Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
NIM : 185120600111021
PENDAHULUAN
Pembunuhan bukan lagi suatu hal yang baru dalam kehidupan masyarakat.
Pembunuhan adalah kejahatan yang sangat berat dan cukup mendapat perhatian di kalangan
masyarakat, terutama di negara Indonesia. Di televisi, radio, koran, baik surat kabar online
sudah sering dalam memberitakan tentang adanya pembunuhan. Di zaman yang telah maju
ini, adanya globalisasi, modernisasi, dan semakin canggihnya teknologi malah membuat
semakin maraknya pembunuhan terjadi di Indonesia.
Pembunuhan merupakan tindak kejahatan yang melanggar hak asasi manusia karena
telah menghilangkan salah satu hak manusia, yaitu hak untuk hidup. Sanksi terberat pelaku
kejahatan pembunuhan di negara Indonesia adalah hukuman mati.
1.2.2 Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan tindak
kejahatan pembunuhan berencana?
1.2.3 Bagaimana hukum acaranya dalam menangani kasus pembunuhan berencana?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu pembunuhan berencana
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana hukum acaranya dan bagaimana dalam menangani kasus
pembunuhan berencana
1.3.3 Untuk mengetahui seperti apa kasus pembunuhan berencana yang terjadi di Indonesia
BAB 2
PEMBAHASAN
Pengertian menurut bahasa, pembunuhan berasal dari kata “bunuh” yang di beri
awalan pe- dan diberi akhiran –an yang memiliki arti mematikan. Dalam peristiwa
pembunuhan terdapat ada dua orang yang terlibat. Yang pertama adalah orang yang
melakukan tindak kejahatan pembunuhan yang disebut pembunuh atau pelaku. Dan orang
yang kedua adalah orang yang dimatikan atau dibunuh bisa juga disebut dengan korban.
Sedangkan pengertian menurut yuridis atau hukum, sampai sekarang belum ada,
kecuali oleh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sendiri. Akan tetapi itu bukan pengertian,
melainkan hanya menetapkan batasan-batasan suatu perbuatan untuk bisa di kategorikan
sebagai pembunuhan dan ancaman bagi para pelakunya. Pembunuhan berencana merupakan
tindak kejahatan yang membunuh dengan tujuan memastikan pembunuhan tersebut berhasil
atau terhindar dari terkenanya tindak pidana. Tindak pidana pembunuhan berencana
merupakan tipe pembunuhan yang paling serius.
Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 yang isinya “Barang
siapa yang dengan sengaja dan berencana dalam menghilangkan nyawa orang lain, diancam
karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”. Dengan pernyataan tersebut, sudah
jelas bahwa hukuman paling berat yaitu hukuman mati atau penjara seumur hidup, dan ada
hukuman yang lebih ringan dari kedua hukuman sebelumnya yaitu penjara dalam suatu waktu
tertentu, pasal tadi menyebutkan penjara maksimal dua puluh tahun.
Pasal 340 merumuskan dengan cara mengulang seluruh unsur pasal 338, kemudian
ditambah dengan satu unsur lagi yaitu “dengan rencana terlebih dahulu”. Oleh karena itu,
pembunuhan berencana dianggap sebagai pembunuhan yang berdiri sendiri dan lain dengan
pembunuhan biasa dalam bentuk pokok (Pasal 338). Perbedaan pembunuhan biasa dengan
pembunuhan berencana terletak pada waktu muncul nya niat, sedangkan pembunuhan
berencana itu dilakukan setelah timbulnya niat, kemudian mengatur rencana, dan bagaimana
cara melakukan pembunuhan tersebut. Jarak waktu antara munculnya niat untuk melakukan
pembunuhan dan melakukan pembunuhan masih luang, sehingga pelaku dapat berpikir,
apakah pembunuhan itu dilakukan atau dibatalkan.
Perbedaan lain terletak dalam apa yang terjadi di dalam diri si pelaku pembunuhan
sebelum melakukan pembunuhan. Dalam pembunuhan biasa, dalam mengambil keputusan
untuk membunuh seseorang dan dalam melakukannya merupakan dalam suatu kesatuan.
Sedangkan dalam pembunuhan berencana, kedua hal tersebut terpisah oleh jangka waktu
yang lama yang digunakan untuk berpikir secara tenang dan matang dalam melakukan tindak
kejahatan pembunuhan, dan juga adanya waktu untuk membatalkan niat buruk tersebut.
