang lain diatur dalam buku II bab XIX, yang terdiri dari 13 pasal, yakni pasal 338
sampai dengan pasal 350. Kejahatan terhadap nyawa orang lain terbagi atas beberapa jenis,
yaitu:
a). Pembunuhan Biasa Tindak pidana yang diatur dalam pasal 338 KUHP merupakan
tindak pidana dalam bentuk yang pokok, yaitu delik yang telah dirumuskan secara
lengkap dengan semua unsur-unsurnya. Adapun rumusan dalam pasal 338 KUHP
adalah sebagai berikut: “Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, karena
pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”. Yang dapat
digolongkan dengan pembunuhan ini misalnya : seorang suami yang datang mendadak
dirumahnya, kemudian membunuh istrinya dan orang yang melakukan zina dengan
istrinya tersebut. Sedangkan pasal 340 KUHP menyatakan 15 KUHP, (Wipres, 2008),
506 sebagai berikut : “Barangsiapa sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu
merampas nyawa orang lain diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord),
dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu,
paling lama dua puluh tahun”.

b). Pembunuhan Dengan Pemberatan Hal ini diatur dalam pasal 339 KUHP yang bunyinya
sebagai berikut : “Pembunuhan yang diikuti, disertai, atau didahului oleh kejahatan dan
yang dilakukan dengan maksud untuk memudahkan perbuatan itu, jika tertangkap
tangan, untuk melepaskan diri sendiri atau pesertanya daripada hukuman, atau supaya
barang yang didapatkannya dengan melawan hukum tetap ada dalam tangannya,
dihukum dengan hukuman penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-
lamanya dua puluh tahun.17 Perbedaan dengan pembunuhan pasal 338 KUHP ialah:
“diikuti, disertai, atau didahului oleh kejahatan”. Kata “diikuti” dimaksudkan diikuti
kejahatan lain. Pembunuhan itu dimaksudkan untuk mempersiapkan dilakukannya
kejahatan lain. Misalnya : A hendak membunuh B; tetapi karena B dikawal oleh P maka
A lebih dahulu menembak P, baru kemudia membunuh B. Kata “disertai” dimaksudkan,
disertai kejahatan lain; pembunuhan itu dimaksudkan untuk mempermudah
terlaksanakannya kejahatan lain itu. Misalnya : C hendak membongkar sebuah bank.
Karena bank tersebut ada 16KUHP, (Wipres, 2008), 507 17KUHP, (Wipres, 2008), 507
penjaganya, maka C lebih dahulu membunuh penjaganya. Kata “didahului”
dimaksudkan didahului kejahatan lainnya atau menjamin agar pelaku kejahatan tetap
dapat menguasai barang-barang yang diperoleh dari kejahatan. Misalnya: D melarikan
barang yang dirampok. Untuk menyelamatkan barang yang dirampok tersebut, maka D
menembak polisi yang mengejarnya.

c). Pembunuhan Berencana Hal ini diatur oleh pasal 340 KUHP yang bunyinya sebagai
berikut : “Barangsiapa dengan sengaja dan direncanaka lebih dahulu menghilangkan
nyawa orang, karena bersalah melakukan pembunuhan dengan rencana (moord),
dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu,
paling lama dua puluh tahun.19 Mengenai arti kesengajaan, tidak ada keterangan sama
sekali dalam KUHP. Lain halnya dengan KUHP swiss dimana dalam pasal 18 dengan
tegas ditentukan : Barangsiapa melakukan perbuatan dengan mengetahui dan
menghendakinya, maka dia melakukan perbuatan itu dengan sengaja. Dalam memorie
van toelicting swb (MvT) mendefinisikan bahwa pidana pada umumnya hendaklah
dijatuhkan hanya pada barangsiapa melakukan perbuatan yang dilarang, dengan
dikehendaki dan diketahui.20 18 Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Nyawa
dan Tubuh : Pemberantasan dan Prevensinya, Ed. I. cet ke-2 (Jakarta: Sinar Grafika,
2002), 30 19 KUHP, (Wipres, 2008) 507 20Moeljanto, Asas-asas Hukum Pidana,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), 171 Menurut Teori kehendak kesengajaan adalah
kehendak yang diarahkan pada terwujudnya perbuatan seperti yang dirumuskan
dalam wet (de op verwerkelijking der wettelijke omschrijving gerichte wil). Sedangkan
menurut pengertian lain, kesengajaan adalah kehendak untuk berbuat dengan
mengetahui unsur-unsur yang diperlukan menurut rumusan wet (de wil tot handelen
bj voorstelling van de tot de wettelijke omschrijving behoorende bestandelen).21 Yang
dimaksud dengan direncanakan lebih dahulu, adalah suatu saat untuk menimbang-
nimbang dengan tenang, untuk memikirkan dengan tenang. Selanjutnya juga bersalah
melakukan perbuatannya dengan hati tenang.

