Anda di halaman 1dari 43

DELIK-DELIK KHUSUS DIDALAM DAN DILUAR K.U.H.

P
OLEH :
Eka Juarsa. SH.,MH

Mata kuliah wajib jurusan Hukum Pidana tentang Delik-Delik Khusus atau Biyzonder
Delicten, tercantum di dalam Buku II dan Buku III KUHP.
yang umumnya terjadi setiap hari, seperti kejahatan-kejahatan terhadap KESUSILAAN,
kejahatan terhadap JIWA, kejahatan terhadap TUBUH,
KARENA KELALAINNYA MENYEBABKAN ORANG LAIN MATI,
serta KESEHATAN manusia dan demikian juga terhadap kejahatan terhadap HARTA
KEKAYAAN atau menurut sistimatika Kitab Undang- Undang Hukum Pidana, jenis-
jenis kejahatan yang termasuk ke dalam golongan ‘ Kejahatan yang ditujukan terhadap
hak milik dan lain-lain yang timbul dari hak milik’ atau apa yang disebut dalam bahasa
Belanda ; Misdrijven tegen de eigendom en de daaruit voortvloeiende zakelijke rechten’;
adalah kejahatan- kejahatan;
- PENCURIAN atau diefstal.
- PEMERASAN atau afpersing.
- PENGGELAPAN atau verduistering.
- PENIPUAN atau bedrog dan .
- PERUSAKAN atau vernieling.
- PENADAHAN. Atau HELING
Selain itu diberikan pula delik-delik khusus yang berada di luar K.U.H.P., seperti;
- NARKOTIKA,
- PERJUDIAN,
- -TERORISME,
- -LALU LINTAS,
- -KEKERASAN DALAMRUMAH TANGGA,
- -UNDANG-UNDANG KESEHATAN,
- -PENERBANGAN,

1
- LINGKUNGAN,
- HAK CIPTA,
- -TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG,
- -TINDAK PIDANA SUAP,
- -TINDAK PIDANA PENODAAN AGAMA,
- -KORUPSI
- -MONEY LAUNDRING
- -PORNOGRAFI
- KESEHATAN dan lain-lainnya.
-
BUKU-BUKU WAJIB ;
1. Prof. Satonid Kartanegara, SH.- “Hukum Pidana” (bagian II).
2. J.C Lamintang,SH. - “Hukum Pidana” (bagian II dan III).
3. Dr.Utercht,SH - “Hukum Pidana” (bagian II ).
4. M.S.Bassar,SH. - ”Tindak-tindak Pidana tertentu di dalam KUHP
5. Terjemahan BPHN. - ” KUHP”
6. R.Soesilo. - ”Komentar atas KUHP”
7. M.S.Bassar,SH. - “Hukum Pidana”(Pelengkap KUHP)
8. Drs. P.A.F. Lamintang . S.H.- DELIK-DELIK KHUSUS

BUKU-BUKU ANJURAN :
1. Jurisprudensi Mahkamah Agung R.I
2. Majalah-majalah Hukum
3. Tulisan-tulisan Ilmiah Koran dan Majalah
4. Jonkers - ”Handboek v.h.Nederlands Indisch Strafrecht”
5. Prof..Mr.J.M.van Bemmelen-
Prof..Mr.W.F.C.van Hattum. -”Hand en Leerboek v,h. Nederlands Indisch
Strafrecht”
6. W.L.H.Koster -”Wetboek van Strafrecht voor Nederlands Indie”.

2
Istilah ”Delik-delik Khusus” terjemahan dari bahasa Belanda yaitu SPECIALE
BYZONDERE DELICTEN khusus berlaku dalam Buku II KUHP, tidak mencakup yang
ada di luar KUHP untuk yang di luar KUHP sebaiknya dipakai istilah bukan Delik-delik
Khusus, tapi Delik-delik di luar KUHP saja. Dosen lebih condong Delik-delik Khusus
saja dari pada Hukum Pidana Khusus.

DELIK- DELIK DIDALAM KUHP MENYANGKUT


KEJAHATAN TERHADAP JIWA

KEJAHATAN TERHADAP NYAWA ORANG LAIN ( MISDRYVEN TEGEN HET LYF)


Meliputi ;
 Bab XV Buku II tentang meninggalkan orang-orang yang perlu ditolong
 Bab XVIII Buku II tentang kejahatan-kejahatan terhadap kemerdekaan orang,
 Bab XIX Buku II tentang kejahatan-kejahatan terhadap nyawa orang,
 Bab XX Buku II tentang pengenaiayaan
 Bab XXI Buku II tentang menyebabkan matinya atau lukanya orang karena kealpaan,
 Bab V Buku III tentang pelanggaran-pelanggaran mengenai orang-orang yang perlu
ditolong
Menurut KUHP, kejahatan terhadap nyawa orang lain terdiri dari :
1. Didasarkan pada unsur subjektifnya,
 Kejahatan terhadap nyawa manusia yang dilakukan dengan sengaja (Bab XIX
Buku II Pasal 338-Pasal 350 KUHP).
 Kejahatan terhadap nyawa manusia yang dilakukan karena kealpaan (Bab
XXI Buku II Pasal 359)
2. Didasarkan pada unsur objektifnya ada 3 (tiga ) golongan;
 Kejahatan yang dilakukan terhadap nyawa manusia pada umumnya (Pasal
338- pasal 339,Pasal 340, Pasal 344- Pasal 345 KUHP)
 Kejahatan terhadap nyawa seorang anak pada saat dilarikan atau tidak lama
kemudian setelah dilahirkan (Pasal 341-343 KUHP)
 Kejahatan terhadap nyawa seorang anak yang masih dalam kandungan
seorang perempuan (Pasal 346- Pasal 349 KUHP),

