Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUKUM PEMBUNUHAN BERENCANA DI INDONESIA

Dosen Pengampu :

Dr. Setyo Widagdo S.H., M. Hum

Disusun Oleh :

Nama : Priyo Wahid Lananging Jagad

NIM : 185120600111021

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
Daftar Isi
BAB 1 ........................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 4
BAB 2 ........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
2.1 Pembunuhan Berencana .................................................................................................. 5
2.3 Hukum Acara Pidana dalam Pembunuhan Berencana ..................................................... 7
2.3 Contoh Pembunuhan Berencana di Indonesia ................................................................ 10
BAB 3 ...................................................................................................................................... 12
PENUTUP................................................................................................................................ 12
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 12
3.2 Daftar Pustaka ................................................................................................................ 12
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Tahun 1945. Negara Indonesia menjunjung tinggi hak asasi manusia serta
menjamin warga negara bersama kedudukannya dalam hukum dan pemerintah yang tidak ada
pengecualian. Sedangkan dalam menjamin ketaatan dan kepatuhan terhadap hukum berada di
tangan semua warga negara. Kejahatan tindak pidana adalah salah satu bentuk perilaku yang
menyimpang yang selalu melekat di dalam masyarakat.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana di Indonesia mencantumkan hukum pidana


mati berada pada posisi utama. Pidana mati di Indonesia adalah warisan dari zaman kolonial
Belanda, yang hingga saat ini masih tetap diberlakukan di negara Indonesia. Hukum
mempunyai fungsi untuk mengatu segala suatu aspek kehidupan berbangsa dan bernegara
dapat memberikan konstribusinya untuk negara jika aparat hukum dan seluruh lapisan
masyarakat yang ada di Indonesia ini taat dan patuh terhadap hukum di Indonesia. Akan
tetapi seluruh lapisan masyarakat tidak semua taat dan patuh terhadap hukum. Oleh karena
itu, munculah tindak kejahatan pembunuhan.

Pembunuhan bukan lagi suatu hal yang baru dalam kehidupan masyarakat.
Pembunuhan adalah kejahatan yang sangat berat dan cukup mendapat perhatian di kalangan
masyarakat, terutama di negara Indonesia. Di televisi, radio, koran, baik surat kabar online
sudah sering dalam memberitakan tentang adanya pembunuhan. Di zaman yang telah maju
ini, adanya globalisasi, modernisasi, dan semakin canggihnya teknologi malah membuat
semakin maraknya pembunuhan terjadi di Indonesia.

Tindak pidana pembunuhan merupakan suatu tindak perbuatan yang di sengaja


maupun tidak di sengaja yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain. Dalam melakukan
tindak kejahatan pembunuhan, baik disengaja maupun disengaja terjadi adanya perbedaan
dari dijatuhkannya hukuman. Jika melakukan kejahatan pembunuhan dilakukan secara
disengaja atau direncanakan, maka sanksi hukumannya otomatis lebih berat dibandingkan
tindak kejahatan pembunuhan yang dilakukan tidak disengaja atau tidak direncanakan.

Pembunuhan merupakan tindak kejahatan yang melanggar hak asasi manusia karena
telah menghilangkan salah satu hak manusia, yaitu hak untuk hidup. Sanksi terberat pelaku
kejahatan pembunuhan di negara Indonesia adalah hukuman mati.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan pembunuhan berencana?

1.2.2 Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan tindak
kejahatan pembunuhan berencana?
1.2.3 Bagaimana hukum acaranya dalam menangani kasus pembunuhan berencana?

1.2.4 Bagaimana contoh kasus pembunuhan berencana di Indonesia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu pembunuhan berencana

1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana hukum acaranya dan bagaimana dalam menangani kasus
pembunuhan berencana

1.3.3 Untuk mengetahui seperti apa kasus pembunuhan berencana yang terjadi di Indonesia
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pembunuhan Berencana


Makna pembunuhan mengacu pada dua sudut pandang, yaitu sudut pandang secara
bahasa atau KBBI dan sudut pandang yuridis.

Pengertian menurut bahasa, pembunuhan berasal dari kata “bunuh” yang di beri
awalan pe- dan diberi akhiran –an yang memiliki arti mematikan. Dalam peristiwa
pembunuhan terdapat ada dua orang yang terlibat. Yang pertama adalah orang yang
melakukan tindak kejahatan pembunuhan yang disebut pembunuh atau pelaku. Dan orang
yang kedua adalah orang yang dimatikan atau dibunuh bisa juga disebut dengan korban.