d). Pembunuhan Bayi Oleh Ibunya (kinder-doodslag) Hal ini diatur oleh pasal 341 KUHP
yang bunyinya sebagai berikut : “Seorang ibu yang karena takut akan diketahui ia
sudah melahirkan anak, pada ketika anak itu dilahirkan atau tiada beberapa lama
sesudah dilahirkan, dengan sengaja menghilangkan nyawa anak itu dipidana karena
bersalah melakukan pembunuhan anak, dengan pidana penjara selamalamanya tujuh
tahun.”23 Unsur pokok yang ada dalam pasal 341 tersebut adalah bahwa seorang ibu
dengan sengaja membunuh anak kandungnya sendiri pada saat anak itu dilahirkan
atau beberapa saat setelah anak itu dilahirkan. Sedangkan unsur 21Moeljanto, Asas-
asas Hukum Pidana, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), 172 22Chidir Ali,
ResponsiHukum Pidana: Penyertaan dan Gabungan Tindak Pidana, (Bandung: Armico,
1985) 74 23 KUHP, (Wipres, 2008), 507 yang tepenting dalam rumusan pasal tersebut
adalah bahwa perbuatannya si ibu harus didasarkan atas suatu alasan (motif), yaitu
didorong oleh perasaan takut akan diketahui atas kelahiran anaknya. Jadi pasal ini
hanya berlaku jika anak yang dibunuh oleh si ibu adalah anak kandungnya sendiri
bukan anak orang lain, dan juga pembunuhan tersebut haruslah pada saat anak itu
dilahirkan atau belum lama setelah dilahirkan. Apabila anak dibunuh itu telah lama
dilahirkan, maka pembunuhan tersebut tidak termasuk dalam kinderdoodslag
melainkan pembunuhan biasa pasal 338 KUHP.

e). Pembunuhan Bayi Oleh Ibunya Secara Berencana (kinder-moord) Hal ini diatur oleh
pasal 342 KUHP yang bunyinya sebagai berikut : “Seorang ibu yang untuk menjalankan
keputusan yang diambilnya karena takut diketahui orang bahwa ia tidak lama lagi akan
melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian dari pada itu
menghilangkan jiwa anaknya itu dihukum karena bersalah melakukan pembunuhan
anak berencana dengan hukuman penjara selama-lamanya Sembilan tahun.”24 Pasal
342 KUHP dengan pasal 341 KUHP bedanya adalah bahwa pasal 342 KUHP, telah
direncanakan lebih dahulu, artinya sebelum melahirkan bayi tersebut, telah dipikirkan
dan telah ditentukan cara-cara melakukan pembunuhan itu dan mempersiapkan alat-
alatnya. Tetapi pembunuhan bayi yang baru dilahirkan, tidak memerlukan peralatan
khusus sehingga 24KUHP, (Wipres, 2008), 507 sangat rumit untuk membedakannya
dengan pasal 341 KUHP khususnya dalam pembuktian karena keputusan yang
ditentukan hanya si ibu tersebut yang mengetahuinya dan baru dapat dibuktikan jika si
ibu tersebut yang mengetahuinya dan baru dapat dibuktikan jika si ibu tersebut telah
mempersiapkan alat-alatnya.