3
GOL 1 ;KEJAHATAN YANG DILAKUKAN TERHADAP NYAWA MANUSIA
PADA UMUMNYA
PEMBUNUHAN;
 Menurut Pasal 338 KUHP, pembunuhan didefinisikan sebagai ’dengan sengaja
menghilangkan nyawa orang lain’.
 Pasal 338 KUHP disebut sebagai pembunuhan biasa, Pasal 339 KUHP disebut
pasal pemberatan, Pasal 340 disebut pasal pembunuhan berencana.
 KUHP tidak melarang untuk melakukan bunuh diri, tetapi tidak diperbolehkan
orang lain membunuh orang atas permintaan sendiri (pasal 344 KUHP)
Mengenai pembunuhan diatur mulai Pasal 338 KUHP, yang menyatakan ”Barang
siapa yang dengan sengaja melenyapkan nyawa orang di hukum karena bersalah telah
melenyapkan nyawa orang (membunuh).
Ancaman hukumannya maximum 15 tahun.
Kejahatan ini termasuk di dalam tindak pidana yang disebut tindak pidana
materieel/materieel delict, di mana kejahatan baru dianggap selesai, apabila akibatnya
telah terjadi, tidak dirumuskan cara bagaimana pembunuhan itu dilakukan.
Pembunuhan di atas disebut ’pembunuhan biasa’ dalam bahasa asing dinamakan
’doodslag’, di mana diperlukan suatu perbuatan yang mengakibatkan kematian orang
lain, sedangkan kematian itu disengaja, artinya dimaksud, termasuk dalam niat pembuat.
Maksudnya untuk kesempurnaan peristiwa pidana ini tidak cukup dengan dilakukannya
perbuatan itu akan tetapi menjadi syarat juga adanya akibat dari perbuatan itu. Oleh
karena orang dapat dikatakan telah membunuh apabila terjadi kematian dari yang
menjadi korbannya.
Unsur-unsur dari tindak pidana ini ialah :
1. Perbuatan itu harus disengaja, dan kesengajaan ini harus timbul seketika itu juga
(Dalus repentinus/ dalus impetus) yang ditujukan kepada maksud supaya orang
itu mati. Jadi tujuan dari perbuatan ini adalah matinya seseorang, dan tidak
dipersoalkan bagaimana cara teknik mengenai membunuhnya.
misal : dengan tembakan atau dengan tusukan atau dengan pukulan
Jadi wujud dari perbuatannya tidak dipersoalkan.

4
2. Orang yang dimaksud adalah orang lain selain daripada dirinya, meskipun
terhadap orang tuanya sendiri atau saudaranya sendiri.
3. Melenyapkan nyawa harus merupakan perbuatan yang positif, dan konkrit
maupun dengan perbuatan yang kecil. maksudnya adalah perbuatan yang
dilakukan dengan nyata dengan niat/kesengajaan.
Hal ini berhubungan dengan pembuktian didepan sidang Pengadilan.
Contoh : harus ada/ kelihatan senjatanya, bekas-bekasnya pada tubuh orang itu
atau lain-lain yang menurut visum dokter itu adalah perbuatan dari
orang lain ini tidak termasuk dalam cara pembunuhan secara
kebathinan atau guna-guna. Hal ini tidak bisa diadili karena tidak ada
bukti-bukti. Kematian semacam ini merupakan kematian biasa saja,
walaupun itu guna-guna. Maksud dari perbuatan sekecilpun adalah
tidak usah merupakan perbuatan yang kelihatan secara mengagetkan
atau mengerikan, tetapi cukup dengan memberi racun, suntikan yang
kelihatannya tidak berbahaya.
4. Perbuatan ini harus menyebabkan matinya orang.
ini ada 2 macam :
a. Beberapa saat setelah dilakukan perbuatan itu, dan waktunya tidak ditentukan.
Yang penting disini harus ada hubungan antara perbuatan itu dengan
kematian.
misal: bila disuntik, setengah jam kemudian mati.
tetapi harus ada hubungan antara suntikan itu dan matinya tersebut.
lain hal bila orang itu mati tidak ada hubungannya suntikan itu.
misal : orang tua yang sakit jantung, kaget mendengar tembakan dari luar
sehingga mati.
maka tidak ada hubungan antara tembakan dengan matinya orang tua tersebut.
syaratnya orang yang melakukan tembakan tidak tahu ada nenek tua sakit
jantung itu. jadi harus ada unsur ketidak sengajaan.
jadi harus di teliti motivasinya apakah ada hubungan dengan kematian itu atau
tidak.