Sedangkan pengertian menurut yuridis atau hukum, sampai sekarang belum ada,
kecuali oleh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sendiri. Akan tetapi itu bukan pengertian,
melainkan hanya menetapkan batasan-batasan suatu perbuatan untuk bisa di kategorikan
sebagai pembunuhan dan ancaman bagi para pelakunya. Pembunuhan berencana merupakan
tindak kejahatan yang membunuh dengan tujuan memastikan pembunuhan tersebut berhasil
atau terhindar dari terkenanya tindak pidana. Tindak pidana pembunuhan berencana
merupakan tipe pembunuhan yang paling serius.

Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 yang isinya “Barang
siapa yang dengan sengaja dan berencana dalam menghilangkan nyawa orang lain, diancam
karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”. Dengan pernyataan tersebut, sudah
jelas bahwa hukuman paling berat yaitu hukuman mati atau penjara seumur hidup, dan ada
hukuman yang lebih ringan dari kedua hukuman sebelumnya yaitu penjara dalam suatu waktu
tertentu, pasal tadi menyebutkan penjara maksimal dua puluh tahun.

Pasal 340 merumuskan dengan cara mengulang seluruh unsur pasal 338, kemudian
ditambah dengan satu unsur lagi yaitu “dengan rencana terlebih dahulu”. Oleh karena itu,
pembunuhan berencana dianggap sebagai pembunuhan yang berdiri sendiri dan lain dengan
pembunuhan biasa dalam bentuk pokok (Pasal 338). Perbedaan pembunuhan biasa dengan
pembunuhan berencana terletak pada waktu muncul nya niat, sedangkan pembunuhan
berencana itu dilakukan setelah timbulnya niat, kemudian mengatur rencana, dan bagaimana
cara melakukan pembunuhan tersebut. Jarak waktu antara munculnya niat untuk melakukan
pembunuhan dan melakukan pembunuhan masih luang, sehingga pelaku dapat berpikir,
apakah pembunuhan itu dilakukan atau dibatalkan.

Perbedaan lain terletak dalam apa yang terjadi di dalam diri si pelaku pembunuhan
sebelum melakukan pembunuhan. Dalam pembunuhan biasa, dalam mengambil keputusan
untuk membunuh seseorang dan dalam melakukannya merupakan dalam suatu kesatuan.
Sedangkan dalam pembunuhan berencana, kedua hal tersebut terpisah oleh jangka waktu
yang lama yang digunakan untuk berpikir secara tenang dan matang dalam melakukan tindak
kejahatan pembunuhan, dan juga adanya waktu untuk membatalkan niat buruk tersebut.
Dalam pembunuhan berencana, biasanya seseorang dalam mengambil keputusan untuk
membunuh ditimbulkan oleh hawa nafsu dan di bawah pengaruh hawa nafsu tersebut si
pelaki mempersiapkan apa saja yang perlu dipersiapkan dalam melakukan tindak kejahatan
pembunuhan.

Adapun unsur dalam pembunuhan berencana, yaitu :

1. Unsur Subjektf ;
a. Dengan sengaja.
b. Dan dengan rencana terlebih dahulu.
2. Unsur Obyektif ;
a. Perbuatan : menghilangkan nyawa.
b. Obyeknya : nyawa orang lain.

Pada dasarnya, pembunuhan berencana mengandung tiga unsur, yaitu :

1. Memutuskan kehendak dalam situasi tenang.


2. Adanya ketersediaan waktu yang cukup sejak munculnya niat sampai
melaksanakan perbuatannya.
3. Melakukan perbuatan dalam situasi tenang.

Memutuskan kehendak ketika dalam situasi tenang yaitu pada saat untuk memutuskan
kehendak melakukan pembunuhan itu dalam keadaan batin yang tenang. Suasana batin yang
tenang itu ketika tidak merasakan tergesa-gesa atau tiba-tiba, tidak dalam keadaan terpaksa,
dan tidak dalam keadaan emosi tinggi.

Ada waktu luang yang cukup antara sejak munculnya niat untuk melakukan
pembunuhan sampai melakukan pembunuhan. Waktu yang cukup ini adalah relatif, dengan
arti tidak diukur dari lamanya waktu tertentu, akan tetapi bergantung pada keadaan kejadian
yang berlaku.

Sedangkan dalam melakukan perbuatan dengan situasi tenang, dalam melaksanan


perbuatan tersebut dengan situasi batin yang tenang. Maksudnya yaitu ketika dalam
melaksanakan pembunuhan tidak berada dalam suasana yang tergesa-gesa, rasa amarah yang
tinggi, dan tidak dengan rasa takut yang berlebihan.