f). Pembunuhan Atas Permintaan Sendiri Hal ini diatur oleh pasal 344 KUHP yang
bunyinya sebagai berikut : “Barangsiapa menghilangkan jiwa orang lain atas
permintaan orang lain itu sendiri, yang disebutkan dengan nyata dan sungguh-
sungguh, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun penjara.”25 Pasal 344 ini
membicarakan mengenai pembunuhan atas permintaan dari yang bersangkutan. Unsur
khususnya, yaitu permintaan yang tegas dan sungguh/nyata, artinya jika orang yang
minta dibunuh itu permintaannya tidak secara tegas dan nyata, tapi hanya atas
persetujuan saja, maka dalam hal ini tidak ada pelanggaran atas pasal 344, karena
belum memenuhi perumusan dari pasal 344, akan tetapi memenuhi perumusan pasal
338 (pembunuhan biasa). Contoh dari pelaksanaan pasal 344 KUHP adalah jika dalam
sebuah pendakian (ekspedisi), dimana kalau salah seorang anggotanya menderita sakit
parah sehingga ia tidak ada harapan untuk meneruskan pendakian mecapai puncak
gunung, sedangkan ia tidak suka membebani kawan-kawannya 25 KUHP, (Wipres,
2008), 507 dalam mecapai tujuan maka dalam hal ini mungkin ia minta dibunuh saja.

g). Penganjuran Agar Bunuh Diri Hal ini diatur oleh pasal 345 KUHP yang bunyinya
sebagai berikut: “ Barangsiapa dengan sengaja membujuk orang supaya bunuh diri,
atau menolongnya dalam perbuatan ini, atau member ikhtiar kepadanya untuk itu,
dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun , kalau jadi orangnya
bunuh diri.”26 Yang dilarang dalam pasal tersebut adalah dengan sengaja
menganjurkan atau daya upaya kepada orang lain, untuk bunuh diri dan kalau bunuh
diri itu benar terjadi. Jadi seseorang dapat terlibat dalam persoalan itu dan kemudian
dihukum karena kesalahannya, apabila orang lain menggerakan atau membantu atau
member daya upaya untuk bunuh diri dan baru dapat dipidana kalau nyatanya orang
yang digerakkan dan lain sebagainya itu membunuh diri dan mati karenanya.
PEMBAHASAN TINDAK PIDANA KEJAHATAN TERHADAP NYAWA (PEMBUNUHAN) YANG
BERKAITAN DENGAN PEMBUNUHAN BIASA DAN PEMBUNUHAN BERENCANA

1). Pembunuhan Biasa atau pembunuhan : diatur dalam Tindak pidana Kejahatan terhadap Nyawa
sesuai dengan Pasal 338 KUHP yang merupakan tindak pidana dalam bentuk yang pokok, yaitu
delik yang telah dirumuskan secara lengkap dengan semua unsur-unsurnya. Adapun rumusan
dalam pasal 338 KUHP adalah sebagai berikut : “ Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang
lain, karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun ”. Yang dapat
digolongkan dengan pembunuhan ini misalnya : seorang suami yang datang mendadak
dirumahnya, kemudian membunuh istrinya dan orang yang melakukan zina dengan istrinya
tersebut. Sedangkan untuk Pasal 340 KUHP menyatakan sebagai berikut : “ Barangsiapa
dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu untuk merampas nyawa orang lain
diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.

Rumusan yang terdapat didalam unsur-unsur Pasal 338 terdiri dari :

a. Unsur objektif
1. Perbuatan : menghilangkan nyawa
2. Objeknya : nyawa orang lain

b. Unsur subjektif : dengan sengaja Dalam perbutan menghilangkan nyawa orang lain terdapat 3
syarat yang harus dipenuhi yaitu :
1. Adanya wujud perbuatan
2. Adanya suatu kematian orang lain
3. Adanya hubungan sebab dan akibat (casual verband) antara perbuatan dan akibat
kematian orang lain.

Antara unsur subjektif sengaja dengan wujud perbuatan menghilangkan terdapat syarat yang
juga harus dibuktikan, ialah pelaksanaan perbuatan menghilangkan nyawa orang lain harus
tidak lama setelah timbulnya kehendak atau niat untuk menghilangkan nyawa orang lain itu.
Oleh karena apabila terdapat tenggang waktu yang cukup lama sejak timbulnya atau
terbentuknya kehendak untuk membunuh dengan pelaksanaannya, dimana dalam tenggang
waktu yang cukup lama itu petindak dapat memikirkan tentang berbagai hal tersebut.