5
b. Seketika itu juga
seketika itu maksudnya bahwa tidak ada tenggang waktu antara perbuatannya dengan
kematian si korban. jadi kemungkinan bahwa perbuatan itu sangat keras.
ini juga merupakan suatu pertimbangan dalam menjatuhkan hukuman karena
perbuatan yang (a) dan (b) itu lain perbuatan yang b lebih berat lebih berat
ancamannya karena lebih kejam perbuatannya.
dalam keyakinan hakim dilihat bagaimana motivasi perbuatan ini. motivasi ini
yang menjadi pertimbangan. mengapa sama-sama membunuh tetapi hukumannya
bebeda?
hal ini tergantung kepada motivasinya, motivasi ini dinilai oleh hakim dan jaksa.
misal: hukumannya ada yang 15 tahun, 10 tahun, 5 tahun ini motivasinya berlainan
dalam pembunuhan itu.
macam pembunuhan yang diatur dalam pasal 338 ini merupakan kejahatan
pembunuhan bentuk pokok dari peristiwa pidana terhadap nyawa seseorang.
selain daripada bentuk pokok ini ada juga pembunuhan yang diikuti/disertai atau
didahului dan tindak .pidana. lain yang tujuannya untuk mempersiapkan atau
mempermudah perbuatan itu.
misal: mengilangkan hal-hal yang merintangi pembunuhan itu.
contoh: (a) tujuan pemebunuhan kepada A tetapi ada yang b yang menghalangi maka
sebelum membunuh A maka B dibunuh dahulu.
Dan bukan saja orang, mungkin hal lain yang menghalangi.
misal : untuk membunuh A merusak dahulu pintu/tembok jadi dalam hal ini ada 2
tindakan merusak dan membunuh.
kalau mempersiapkan kemungkina orang yang dituju itu kuat, maka tidak
mungkin dilakukan sendiri o;eh karena itu pelaku meminta bantuan orang lain untuk
melakukan persiapan pembunuhan tersebut.
Dalam hal ini ada dader & mededader.
Selain itu juga untuk melepaskan diri dalam hal kedapatan tangan berbuat
(tertangkap tangan).
Maksudnya kedapatan pada waktu dia melakukan kejahatan.

6
Orang yang demikian itu adalah mempunyai sifat nekad, apa saja akan dia
perbuat, asal ia lepas.
Kemungkinan dia lakukan :
1. Melarikan diri
2. Melawan
*) Dalam hal melawan, maka dia telah melakukan tindak pidana lain
misal: memukul, melukai badan, menikam dan sebagainya.
Akibatnya dapat memperberat tindak pidana pokok.
maksud perlawanan :
Selain itu juga supaya yang dikuasainya tetap ditangannya (tidak hilang).
*) Kalau melarikan diri, maka dalam hal ini tidak melakukan tindak pidana pokok
yang diancam.
Bentuk dalam pembunuhan ini disebut pembunuhan terkwalifikasi atau gaqulificeerde
doodslag.
Ancaman hukumannya lebih berat yang pertama (1) maximum 20 tahun.
Dalam hal ini juga tidak selalu dikenakan hukuman yang maximum akan tetapi
melihat juga pada motivasinya.
mungkin : 18 tahun, 16 tahun, tetapi tidak lebih rendah dari 15 tahun.
Unsur-unsur dalam gaqulificeerde doodslag :
1. Pembunuhan ini dilakukan dan maksud untuk mempersiapkan suatu perbuatan
pidana lain yang dilakukan sesudah pembunuhan itu atau sedang, sesaat
melakukan tindak pidana atau sebelum dilakukan tindak pidana.
2. Perbuatan-perbuatan lain ini maksudnya untuk mempermudah dilakukannya
tindak pidana lain, atau membela dirinya atau peserta atau untuk apa yang
dikuasainya tidak lepas dari padanya.
Sebelum tindak pidana : misal membunuh orang lain dahulu.
Sesaat/sedang dilakukan tindak pidana misal : membela diri.
Srsudah dilakukan tindak pidana mempertahankan apa yang dikuasainya.
3. Kalau pembunuhan itu dilakukan :
1. bersama-sama dengan orang lain/lebih dari satu orang.

7
2. didalam keadaan bencana alam, misal : gempa bumu, banjir atau gunung
meletus dan lain-lain.
misal : membunuh A ketika gunung meletus, sehingga tidak terdengar atau
disangka orang itu mati karena gunung itu meletus.
Atau dalam hal-hal darurat misal : dalam kendaraan yang sedang berjalan,
atau permainan yang membahayakan : SKI
4. Dalam hal pembunuhan yang mempergunakan lambang atau pakaian dari negara.
Misal : melakukan pembunuhan dengan pura-pura sebagai alat negara.
Atau memakai lambang negara.
Misal : kejahatan memakai bendera merah putih atau lambang Garuda Pancasila
dan sebagainnya.

Perbedaan Doodslag dan Moord


Doodslag : pembunuhan biasa yang diatur dalam KUHP Pasal 338
Moord : pembunuhan berencana, yang diatur di dalam Pasal 340 KUHP
Pembunhan berencana ini merupakan bentuk yang memberatkan peristiwa pidana seperti
juga didalam Pasal 339 KUHP ada hal-hal yang memberatkan kesalahan bagi yang
melakukannya, dan tidak termasuk faktor-faktor yang dimaksudkan dalam Pasal 58
KUHP yang dapat menghapuskan mengentengkan atau menambah hukuman dan yang
hanya mempengaruhi taraf hukuman terhadap orang yang melakukannya. Hal-hal yang
memberatkan suatu peristiwa pidana yang dimaksudkan dalam Pasal 339 dan Pasal 340
KUHP berlaku jugauntuk yang membantu melakukan pembunuhan berencana, walaupun
si pembantu itu sendiri tidak ikut merencanakan.
Jadi terhadap pembantu itu tidak dapat dikenakan pengurangan hukuman dengan hanya
dihukum kurang 1/3 dari hukum pembunuhan biasa, tetapi harus dikenakan hukuman
kurang 1/3 dari hukuman yang disebut dalam Pasal 340 KUHP.
Jadi kesalahannya tetap membantu pembunuhan yang direncanakan walaupun ia
sendiri tidak ikut merencanakannya.
Unsur-unsur dari kejahatan ini :
1. Adanya kesengajaan disebut Dolus premi ditatus, yang maksudnya kesengajaan
yang harus disertai dengan perencanaan terlebih dahulu.