Ketiga dari unsur tersebut bersifat kumulatif, dan saling keterkaitan, suatu yang tidak
dapat dipisahkan. Jika salah satu terpisah, maka sudah tidak termasuk pembunuhan
berencana.

2.2 Faktor-faktor Penyebab Seseorang Melakukan Pembunuhan


Berencana
Di Indonesia, banyak sekali terjadi kasus tindak kejahatan yaitu berupa pembunuhan
berencana. Yang lagi marak diperbicarakan yaitu pembunuhan berencana oleh orang-orang
terdekat, seperti suami membunuh istri, sepupu dibunuh keponakan, kawan dekat dibunuh
oleh rekannya, dan lain-lain. Dari kejadian tersebut bisa kita lihat bahwa nyawa sudah tidak
ada artinya.

Tindak pidana pembunuhan dilatarbelakangi oleh berbagai sebab, sehingga membuat


seseorang untuk merencanakan, memutuskan dan mengeksekusi pembunuhan terhadap orang
lain. Berbagai motif seringkali menjadi motif penggerak bagi seseorang untuk melakukan
pembunuhan. Dalam kasus pembunuhan berencana, biasanya seorang calon pembunuh telah
mengetahui siapa calon korban yang akan dibunuhnya, sedangkan dalam kasus pembunuhan
biasa, seseorang membunuh orang lain karena adanya konflik emosional antara dirinya
sendiri dengan korban. Konflik sosio-emosional ditengarai oleh suatu masalah yang tidak
bisa diselesaikan dengan baik. Konflik sosio-emosional memang menjadi pemicu terjadinya
tindak pidana pembunuhan, karena seseorang merasa kecewa, sakit hati atau dendam pada
orang lain. Secara ekstrim pelampiasan rasa kecewa, sakit hati atau dendam atau amarah
dilampiaskan dengan cara membunuh orang lain. Adapun faktor-faktor yang membuat
seseorang melakukan pembunuhan berencana, yaitu :

1. Faktor Intern :
a. faktor kebutuhan ekonomi yang terdesak.
b. faktor intelligence.
c. faktor usia.
d. faktor jenis kelamin.
2. Faktor Ekstern :
a. faktor pergaulan.
b. faktor lingkungan.
c. faktor pendidikan.
d. faktor pekerjaan.
e. faktor lemahnya sistem keamanan masyarakat.

2.3 Hukum Acara Pidana dalam Pembunuhan Berencana


Hukum Acara Pidana adalah yang mengatur bagaimana negara melalui perantara alat-
alat kekuasaannya dalam melaksanakan haknya untuk menghukum dan menjatuhkan
hukumannya, dengan demikian termasuk acara pidananya.

Tujuan diadakannya hukum acara pidana yaitu untuk mencari dan mendapatkan dari
suatu perkara pidana dengan menerapkan hukum acara pidana secara tepat dan jujur agar
mencari pelaku yang didakwakan telah melakukakan pelanggaran hukum. Kemudian
selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah
terbukti telah melakukan tindak pidana dan apakah pelaku yang didakwakan itu dapat
dipersalahkan.

Pada sebuah proses dalam menyelesaikan suatu kasus pidana, proses pembuktian
adalah proses mencari suatu bukti kebenaran atas suatu kasus pidana. Proses pembuktian
merupakan proses yang paling penting dari seluruh proses pemeriksaan di persidangan.
Adapun alur dalam hukum acara pidana yaitu :
Laporan => Pengaduan => Tertangkap => Penyelidikan dan Penyidikan oleh Polisi =>
Penuntutan oleh Jaksa => Sidang Pengadilan => Putusan oleh Hakim => Upaya Hukum =>
Eksekusi.

Di Indonesia, proses pembuktian di persidangan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum


Acara Pidana atau biasa disebut juga KUHAP. Sebuah alat bukti yang sah dapat untuk
diajukan dalam persidangan adalah sesuai dengan Putusan MK 20/puu-xiv/2016 yaitu :

a. keterangan ahli
b. keterangan saksi
c. surat
d. petunjuk
e. keterangan dakwa

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam hukum acara pidana tindak kejahatan
pembunuhan berencana, yaitu :

1. Tersangka atau terdakwa.

Tersangka adalah seseorang yang telah melakukan tindak kejahatan pembunuhan


sebagai pelaku tindak pidana. Sedangkan terdakwa yaitu seorang tersangka yang dituntut,
diperiksa, dan diadili di sidang pengadilan. Adapun hak-hak atau tersangka yang disebutkan
dalam pasal 50 – pasal 68 KUHAP, yaitu :

 Hak tersangka / terdakwa untuk berhubungan surat menyurat dengan penasihat


hukumnya.
 Hak untuk memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik dan hakim.
 Hak untuk mendapat juru bahasa
 Hak tersangka / terdakwa untuk mengajukan saksi dan ahli.
 Hak tersangka / terdakwa untuk menuntut ganti kerugian.