2). Pembunuhan dengan rencana lebih dulu atau disingkat dengan pembunuhan berencana adalah
pembunuhan yang paling berat ancaman pidananya di seluruh bentuk kejahatan terhadap jiwa
manusia, diatur dalam Pasal 340 KUHP yang rumusannya adalah : “Barang siapa dengan sengaja
rencana terlebih dahulu mengambil nyawa orang lain, dipidana karena pembunuhan dengan
rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu,
paling lama 20 tahun”.

Rumusan yang terdapat didalam unsur-unsur Pasal 340 terdiri dari :

a. Unsur subjektif :
1. Dengan sengaja
2. Dan dengan rencana terlebih dahulu

b. Unsur objektif :
1. Perbuatan : menghilangkan nyawa
2. Objektif : nyawa orang lain

Pembunuhan berencana terdiri dari pembunuhan dalam Pasal 338 KUHP yang ditambah
adanya unsur dengan rencana terlebih dahulu. Lebih berat ancaman pidana pada pembunuhan
berencana, jika dibandingkan dengan pembunuhan dalam Pasal 338 maupun Pasal 339,
diletakkan pada adanya unsur dengan rencana terlebih dahulu. Pasal 340 dirumuskan dengan
cara mengulang kembali seluruh unsur dalam Pasal 338, kemudian ditambah dengan suatu
unsur lagi yakni “ dengan rencana terlebih dahulu ” oleh karena dalam Pasal 338, maka
pembunuhan berencana dapat dianggap sebagai pembunuhan yang berdiri sendiri (een
zelfstanding misdrijf) lepas dan lain dengan pembunuhan biasa dalam bentuk pokok Pasal 338
KUHP.
Berdasarkan apa yang diterangkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa meneruskan
Pasal 340 dengan cara demikian, pembentuk UU sengaja melakukan dengan maksud sebagai
kejahatan yang berdiri sendiri. Oleh karena di dalam pembunuhan berencana mengandung
pembunuhan biasa, maka mengenai unsur- unsur pembunuhan berencana yang menyangkut
pembunuhan biasa dirasa tidak perlu dibicarakan lagi, karena telah cukup dibicarakan di muka.
Mengenai unsur dengan rencana terlebih dahulu, pada dasarnya mengandung
3 syarat yaitu :
a. Memutuskan kehendak dalam suasana tenang
b. Ada tersedia waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai dengan pelaksanaan
kehendak
c. Pelaksanaan kehendak (perbuatan) dalam suasana tenang.

DAMPAK YANG TERJADI DARI TINDAK PIDANA KEJAHATAN TERHADAP NYAWA


(PEMBUNUHAN)

1. Melanggar Norma hukum dan Norma Sosial yang berada di masyarakat.


2. Kejahatan terhadap Nyawa (Pembunuhan) Merupakan Dosa Besar yang dilakukan dalam
keagamaan.
3. Menimbulkan keresahan di masyarakat sekitar.
4. Hilang nya stabilitas Keamanan di lingkungan masyarakat sekitar
5. Dapat menimbulkan Dampak dalam Hal Ekonomi di masyarakat.

FAKTOR - FAKTOR YANG DAPAT MENIMBULKAN TINDAK PIDANA KEJAHATAN TERHADAP


NYAWA (PEMBUNUHAN)

Adapun beberapa faktor yang termasuk dalam faktor tidak langsung yaitu antara lain :

1. Faktor kemampuan ekonomi


Faktor kemampuan ekonomi di dalam keluarga termasuk salah satu faktor yang
menyebabkan seseorang dengan mudahnya terlibat tindak kejahatan yang bahkan tergolong
berat. Sebab seseorang yg tumbuh dalam keluarga yang serba kekurangan seringkali akan
mendapatkan perlakuan yang kurang mengenakkan dari orang disekeliling mereka.
2. Rendahnya tingkat pendidikan
Rendahya tingkat pendidikan juga termasuk salah satu faktor yang menyebabkan
seseorang dengan mudah dapat melakukan pembunuhan berencana. Tingkat pendidikan
sangat potensial membentuk pribadi seseorang untuk hidup secara lebih bertanggung jawab.
Bila usaha pendidikan dalam keluarga gagal, maka orang tersebut cenderung akan
melakukan kenakalan, yang dapat terjadi di lingkungan keluarga maupun dilingkungan
masyarakat tempat bergaul.