8
2. Bentuk pembunuhan ini berbeda dengan pembunuhan yang diatur di dalam
pikiran yang bersasal sebelum melakukan perbuatan itu. Pasal 340 KUHP berlaku
apabila :
yang bersalah didalam keadaan tenang memikirkan untuk melakukan
pembunuhan itu dan kemudian melakukan maksudnya, tidak menjadi soal berapa
lama, waktunya (voorbedachten rade).
maksudnya dalam keadaantenang berpikir.
Jadi sebelum melakukan pembunuhan ada waktu ketenangan berpikir.
Misal : x akan membunuh y.
v.r
x--------!----------- !---------y

Ada waktu ketenangan berpikir apakah akan menerusakan pembunuhan atau


tidak. Bila setelah ada ketenangan berpikir terus melakukan, dinamakan mord.
Di dalam ketenangan berpikir ini ada 2 masalah yang bisa dipikirkan :
1. diteruskan atau tidak membunuhnya, kalau mereka sadar tidak diteruskan, bila
tidak maka dilakukannya.
2. cara/teknik bagaimana membunuhnya atau kapan membunuhnya.
misal : cara membunuh dengan tembakan, pukulan, jaratan, dan sebagainnya
dimana saat lengahnya dan sebagainnya.
Perbedaan dengan doodslag.
Dari mulai marah sampai membunuh dalam keadaan tidak tenang, tidak ada
voorbedachte raad.
Didalam prasktek kelihatanbahwa cara pembunuhan dalam doodslag tidak ditemukan
cara-cara/ teknik yang diatur.
karena marahnya membunuh bagaimana saja dan saatnya kapan saja, tidak ada yang
diatur/perencanaan.
Dan sasarannya dalam moord terlihat sasaran pembunuhannnya. Misal; menikan
pada jantung, leher dan sebagainya. Tetapi pada doodslag tidak terlihat sasaran
pembunuhannya.

9
Pasal 344 KUHP, mengancam hukuman penjara selama-lamanya dua belas
tahun ;’Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri,
yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh’
Unsur yang penting di sini adalah ’ atas permintaan sendiri yang nyata dan
sungguh-sungguh’, jika tidak demikian , maka pembuat dikenakan pasal-pasal
pembunuhan biasa.
Dalam pasal-pasal tentang pembunuhan senantiasa yang dihukum itu
menghilangkan jiwa orang lain.Apabila menghilangkan jiwa sendiri ( bunuh diri ) itu
tidak dapat dihukum ?
’Bunuh diri’ tidak dihukum, akan tetapi; ’dengan sengaja menghasut orang lain
untuk membunuh diri, menolong ke arah terlaksananya bunuh diri, atau memberikan
daya untuk itu, jika orang yang dihasut dan sebagainya betul-betul jadi bunuh diri’, dapat
dihukum menurut Pasal 345 KUHP.
Orang yang dihasut itu harus betul-betul jadi bunuh diri dan mati, jika tidak sampai mati,
maka penghasut tidak dapat dihukum.

GOL;2 KEJAHATAN TERHADAP SEORANG ANAK SAAT DILAHIRKAN ATAU TIDAK


LAMA SETELAH DILAHIRKAN.
Pasal 341 KUHP ( kinder doodslag );
- Seorang ibu yang merampas nyawa anaknya sendiri.
- Unsur pentingnya yaitu takut diketahui bahwa anaknya adalah
hasil hubungan gelap.
Pasal 342 KUHP (kinder moord ); Ketika anak masih dalam kandungan, ada
niat untuk dibunuh, misalnya karena lelakinya tidak mau bertanggung jawab.
Pasal 343 KUHP ; Membantu proses pembunuhan anak yang masih dalam
kandungan
KINDERDO0DSLAG DAN KINDER MOORD
Diatur dalam pasal341 dan 342 KUHP
kinder doodslag (341) pembunuhan bayi atau anak kecil ada 2 macam :
- Pembunuhan bayi yang tidak direncanakan
- Pembunuhan bayi yang direncanakan terlebih dahulu.