2. Jaksa atau Penuntut Umum.

Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk bertindak
sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap. Adapun wewenang dari jaksa atau penuntun umum dalam kasus
pembunuhan berencana, yaitu :

 Menerima dan memeriksa berkas perkara dari penyidik atau penyidik


pembantu.
 Mengadakan pra-penuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan
memperhatikan Pasal 110 ayat 3 dan ayat 4 dengan memberi petunjuk dalam
penyempurnaan penyidikan dari penyidik.
 Membuat surat dakwaan.
 Melakukan penutupan.
 Menutup perkara demi kepentingan hukum.
3. Penyelidik atau Penyidik

Penyidik yaitu pejabat polisi yang diberi wewenang khusus berdasarkan Undang-
Undang untuk melaksanakan penyelidikan. Contoh dari penyelidik yaitu kepolisian dari
pangk

Sedangkan penyelidik yaitu pejabat polisi atau peagwai negeri sipil yang diberi
wewenang oleh Undang-Undang untuk melaksanakan penyelidikan.

4. Penasehat Hukum

Istilah dari penasehat hukum adalah pembela, atau advokat. Fungsinya sebagai
pendamping tersangka atau terdakwa dalam pemeriksaan.

Bagian bagian dalam penyidikan di dalam kasus pembunuhan berencana yaitu :

1. Pemeriksaan di tempat kejadian perkara.

Pada proses ini, pejabat polisi memeriksa tempat kejadian adanya pembunuhan
tersebut. Pemeriksaan tempat kejadian perkara ini bertujuan untuk mencari, mendapatkan,
menganalisa, mengevaluasi petunjuk-petunjuk, keterangan, serta mengetahui identitas
tersangka.

2. Pemanggilan tersangka atau terdakwa.

Pemanggilan adalah salah satu upaya paksa dalam fase penyidikan selain
penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan surat. Adapun yang dimaksud
dengan penyidikan menurut Pasal 1 butir 2 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
adalah serangkaian tindakan Penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur undang-
undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
suatu tindak pidana yang terjadi guna menemukan tersangkanya. Dengan demikian, tujuan
dari pemanggilan adalah sebagai salah satu upaya mencari bukti-bukti untuk membuat terang
suatu tindak pidana.

3. Penahanan Sementara.

Menurut pasal 1 angka 21 dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yaitu
penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik, atau
penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini.

4. Pemeriksaan atau Introgasi

Pemeriksaan memegang peranan penting dalam kegiatan penyidikan tentang kasus


pembunuhan berencana. Pemeriksaan bertujuan untuk mendapat kebenaran secara materil.
Pemeriksaan merupakan salah satu tenik dalam mencari dan menedapatkan keterangan dari
saksi maupun tersangka dalam kegiatan penyidikan tindak pidana dengan cara memberikan
pertanyaan baik lisan maupun tertulis kepada tersangka, atau saksi, guna mendapatkan
keterangan, petunjuk-petunjuk dan alat bukti lainnya dan kebenaran keterlibatan tersangka
dalam rangka pembuatan berita acara pemeriksaan. Penyidikan ini mengacu pada Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP (Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana)
Lembaran Negara Tahun 1981 No. 3209 yang disahkan pada tanggal 31 Desember 1981.

5. Berita Acara ( Pemeriksaan TKP, Introgasi )

Pasal 75 ayat 1 berbunyi, erita acara dibuat untuk setiap tindakan tentang :

a. Pemerikasaan tersangka.
b. Penangkapan.
c. Penahanan.
d. Penggeledahan.
e. Pemasukan rumah.
f. Penyitaan benda.
g. Pemeriksaan surat.
h. Pemeriksaan saksi.
i. Pemeriksaan di tempat kejadian.
j. Pelaksanaan penetapan dan putusan pengadilan.
k. Pelaksanaan tindakan lain sesuai dengan ketentuan dalam undang - undang ini.

Berdasarkan pasal 75 ayat 2 berita acara dibuat oleh pejabat (penyidik) yang
bersangkutan dalam melakukan tindakan di atas dan dibuat atas kekuatan sumpah jabatan.
Berita acara tersebut selain ditandatangani oleh pejabat pada ayat 2 ditandatangani pula oleh
semua pihak yang terlibat dalam tindakan tersebut pada ayat 1 , hal itu tercantum dalam pasal
75 ayat 3.