3. Faktor lingkungan masyarakat sekitar


Kenakalan seseorang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Reaksi masyarakat dalam menanggulangi kejahatan dan kenakalan acap kali menimbulkan
masalah baru. Seperti tindakan masyarakat yang tidak terkendali merupakan pertanda
bahwa nilai-nilai yang ada dimasyarakat sudah mengendor, misalnya main hakim sendiri.

4. Perkembangan teknologi yang sangat pesat


Perkembangan teknologi dianggap juga memiliki pengaruh terhadap perkembangan
seseorang sebab perkembangan teknologi yang sangat pesat dan tidak terbatas merupakan
hal yang sangat digemari dan bahkan dipuja oleh banyak orang. Perkembangan teknologi
sebenarnya seperti dua sisi mata uang, disatu sisi perkembangan teknologi sangat
bermanfaat dan memiliki dampak positif dalam perkembangan ilmu pengetahuan, akan
tetapi disisi lain perkembangan teknologi yang sangat pesat dan tidak dibarengi dengan
pengawasan akan memberi dampak negatif bagi perkembangan psikologis seseorang.

Adapun faktor-faktor penyebab secara langsung terjadinya kejahatan ini adalah sebagai
berikut :

1. Dendam Seseorang dapat melakukan perencanaan pembunuhan dengan sangat matang dan
tergolong sadis, oleh karena si pelaku memiliki dendam terhadap si korban atau keluarga
korban dan akhirnya melampiaskan dan merencanakan pembunuhan tersebut.

2. Pengaruh Alkohol (Mabuk) Faktor yang menjadi penyebab terjadinya pembunuhan


berencana yang dilakukan oleh seseorang yang lain adalah dilatar belakangi oleh pengaruh
alkohol atau mabuk. Seseorang yang dibawah pengaruh alkohol atau mabuk sangat mudah
merasa tersinggung, marah dan sakit hati

Belum selesai

STUDI KASUS

Telah terjadi Tindak pidana Penganiayaan pada hari sabtu tanggal 29 Januari 2022 Sekira jam 19.00
Wib di Depan Lembaga Pemasyarakatan Martapura Kec. Martapura Kab. OKU Timur Propinsi
Sumatera Selatan, pada saat itu sdri DANTI INDRI SAPUTRI Binti DIDI SAPUTRA baru pulang dari
rumah orang tuanya di Desa Tanjung Aman Kec. Martapura Kab. OKU Timur kemudian sdri DANTI
INDRI SAPUTRI Binti DIDI SAPUTRA pergi menggunakan motor untuk pulang kerumah di Jalan
Pertanian RT.004 RW.005 Desa Kotabaru Kab. OKU Timur namun sebelum sdri DANTI INDRI SAPUTRI
Binti DIDI SAPUTRA pulang kerumah, sdri DANTI INDRI SAPUTRI Binti DIDI SAPUTRA berencana
ingin membeli Nugget Jalan Cidawang Kec. Martapura Kab. OKU Timur selanjutnya pada saat Korban
melewati Tugu Tani sdri DANTI INDRI SAPUTRI Binti DIDI SAPUTRAdi klaskon oleh pelaku yakni Sdri
INDHA DAYANTI kemudian pada saat sdri DANTI INDRI SAPUTRI Binti DIDI SAPUTRA melihat pelaku,
Kemudian sdri DANTI INDRI SAPUTRI Binti DIDI SAPUTRA langsung menanyakan arisan nya yang
menunggak dengan berkata sambil beriringan motor “CE, CAK MANO CERITO DUIT ARISAN ITU”
kemudian pelaku menjawab “DUIT MAMA AKU BAE ADO DI KAU” kemudian sdri DANTI INDRI
SAPUTRI Binti DIDI SAPUTRA menjawab “DUIT YANG MANO, YANG MASALAH DENGAN MAMA KAMU
KEMAREN BELUM ADO PENYELESAIAN NYO SAMPE HARI INI” karena pelaku merasa kesal pada saat
sdri DANTI INDRI SAPUTRI Binti DIDI SAPUTRA menanyakan hal tsb, pada saat sdri DANTI INDRI
SAPUTRI Binti DIDI SAPUTRA dan pelaku berhenti di Depan Lembaga Pemasyarakatan Martapura Kec.
Martapura Kab. OKU Timur Propinsi Sumatera Selatan karena ada Kereta Api lewat Pelaku langsung
turun dari motor dan langsung mencekik sdri DANTI INDRI SAPUTRI Binti DIDI SAPUTRA
menggunakan kedua tangan pelaku sambil berkata “MATI KAU” setelah mencekik pelaku langsung
membuka helm nya dan langsung memukulkan nya di bibir sdri DANTI INDRI SAPUTRI Binti DIDI
SAPUTRA kemudian dikarenakan sdri DANTI INDRI SAPUTRI Binti DIDI SAPUTRA dipukul
menggunakan helm oleh pelaku, sdri DANTI INDRI SAPUTRI Binti DIDI SAPUTRA langsung terjatuh
dari atas motor selanjutnya sdri DANTI INDRI SAPUTRI Binti DIDI SAPUTRA di bantu oleh warga
untuk berdiri dan sempat membalas pelaku dengan cara menarik rambut pelaku dan pelaku juga
menarik rambut sdri DANTI INDRI SAPUTRI Binti DIDI SAPUTRA selanjutnya pada saat sdri DANTI
INDRI SAPUTRI Binti DIDI SAPUTRA dan pelaku saling tarik menarik rambut dan di lerai oleh
masyarakat yang berada dilokasi selanjutnya pada saat sdri DANTI INDRI SAPUTRI Binti DIDI
SAPUTRA dan pelaku di lerai sdri DANTI INDRI SAPUTRI Binti DIDI SAPUTRA sempat melemparkan
helm sdri DANTI INDRI SAPUTRI Binti DIDI SAPUTRA namun tidak mengenai pelaku dan juga pelaku
melemparkan helmnya namun tidak mengenai sdri DANTI INDRI SAPUTRI Binti DIDI SAPUTRA
selanjutnya dikarenakan situasi di lokasi sudah ramai, pelaku langsung mengambil helm yang telah di
lemparkan nya tadi kemudian pelaku pergi meningglkan lokasi kejadian atas kejadian tsb selanjutnya
sdri DANTI INDRI SAPUTRI Binti DIDI SAPUTRA melaporkan peristiwa tersebut ke Polres OKU Timur
guna proses lebih lanjut