10
Unsur-unsur dalam kinder doodslag :
1. Yang melakukan perbuatan ityu adalah yang menjadi ibu dari anak yang dibunuh itu.
apakah siibu itu mempunyai suami atau tidak, tidak menjadi soal.
2. perbuatanh itu dilakukan karena dihinggapi perasaan takut diketahui orang bahwa ia
melahirkan anak. perasaan takut begitu menekan dan meliputi seluruh pikiran si ibu
sampai dapat mengalhakan rasa cinta sebagai ibu terhadap anaknya. faktor inilah
yang mempengaruhi pembuat UU untuk menetapkan ancaman hukumanya yang lebih
ringan dari pembunuhan biasa.
Ditinjau dari sudut keseimbangan keadilan memang ada alasan untuk itu karena ia
telah merasakan hukuman moril yang timbul dari perasaan menyesal dan dosa,
terhadap tuhan yang mungkin dirasakan berat daripada sisksaan hukuman penjara.
Jadi bila kita bandingkan dengan sanksi dengan pembunuhan biasa lebih ringan.
Di sini sebenarnya tidak ada unsur kesengajaan, akan tetapi karena dorongan yang
kuat dari perasaan takut atau malu. pembunuhan ini dilakukan seketika setelah bayi
itu dilahirkan. sehingga tidak ada tenggang waktu untuk berpikir dengan tenang.
Perbedaan dengan Kinder Moord.
Dalam soal waktunya : yaitu dalam Kinder Moord yang diatur dalam pasal 342
dilasanakan tidak lama sesudah dilahirkan, dengan tidak ditentukan berapa lama
waktunya. aperbuatan ini dapat dituntut karena melakukan kesalahan membunuh
yang direncanakan terhadap anaknya.
Didalam praktek Kelihatan bahwa antara Kinder Doodslag dan KinderMoord itu
terdapatnya persiapan dari ibunya untuk melakukan pembunuhan terhadap anaknya.
misal dalam cara membunuhnya atau cara menghilangkan jejak.
Dalam pasal 341 (KinderDoorslag).
anak itu cara menghilangkan jejaknya tidak rapi.
Dalam pasal 342 (KinderMoord).
Cara menghilangkan anak itu dengan rapi.
Itu menandakan bahwa hal ini sudah dipersiapkan sebelumnya, tandanya sudah ada
ketenangan berfikir, cara membunuh bayi dan kemana dibuangnya. kalau tenyata sudah
diketahui cara-caranya, kita dapat menerapkan apakah kinder mord atau kinder
doordsalg.

11
pasal 342 (kindermoord) ancanman hukuman lebih berat dari pasal kinderdoordslag
dalam pasal 342 : 9 tahun
341 : 7 tahun
Pasal 343 KUHP ; Membantu proses pembunuhan anak yang baru dilahirkan atau turut
serta melakukan pembunuhan anak yang baru dilahirkan, apabila seorang ibu membunuh
anak yang baru dilahirkan bersama-sama dengan orang lain, maka dalam hal ini terhadap
fihak ke 3 yang turut serta dikenakan pasal 338 atau pasal340 KUHP.
fihak ke 3 tidak bisa menikmati keringanan pidana, untuk itu si ibu kandung yang
dipakai pasal 341 atau pasal 342 KUHP.
Ratio, mengapa dalam penuntutan berbeda dengan fihak ke 3, karena fihak ke 3
tidak mempunyai masalah pribadi yang meringankan, karena tidak ada hubungan darah
dengan si bayi.
Apa latar belakang bayi dilahirkan kemudian dibunuh, berarti si bayi itu ada
hubungan yang tidak normal,untuk menghilangkan rasa malu.Siksaan selama 9 bulan
selama masih mengandung ini merupakan hukuman bagi si ibu, karena takut, gelisah ini
merupakan hukuman Tuhan, hal ini tidak adil kalau fihak ke 3 menikmati keringanan
hukuman.
Bentuk penyertaan yang nampak disini turut serta yang berdiri sendiri tidak perlu
dikaitkan dengan pasal 55 KUHP.

GOL 3 KEJAHATAN TERHADAP NYAWA YANG MASIH DALAM KANDUNGAN


Diatur dalam Pasal 346 sampai Pasal 349 KUHP
Abortus terdiri dari :
1. Abortus spontanius,
2. Abortus habitualis
3. Abortus provocartus therapeticum (medicinalis)
4. Abortus provocartus criminalis,
ad.1 Abortus spontanius
Kehamilan pada setiap waktu sebelum saatnya dapat berakhir sendiri satu waktu
tanpa adanya penyakit atau gangguan dari luar.

12
Keguguran dapat disebabkan oleh karena penyakit shypilis, infeksi akut atau
dengan demam tinggi seperti penyakit malaria.
Atau keguguran dapat disebabkan juga oleh karena kelainan rahim.

ad.2 Abortus habitualis


Adakalanya seorang wanita mudah sekali mengalami keguguran yang disebabkan
gangguan dari luar yang amat ringan sekali umpamanya terpeleset, skipping, naik
kuda, naik sepeda, bersetubuh.
Bila keguguran hampir tiap kali terjadi pada tiap-tiap kehamilan, maka keadaan
ini diberi nama ”abortus habitualis”.
Biasanya abortus ini terjadi pada kandungan ke lima sampai minggu ke enam
belas.
Untuk mencegah salah paham yang tepat, yaitu kehamilan dalam minggu:4
minggu= 1(satu) bulan.
Biasanya janin bersarang erat sekali dalam kandungan sehingga keberatan apapun
dari luar belum dapat menyebabkan keguguran, bahkan lebih dulu membahayakan
jiwa si ibu.
ad.3 Abortus provocartus therapeticum (medicinalis)
Ada kalanya untuk menolong jiwa si ibu, kehamilan perlu diakhiri, umpamanya
pada :
- kehamilan diluar kandungan
- sakit jantung yang parah
- penyakit ginjal yang parah
- penyakit TBC paru-paru yang parah
- tekanan darah tinggi
- kanker buah dada
- kanker leher rahim

Indikasi untuk melakukan abortus jenis ini sedikit-dikitnya harus ditentukan oleh
2 orang dokter spesialis, yaitu :
- seorang dokter ahli kebidanan dan