2.3 Contoh Pembunuhan Berencana di Indonesia


Contoh kasus pembunuhan berencana yang terjadi di Indonesia yaitu pembunuhan
gadis kecil cantik asal Bali yang bernama Angeline. Kasus ini muncul pada saat adanya berita
kehilagan seorang gadis kecil berumur 8 tahun bernama Angeline Megawe pada tanggal 16
Mei 2015 di Jalan Sedap Malam No. 26 Denpasar. Keluarga dari Angeline tidak melaporkan
kehilangan Angeline pada polisi. Akan tetapi keluarga Angeline sehari setelah
menghilangnya gadis kecil itu melalui media sosial yaitu facebook.

Seiring penyelidikan yang dilakukan oleh polisi, dari hasil tersebut banyak ditemukan
kejanggalan-kejanggalan dalam kasus ini. Netizen, Lembaga Swadaya Masyarakat
memberikan rasa empati mereka atas kehilangan gadis kecil tersebut. Akan tetapi Margriet
Christina Megawe yang merupakan Ibu Angkat dari Angeline tidak menyukai akan adannya
rasa empati yang masyarakat berikan. Terlihat jelas keluarga Angeline seperti menutup-
nutupi kasus tersebut.

Setelah beberapa hari berita kehilangan tersebar dan melakukan perncarian selama
dua minggu lebih, polisi menemukan kejanggalan yang diduga adalah kuburan. Ternyata
kuburan tersebut adalah tempat dikuburnya Angeline oleh Ibunya angkatnya Angeline yaitu
Margriet. Angeline dikubur di dalam lobang sedalam 50 cm di dekat kandang ayam.

Dengan begitu, polisi memeriksa 7 orang saksi penghuni rumah, yaitu Margriet
sebagai ibu angkat Angeline, Yvonne dan Christina sebagai kakak angkatnya, Agus Tay
sebagai pembantu rumah tangga, Rahmat Handono dan Susiano sebagai penghuni kos, dan
Dewa Raka sebagai petugas keamanan yang disewa khusus oleh Margriet untuk menjaga
rumah pada saat ramai nya orang berdatangan pada hilangnya Angeline.

Setelah melewati berbagai pemeriksaan yang dilakukan oleh polisi, polisi menetapkan
Agustinus sebagai tersangka pembunuhan Angeline. Sebelum melakukan penguburan di
dekat kandang ayam, Agustinus terlebih dahulu mencabuli Angeline. Agustinus
menguburkan Angeline di dekat kandang ayam tanpa sepengetahuan Margriet.

Agus menjelaskan kepada polisi bahwa Margriet menyuruh untuk membunuh


Angeline dengan iming-iming mendapat uang sebanyak 2 milyar oleh Margriet jika berhasil
membunuh Angeline.

Dalam kasus ini, Angeline merupakan korban dari pembunuhan berencana yang
dilakukan oleh orang-orang terdekat Angeline. Pembunuhan berencana dijabarkan dalam
Pasal 340 KUHP yang menjelaskan “Barang siapa yang dengan sengaja dan berencana dalam
menghilangkan nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan
pidana mati atau penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh
tahun”.

Dalam kasus ini Agus Tay dikenai Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana
dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup, atau selama waktu dengan maksimal
penjara dua puluh tahun. Agus Tay juga dikenai Pasal 181 KUHP tentang sengaja mengubur
atau menyembunyikan kematian, dengan pidana sembilan bulan.

Sedangkan Margriet juga dikenai Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana
dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup, atau selama waktu dengan penjara
maksimal dua puluh tahun.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembunuhan berencana adalah salah satu tindak kejahatan yang melanggar hak asasi
manusia karena telah menghilangkan salah satu hak manusia, yaitu hak untuk hidup.
Pembunuhan berencana adalah salah satu perbuatan yang diancam dengan hukuman pidana
mati, selain itu juga dapat dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atau penjara maksimal dua
puluh tahun.

3.2 Daftar Pustaka


http://amakusaaf.blogspot.com/2015/04/makalah-pembunuhan-berencana.html

http://eprints.ums.ac.id/12937/2/BAB_I.pdf

http://repository.unpas.ac.id/11651/2/BAB%20I.pdf

http://digilib.unila.ac.id/5420/7/BAB%20I.pdf

http://digilib.unila.ac.id/10847/7/skripsi%20bab%202.pdf

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/sri-hartini-sh-mhum/hukum-acra-
pidana.pdf

Anda mungkin juga menyukai