1) Analisa Yuridis :

- Pasal 351 Ayat (1): “diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan

atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.“.

- Bahwa Benar tersangka INDHA DHAYANTHI Als CECE Binti ANDI melakukanTindak

pidana Penganiayaan pada hari sabtu tanggal 29 Januari 2022 Sekira jam 19.00 Wib
di Depan Lembaga Pemasyarakatan Martapura Kec. Martapura Kab. OKU Timur

Propinsi Sumatera Selatan, pada saat itu sdri DANTI INDRI SAPUTRI Binti DIDI

SAPUTRA baru pulang dari rumah orang tuanya di Desa Tanjung Aman Kec.

Martapura Kab. OKU Timur kemudian sdri DANTI INDRI SAPUTRI Binti DIDI

SAPUTRA.

BerdasarkanpembahasandiatasPenyidik/ PenyidikPembantuBerkesimpulanbahwa:

 Benar Telah terjadi Tindak Pidana “Penganiayaan” yang dilakukan oleh pelaku INDHA

DHAYANTHI Als CECE Binti ANDI Umur 29 tahun, Lahir di OKU, tanggal 09Maret1993, jenis

kelamin Perempuan, agama islam, Suku China, Status Menikah, Kewarganegaraan

Indonesia, Pekerjaan Honorer, Pendidikan terakhir SMK ( Tamat ), Alamat tempat tinggal

Kel. Paku SengkunyitKec. MartapuraKab. OKU Timur.