13
- yang lain misalnya : seorang dokter ahli penyakit dalam atau seorang ahli
penyakit jantung dan sebagainya.
ad.4 Abortus provocartus criminalis
Abortus jenis ini dapat dilakukan oleh :
- diri sendiri
- orang lain=abortus
- diri sendiri dengan bantuan orang lain.
Dalam pembunuhan anak, harus dibedakan dengan abortus.
Abortus : maksudnya menggugurkan kandungan.
Ada 2 macam abortus yang disengaja ;:
1. Abortus karena alasan medis
2. Abortus karena kejahatan/criminalis
Yang diancam hukum adalah abortus karena kejahatan, dikenakan Pasal 346 KUHP.
Sedangkan abortus karena alasan medis tidak bisa dihukum. berdasarkan UU NO 23
TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN
misal : Bila melahirkan si Ibu akan meninggal, dari pada si Ibu meninggal, maka lebih
baik jabang bayi yang digugurkan
Yang dilarang adalah abortus karena kejahatan, dimana tidak ada alasan ibunya
sehat, bayinya sehat.
*) Dan alasan apapun tidak ada alasan apapun tidak bisa diterima.
Misal :
1. Kekurangan ekonomi :
punya anak tidak bisa mengurus
2. alasan sosial :
akibat perlakuan dalam masyarakat dari calon Ibu.
misal : Ibu nyeleweng sehingga ia tidak punya suami yang sah.
Jadi abortus yang diterima hanya karena alasan medis, karena alasan kesehatan atas
nasehat dokter.
Ini berlaku di Indonesia. sedangkan di Swedia, Singapura alasan apapun bisa
diterima.

14
Bagi yang membantu pelaksanaan abortus dokter, bidan, tukang obat atau dukun,
membantu pelaksanaan tersebut dapat dikenakan 1/3 lebih berat daripada hukuman yang
diancamkan pada Pasal 347 dan Pasal 348 KUHP, dan dapat dikenakan hukuman
tambahan yaitu dicabut haknya untuk menjalankan mata pencaharian.
Hak-hak yang diambil dalam Pasal 35 KUHP.
misal : hak praktek atau menjalankan pekerjaan itu.
tetapi dokter yang membantu abortus karena kejahatan yang dapat dihukum.
Yurisprudensi, telah membuat batasan apa yang disebut buah kandungan/janin. menurut
Yurisprudensi : Janin itu harus telah bernyawa dan mulai bergetar dalam kandungan ibu,
tetapi waktunya tidak dipastikan.
Dalam praktek batasnya 2 bulan, kalau umurnya sudah 2 bulan lebih itu tidak termasuk
abortus lagi, tetapi termasuk pembunuhan bayi.

DASAR HUKUM PEMBUNUHAN MENURUT HUKUM ISLAM :


 DAN BARANGSIAPA YG MEMBUNUH SEORANG MUKMIN DG
SENGAJA, MAKA BALASANNYA IALAH JAHANAM (4:93).
 DAN TIDAK LAYAK BAGI SEORANG MUKMIN MEMBUNUH SEORANG
MUKMIN (YGLAIN), KECUALI KARENA TERSALAH (tidak sengaja), dan
barangsiapa membunuh seorang mukmin karena bersalah (hendaklah) ia
memerdekakan seorang hamba sahaya yg beriman serta membayar diat ..........( 4;
93).
 Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan......
(6 :151) dan (17 :31)
 Sesunggunghnya membunuh mereka adalah suatu dosa besar. (17: 31).
 DIWAJIBKAN ATAS KAMU QISHASH BERKENAAN DG ORANG-ORANG
YG DIBUNUH (2 :178)
 MAKA DENDANYA IALAH MENGGANTI DG BINATANG TERNAK
SEIMBANG DG BURUAN YG DIBUNUHNYA (5:30)

KEJAHATAN TERHADAP TUBUH MANUSIA

15
Tubuh berarti badan, Penganiayaan diatur dalam Pasal 351 sampai Pasal 358 KUHP
Penganiayaan itu pertama-tama diancam hukuman dalam pasal 351 KUHP, yang
bunyinya :
(1) ”Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua tahun
delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4500,-
(2) Jika perbuatan itu menjadikan luka berat, tersalah dihukum penjara selama-
lamanya lima tahun.
(3) Jika perbuatan itu menjadi mati orangnya, dihukum penjara selama-lamanya tujuh
tahun
(4) Dengan penganiayaan disamakan dengan sengaja merusak kesehatan orang.
(5) Percobaan melakukan kejahatan ini tidak dihukum”. Ini biasa dinamakan
Penganiayaan biasa.
Sebagaimana ternyata dalam pasal tersebut di atas undang-undang tidak
memberikan perumusan apa yang dinamakan ”penganiayaan” itu.
Menurut jurisprudensi pengadilan maka yang dinamakan dengan ”penganiayaan”
yaitu : ’sengaja 1) menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan), 2) menyebabkan
rasa sakit (pijn), atau 3) menyebabkan luka’.
Menurut ayat (4) dari pasal 351 KUHP di atas yang disamakan dengan
penganiayaan yaitu :”sengaja merusak kesehatan orang”.
1) menyebabkan perasaan tidak enak” misalnya : mendorong orang terjun ke kali,
sehingga basah kuyup, suruh orang berdiri berjam-jam di terik matahari dan
sebagainya.
2) ”Rasa sakit” artinya ”pijn” bukan ”ziek”, misalnya mencubit, mendupak,
memukul, menempeleng dan sebagainya.
3) ”luka” misalnya : mengiris, menusuk, memotong dengan pisau dan sebagainya
sehingga terluka.
4) ”Merusak kesehatan orang” misalnya orang sedang tidur dan berkeringat di buka
jendela kamarnya, sehingga orang itu masuk angin, memberi minum orang
dengan racun atau bahan-bahan yang merugikan, sehingga orang itu menjadi sakit
(terganggu kesehatannya).