Dalam pembunuhan berencana, biasanya seseorang dalam mengambil keputusan untuk
membunuh ditimbulkan oleh hawa nafsu dan di bawah pengaruh hawa nafsu tersebut si
pelaki mempersiapkan apa saja yang perlu dipersiapkan dalam melakukan tindak kejahatan
pembunuhan.
1. Unsur Subjektf ;
a. Dengan sengaja.
b. Dan dengan rencana terlebih dahulu.
2. Unsur Obyektif ;
a. Perbuatan : menghilangkan nyawa.
b. Obyeknya : nyawa orang lain.
Memutuskan kehendak ketika dalam situasi tenang yaitu pada saat untuk memutuskan
kehendak melakukan pembunuhan itu dalam keadaan batin yang tenang. Suasana batin yang
tenang itu ketika tidak merasakan tergesa-gesa atau tiba-tiba, tidak dalam keadaan terpaksa,
dan tidak dalam keadaan emosi tinggi.
Ada waktu luang yang cukup antara sejak munculnya niat untuk melakukan
pembunuhan sampai melakukan pembunuhan. Waktu yang cukup ini adalah relatif, dengan
arti tidak diukur dari lamanya waktu tertentu, akan tetapi bergantung pada keadaan kejadian
yang berlaku.
Ketiga dari unsur tersebut bersifat kumulatif, dan saling keterkaitan, suatu yang tidak
dapat dipisahkan. Jika salah satu terpisah, maka sudah tidak termasuk pembunuhan
berencana.
1. Faktor Intern :
a. faktor kebutuhan ekonomi yang terdesak.
b. faktor intelligence.
c. faktor usia.
d. faktor jenis kelamin.
2. Faktor Ekstern :
a. faktor pergaulan.
b. faktor lingkungan.
c. faktor pendidikan.
d. faktor pekerjaan.
e. faktor lemahnya sistem keamanan masyarakat.
Tujuan diadakannya hukum acara pidana yaitu untuk mencari dan mendapatkan dari
suatu perkara pidana dengan menerapkan hukum acara pidana secara tepat dan jujur agar
mencari pelaku yang didakwakan telah melakukakan pelanggaran hukum. Kemudian
selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah
terbukti telah melakukan tindak pidana dan apakah pelaku yang didakwakan itu dapat
dipersalahkan.
Pada sebuah proses dalam menyelesaikan suatu kasus pidana, proses pembuktian
adalah proses mencari suatu bukti kebenaran atas suatu kasus pidana. Proses pembuktian
merupakan proses yang paling penting dari seluruh proses pemeriksaan di persidangan.
Adapun alur dalam hukum acara pidana yaitu :
Laporan => Pengaduan => Tertangkap => Penyelidikan dan Penyidikan oleh Polisi =>
Penuntutan oleh Jaksa => Sidang Pengadilan => Putusan oleh Hakim => Upaya Hukum =>
Eksekusi.
a. keterangan ahli
b. keterangan saksi
c. surat
d. petunjuk
e. keterangan dakwa
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam hukum acara pidana tindak kejahatan
pembunuhan berencana, yaitu :
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk bertindak
sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap. Adapun wewenang dari jaksa atau penuntun umum dalam kasus
pembunuhan berencana, yaitu :
Penyidik yaitu pejabat polisi yang diberi wewenang khusus berdasarkan Undang-
Undang untuk melaksanakan penyelidikan. Contoh dari penyelidik yaitu kepolisian dari
pangk
Sedangkan penyelidik yaitu pejabat polisi atau peagwai negeri sipil yang diberi
wewenang oleh Undang-Undang untuk melaksanakan penyelidikan.
4. Penasehat Hukum
Istilah dari penasehat hukum adalah pembela, atau advokat. Fungsinya sebagai
pendamping tersangka atau terdakwa dalam pemeriksaan.
Pada proses ini, pejabat polisi memeriksa tempat kejadian adanya pembunuhan
tersebut. Pemeriksaan tempat kejadian perkara ini bertujuan untuk mencari, mendapatkan,
menganalisa, mengevaluasi petunjuk-petunjuk, keterangan, serta mengetahui identitas
tersangka.
Pemanggilan adalah salah satu upaya paksa dalam fase penyidikan selain
penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan surat. Adapun yang dimaksud
dengan penyidikan menurut Pasal 1 butir 2 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
adalah serangkaian tindakan Penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur undang-
undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
suatu tindak pidana yang terjadi guna menemukan tersangkanya. Dengan demikian, tujuan
dari pemanggilan adalah sebagai salah satu upaya mencari bukti-bukti untuk membuat terang
suatu tindak pidana.