 Tersangka melakukan Tindak Pidana “Penganiayaan”Terhadap DANTI INDRI SAPUTRI Als

DANTI Binti DIDI SAPUTRA tersebut pada hari sabtu tanggal 29 Januari 2022 sekira jam

19.00 Wib di Depan Lembaga Pemasyarakatan Martapura Kelurahan Pasar Martapura Kec.

Martapura Kab. OKU Timur

 Tindak Penganiayaan yang dilakukan sdri INDHA DHAYANTHI Als CECE Binti ANDI

terhadap sdri DANTI INDRI SAPUTRI Als DANTI Binti DIDI SAPUTRA yakni tersangka

melakukan penganiayaan terhadap Korban dengan cara tersangka memukul pada bagian

bibir Korban dengan menggunakan Helm Pelaku

 Tidak ada hubungan apapun antara tersangka INDHA DHAYANTHI Als CECE Binti ANDI dan

Korban DANTI INDRI SAPUTRI Als DANTI Binti DIDI SAPUTRA

 Kesimpulan Hasil Visum yang dikeluarkan RSUD Martapura dengan nomor surat Visum Et

Repertum No. : 353 / 368 / RSUD.MPA / 2022 tanggal 10 Februari 2022 didapati hasil

yakni terdapat luka robek pada bibir bawah, luka lecet dileher kiri diduga akibat trauma

benda tumpul, cedera terhadap sdri DANTI INDRI SAPUTRI Als DANTI Binti DIDI SAPUTRA

namun luka tersebut tidak menyebabkan halangan dalam menjalankanpekerjaan.

Berdasarkan Terhadap tersangka INDHA DHAYANTHI Als CECE Binti ANDI dapat disangkakan
telah melawan hukum melakukan tindak pidana Penganiayaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 351 KUHPidanaTentang Penganiayaan.
KESIMPULAN
Adapun yang menjadi kesimpulan ini adalah : Analisis kriminologi terhadap tindak pidana
penganiayaan pada Pasal 351 KUHP yakni Jika dilihat dari fakta dan kenyataan akibat dari perbuatan
yang dilakukan pelaku ada dampak dan akibat negatif yang ditimbulkannya. Hasil pemeriksaan luar
ditemukan adanya kekerasan bendatumpul yang menyebabkan perasaan tidak enak ( penderitaan),
pelaku harus dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana ”Penganiayaan”. Hukuman yang diberikan
bukan sebagai pembalasan melainkan efek jera bagi pelaku untuk tidak mengulangi perbuatannya
dikemudian hari. Terkait dengan penganiayaan biasa dapat dijerat dengan Pasal 351 KUHP dengan
hukuman paling lama 2 ( dua ) tahun 8 ( delapan ) bulan. Berdasarkan teori microtheoritie diakaitkan
dengan kasus yang ada maka alasan adanya kejahatan tersebut karena setiap pelaku yang melakukan
kejahatan biasanya tidak dapat menahan emosi yang dapat membuat pelaku jadi khilaf dan tidak
memikirkan apakah korban masih punya hubungan darah, kerabat dekat maupun teman. Sehingga
ketika ada sesuatu yang tidak disukai dalam diri korban, maka hal tersebut akan memicu adanya
tindak pidana berupa penganiayaan.
Di dalam KUHP telah mengklasifikasikan beberapa pasal yang berkaitan dengan penganiayaan dan
juga jenis ataupun bentuk penganiayaan yang tentu memiliki konsekuensi pemidanaan yang berbeda.
Delik penganiayaan merupakan suatu bentuk perbuatan yang dapat merugikan orang lain terhadap
fisik bahkan dapat berimbas pada hilangnya nyawa orang lain. Tidak hanya itu, terdapatnya aturan
pidana dari penganiyaan yang dapat menyebabkan luka berat ataupun menyebabkan hilangnya nyawa
orang lain jelas harus dipandang sebagai suatu perbuatan yang sangat merugikan korbannya selaku
subjek hukum yang patut untuk mendapatkan keadilan. Ketentuan pidana terhadap tindak pidana
atau delik penganiayaan sendiri telah termuat dalam KUHP yakni pada Pasal 351 s/d Pasal 358 KUHP
yang menegaskan bahwa :
(1) Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama- lamanya dua tahun delapan bulan
atau denda
sebanyak- banyaknya empat ribu lima ratus rupiah
(2) Jika perbuatan itu menyebabkan luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara
paling lama
lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun
(4). Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan
(4) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidanaSelain Pasal 351 s/d Pasal 358 KUHP
yang
mengatur tentang penganiayaan, ketentuan tindak kekerasan juga termuat dalam Pasal 170
KUHP, dalam Pasal ini menegaskan bahwa :
1) Barangsiapa, dengan terang-terangan dan tenaga bersama-sama menggunakan kekerasan
terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam
bulan
2) Yang bersalah diancam :
a) dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengaja
menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-
luka;
b) dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan mengakibatkan
luka berat;
c) dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan
maut. Kedua pasal di atas menegaskan bahwa delik yang bersinggungan dengan
penganiayaan maupun kekerasan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain
bahkan terhadap benda sekalipun menjadi suatu alasan seseorang harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Secara umum, tindakan yang
bersinggungan dengan perbuatan menganiaya sebagaimana yang dimaksudkan, patut
untuk diketahui danditerapkan dengan baik oleh aparat penegak hukum dalam
rangka mewujudkan suatu keadilan yang dikehendaki. Sehingga dengan
memperhatikan dengan cermat dan jelih terhadap unsur-unsur perbuatan yang
mencocoki rumusan delik dengan perbuatan yang dilakukan oleh pelaku dapat
menjadi langkah awal dalam menciptakan rasa keadilan bagi setiap orang yang
berkasus dengan tindak pidana penganiayaan. Memperhatikan unsur-unsur delik dari
beberapa pasal yang bersinggungan dengan tindakan kekerasan maupun
penganiayaan jelas dapat membuat aparat terbantu untuk menggiring pelaku
mempertanggungjawabkan perbuatannya melalui proses peradilan. Tidak hanya itu,
penegakan hukum dalam menerapkan jenis delik yang bersinggungan dengan
penganiayaan atau beberapa bentuk dari penganiyaan itu sendiri menjadi hal
penting, bagi penegakan Hak Asasi Manusia. Pada tingkat penyidikan, aparat
kepolisian selaku penyidik seringkali menggunakan pasal berlapis dalam rangka
menjerat pelaku untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dan pada tingkat
penuntutan, Jaksa Penuntut Umum (JPU) dapat menggunakan surat dakwaan
alternatif, dimana JPU dalam hal ini akan mendakwa pelaku dengan beberapa pasal
yang berkaitan dengan penganiayaan dan jenisnya sebagaimana yang di atur dalam
KUHP.