16
Semuanya itu harus dilakukan dengan sengaja dan tanpa maksud yang patut atau
melewati batas yang diizinkan. Umpamanya seorang dokter gigi mencabut gigi dari
paseinya. Sebenarnya ia sengaja menimbulkan rasa sakit, akan tetapi perbuatannya itu
bukan penganiayaan, bahkan perbuatan sosial, oleh karena ada maksud baik (mengobati).
Seorang bapak memukul pada anaknya dengan tangan, karena anak itu nakal. Inipun
sebenarnya suatu penganiayaan, karena ada maksud yang patut (mengajar) peristiwa itu
tidak dianggap sebagai penganiayaan yang dapat di hukum.
Walaupun demikian kedua peristiwa tersebut di atas bila dilakukan dengan
”melewati batas yang diizinkan”, misalnya dokter tadi mencabut gigi sengaja tidak
memakai suntikan pati-rasa dan dengan secara sambil bergurau senda, atau seorang bapak
tadi mengajar anaknya memukul dengan sepotong besi dan dikenakan pada kepalanya,
maka perbuatan-perbuatan itupun di pandang sebagai penganiayaan yang dapat dihukum.
Menurut undang-undang penganiayaan-penganiayaan itu dibedakan atas lima
macam, yaitu:
1. Penganiayaan ringan (Pasal 352 KUHP)
2. Penganiayaan biasa (pasal 351 KUHP)
3. Penganiayaan biasa yang direncanakan lebih dahulu (pasal 355 KUHP)
4. Penganiayaan berat (pasal 354 KUHP) dan
5. Penganiayaan berat dengan direncanakan lebih dahulu (pasal 355 KUHP)
Penganiayaan berat tersebut dalam pasal 354 KUHP yaitu : dengan sengaja
melukai berat
,yaitu luka berat berarti; orang lain.

Yang diartikan dengan luka berat dalam pasal 90 KUHP


 jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali, atau yang menimbulka bahaya maut
 tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian;
 kehilangan salah satu pancaindera;
 mendapat cacat berat (verminking);

17
 menderita sakit lumpuh;
 terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
 gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.
; Menurut ayat (2) pasal 354 di atas maka diancam dengan hukuman yang lebih
berat, apabila penganiayaan berat itu mengakibatkan orang mati.
”Direncanakan lebih dahulu” artinya dengan dirancang lebih dahulu, sebelumnya
melaksanakan maksudnya untuk menganiaya dipikir-pikir lebih dahulu bagaimana cara
yang sebaik-baiknya untuk melaksanakan itu. Ini adalah terjemahan dari bahasa Belanda
”met voorbedachten rade”. Antara timbulnya maksud untuk menganiaya dengan
pelaksanaanya ada tempoh bagi si pembuat untuk dengan tenang memikirkan dengan
cara bagaimanakah penganiayaan itu akan dilakukan.”Tempoh” ini tidak boleh terlalu
sempit akan tetapi sebaliknya juga tidak perlu lama, yang penting ialah apakah dalam
tempoh itu pembuat dengan tenang masih dapat memikirkan, yang sebenarnya ia masih
ada kesempatan untuk membatalkan niatnya akan melakukan penganiayaan itu, akan
tetapi tidak ia gunakan.
Penganiayaan berat dengan direncanakan lebih dahulu diancam hukuman dalam
pasal 355 (1) KUHP sedangkan jika perbuatan ini mengakibatkan matinya orang yang
dianiaya, diancam dengan hukuman yang lebih berat dalam ayat (2) dari pasal itu.
Apakah yang dimaksudkan dengan penganiayaan ringan?
Penganiayaan ringan tersebut dalam Pasal 352 (1) KUHP yaitu suatu
penganiayaan yang tidak :
a. menjadikan sakit (ziek); atau
b. menjadikan terhalang untuk melakukan jabatan atau pekerjaannya sehari-hari.
Misalnya A menempeleng B tiga kali di kepalnya, B merasa sakit (pijn) akan
tetapi tidak jatuh sakit (ziek) dan masih dapat melakukan pekerjaannya sehari-hari, maka
A telah berbuat ”penganiayaan ringan”. Umpama lagi : A sengaja melukai kecil jari
kelingking kiri B (seorang tukang biola orkes), sehingga jari kelingking B dibalut dan
terpaksa terhalang untuk menjalankan pekerjaannya sehari-hari bermain biola dalam
orkes, maka walaupun luka itu kecil saja, akan tetapi penganiayaan ini bukan
penganiayaan ringan, karena korbannya terhalang dalam pekerjaannya sehari-hari.