3. Penahanan Sementara.
Menurut pasal 1 angka 21 dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yaitu
penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik, atau
penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini.
Pasal 75 ayat 1 berbunyi, erita acara dibuat untuk setiap tindakan tentang :
a. Pemerikasaan tersangka.
b. Penangkapan.
c. Penahanan.
d. Penggeledahan.
e. Pemasukan rumah.
f. Penyitaan benda.
g. Pemeriksaan surat.
h. Pemeriksaan saksi.
i. Pemeriksaan di tempat kejadian.
j. Pelaksanaan penetapan dan putusan pengadilan.
k. Pelaksanaan tindakan lain sesuai dengan ketentuan dalam undang - undang ini.
Berdasarkan pasal 75 ayat 2 berita acara dibuat oleh pejabat (penyidik) yang
bersangkutan dalam melakukan tindakan di atas dan dibuat atas kekuatan sumpah jabatan.
Berita acara tersebut selain ditandatangani oleh pejabat pada ayat 2 ditandatangani pula oleh
semua pihak yang terlibat dalam tindakan tersebut pada ayat 1 , hal itu tercantum dalam pasal
75 ayat 3.
Seiring penyelidikan yang dilakukan oleh polisi, dari hasil tersebut banyak ditemukan
kejanggalan-kejanggalan dalam kasus ini. Netizen, Lembaga Swadaya Masyarakat
memberikan rasa empati mereka atas kehilangan gadis kecil tersebut. Akan tetapi Margriet
Christina Megawe yang merupakan Ibu Angkat dari Angeline tidak menyukai akan adannya
rasa empati yang masyarakat berikan. Terlihat jelas keluarga Angeline seperti menutup-
nutupi kasus tersebut.
Setelah beberapa hari berita kehilangan tersebar dan melakukan perncarian selama
dua minggu lebih, polisi menemukan kejanggalan yang diduga adalah kuburan. Ternyata
kuburan tersebut adalah tempat dikuburnya Angeline oleh Ibunya angkatnya Angeline yaitu
Margriet. Angeline dikubur di dalam lobang sedalam 50 cm di dekat kandang ayam.
Dengan begitu, polisi memeriksa 7 orang saksi penghuni rumah, yaitu Margriet
sebagai ibu angkat Angeline, Yvonne dan Christina sebagai kakak angkatnya, Agus Tay
sebagai pembantu rumah tangga, Rahmat Handono dan Susiano sebagai penghuni kos, dan
Dewa Raka sebagai petugas keamanan yang disewa khusus oleh Margriet untuk menjaga
rumah pada saat ramai nya orang berdatangan pada hilangnya Angeline.
Setelah melewati berbagai pemeriksaan yang dilakukan oleh polisi, polisi menetapkan
Agustinus sebagai tersangka pembunuhan Angeline. Sebelum melakukan penguburan di
dekat kandang ayam, Agustinus terlebih dahulu mencabuli Angeline. Agustinus
menguburkan Angeline di dekat kandang ayam tanpa sepengetahuan Margriet.
Dalam kasus ini, Angeline merupakan korban dari pembunuhan berencana yang
dilakukan oleh orang-orang terdekat Angeline. Pembunuhan berencana dijabarkan dalam
Pasal 340 KUHP yang menjelaskan “Barang siapa yang dengan sengaja dan berencana dalam
menghilangkan nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan
pidana mati atau penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh
tahun”.
Dalam kasus ini Agus Tay dikenai Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana
dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup, atau selama waktu dengan maksimal
penjara dua puluh tahun. Agus Tay juga dikenai Pasal 181 KUHP tentang sengaja mengubur
atau menyembunyikan kematian, dengan pidana sembilan bulan.
Sedangkan Margriet juga dikenai Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana
dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup, atau selama waktu dengan penjara
maksimal dua puluh tahun.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembunuhan berencana adalah salah satu tindak kejahatan yang melanggar hak asasi
manusia karena telah menghilangkan salah satu hak manusia, yaitu hak untuk hidup.
Pembunuhan berencana adalah salah satu perbuatan yang diancam dengan hukuman pidana
mati, selain itu juga dapat dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atau penjara maksimal dua
puluh tahun.
http://eprints.ums.ac.id/12937/2/BAB_I.pdf
http://repository.unpas.ac.id/11651/2/BAB%20I.pdf
http://digilib.unila.ac.id/5420/7/BAB%20I.pdf
http://digilib.unila.ac.id/10847/7/skripsi%20bab%202.pdf
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/sri-hartini-sh-mhum/hukum-acra-
pidana.pdf