DAFTAR PUSTAKA

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Buku II Bab XXII Pasal 338

Pembunuhan - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia ...


https://id.wikipedia.org › wiki › Pembunuhan

Maramis, Frans.2013. HukumPidanaUmumdanTertulisdiIndonesia,cetakanke-


2.Jakarta:PT.RajaGrafindoPersada.

Moeljatno.1984.Azas-azasHukumPidana.Jakarta: BinaAksara.

Lamintang, P. A. F. 1989.Delik-delik Khusus Kejahatan-kejahatan Terhadap


HartaKekayaan,cetakanpertama.Bandung:SinarBaru.

Lamintang,P.A.F.1990.HukumPidanaIndonesia. Bandung:Sinar Baru.

Lamintang,P.A.F.danTheoLamintang.2009.Delik-DelikKhususKejahatanTerhadapHartaKekayaanEdisi
Kedua.Jakarta:SinarGrafika.

[1] Moeljatno, Azas-azas HukumPidana,Jakarta:BinaAksara, 1984,cetakanke-2, hlm.56.


[2] FransMaramis,S.H.,M.H.,HukumPidanaUmumdanTertulisdiIndonesia,Jakarta:PTRajaGrafindoPers
ada,2013,cetakanke-2,hlm.59.

[3] P.A.F.Lamintang.S.H.,Delik-delikKhususKejahatan-
kejahatanTerhadapHartaKekayaan,Bandung:SinarBaru,cetakan pertama,1989,hlm.1.
[4] P.A.FLamintangdanTheoLamintang,Delik-DelikKhususKejahatanTerhadapHartaKekayaanEdisi
Kedua,Jakarta:SinarGrafika,2009,hlm2.
[5] Drs.P.A.FLamintang,S.H.,
HukumPidanaIndonesia,Bandung:SinarBaru,cetakanketiga,1990,hlm.213.
[7]Ibid., hlm.213-215.
[8] P.A.FLamintang danTheoLamintang,Loc.Cit.
[9] WirjonoProdjodikoro, Tindak-tindakPidanaTertentudiIndonesia,Bandung:Eresco,1986,hlm.19.
[10] Drs. P.A.F Lamintang, S.H., Op.Cit., hlm. 216.
[11]Ibid.,hlm.218-219.
[11]

Anda mungkin juga menyukai