18
Di sini perlu diterangkan, bahwa penganiayaan dengan direncanakan lebih dahulu
tersebut dalam pasal 353 KUHP, penganiayaan berat pasal 354 dan Pasal 355 KUHP, dan
penganiayaan terhadap bapa, ibu, istri (suami), anak dan sebagainya (pasal 356)
senantiasa tidak bisa masuk penganiayaan ringan.
Apakah yang dinamakan dengan penganiayaan biasa? Penganiayaan biasa
tersebut dalam pasal 351 KUHP, yaitu pada hakekatnya semua penganiayaan yang bukan
penganiayaan berat dan bukan penganiayaan ringan, misalnya A memukul B dengan
sepotong kayu dua kali di kepalanya, sehingga mendapat lukap-luka dan terpaksa dirawat
di rumah sakit selama 3 hari. Penganiayaan ini tidak masuk penganiayaan berat (pasal
354), oleh karena luka yang diderita oleh B itu bukan luka berat yang tersebut dalam
pasal 90 KUHP, juga tidak masuk penganiayaan ringan (pasal 352) sebab oleh karena
lukanya itu B terpaksa terhalang dalam pekerjaannya sehari-hari, jadi penganiayaan itu
masuk penganiayaan biasa (pasal 351). Andai kata penganiayaan ini masuk pasal 353 (1)
KUHP.
Penganiayaan biasa, baik yang tidak direncanakan lebih dahulu (pasal 351 ayat
(1), maupun yang direncanakan lebih dahulu (pasal 353 ayat 1) itu diancam dengan
hukuman yang lebih berat, jika mengakibatkan luka berat (pasal 351 ayat 2 dan 3) atau
mengakibatkan mati orang yang dianiaya (pasal 353 ayat 2 dan 3)
Menurut pasal 356 KUHP maka ancaman hukuman yang ditentukan bagi semua
macam penganiayaan (kecuali penganiayaan ringan) dapat ditambah dengan
sepertiganya, jika penganiayaan-penganiayaan itu dilakukan terhadap :
a. ibunya,
b. bapanya yang syah,
c. isteri (suami)nya,
d. anaknya,
e. seorang pegawai negeri pada waktu atau sebab ia menjalankan pekerjaanya yang
syah atau
f. penganiayaan jika dilakukan dengan memakai bahan yang merusakkan jiwa atau
kesehatan orang.
Dalam pasal di atas tentang ibu hanya disebut ”ibu” saja, sedangkan mengenai
bapak dikatakan ”bapak yang syah”. Ini dimaksudkan oleh karena mengenai status

19
seorang ibu senantiasa mudah diketahui, yaitu wanita yang melahirkan anak itu, tetapi
mengenai status seorang bapak yang dapat diketahui hanya bapak yang ”syah” saja, yaitu
seorang laki-laki yang kawin dengan dengan wanita yang telah melahirkan anak itu,
apakah ia betul-betul bapaknya ? Tidak ada orang yang dapat memastikan.
Perlu ditekankan di sini, bahwa penganiayaan terhadap isteri sendiri itu menurut
ketentuan di atas diancam dengan hukuman yang lebih berat dari penganiayaan terhadap
orang biasa. Hal ini perlu saya tekankan disini, justru karena di kalangan masyarakat
yang tertentu ada pendapat yang kurang benar, bahwa menganiaya terhadap isterinya
sendiri itu dipandang sebagai soal yang enteng.
Sekarang jika dibandingkan antara penganiayaan biasa yang berakibat luka berat
(pasal 351 ayat 2) dan penganiayaan berat (pasal 354 ayat 1), maka nampaklah perbedaan
antara kedua peristiwa diatas, yaitu bahwa dalam ”penganiayaan berat” luka berat
disengaja (memang dikehendaki) oleh orang yang menganiaya, sedangkan dalam
”penganiuayaan biasa yang berakibat luka berat itu, maka luka berat di sini tidak
dikehendaki (tidak disengaja), akan tetapi hanya merupakan akibat saja yang tidak
dikehendaki oleh penganiaya.
Demikian pula hanya jika kita bandingkan antara penganiayaan biasa yang
berakibat mati (pasal 351 ayat 3), penganiayaan berat yang berakibat mati (pasal 354
ayat 2) dan pembunuhan (pasal 338), walaupun dalam semua hal itu korbannya mati,
tetapi nampaklah perbedaannya itu terletak dalam soal ”apakah yang disengaja (yang
dikehendaki) oleh orang yang berbuat”. Jika matinya korban itu dikehendaki, maka ini
adalah penganiayaan berat yang berakibat mati, dan jikalau baik mati, maupun luka berat
itu tidak dikehendaki, jadi sengajanya hanya ditunjukan kepada ”menyakiti biasa”, akan
tetapi perbuatan itu berakibat mati, maka peristiwa ini masuk ”penganiayaan biasa,
berakibat matinya orang”.
Perlu dijelaskan di sini, bahwa percobaan pada penganiayaan biasa (351) dan
pada penganiayaan ringan (352) tidak dihukum, sedangkan percobaan pada
penganiayaan-penganiayaan lainnya dapat dihukum.

20
KARENA SALAHNYA ATAU KELALAIANNYA MENYEBABKAN ORANG
LAIN MATI.

Pasal 359 KUHP menentukan bahwa barang siapa karena salahnya menyebabkan
matinya orang dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-
lamanya satu tahun.
”Mati” orang di sini tidak dimaksud sama sekali oleh pembuat, akan tetapi
kematian tersebut hanya merupakan akibat dari sikap kurang hati-hati atau kelalaian
terdakwa (delik culpa), misalnya seorang sopir mobil menjalankan mobilnya terlalu
kencang sehingga menubruk orang sampai mati, atau orang berburu melihat sosok hitam-
hitam dalam tumbuh-tumbuhan dalam hutan dikira babi rusa terus ditembak mati, tetapi
ternyata sosok hitam yang dikira babi rusa itu adalah manusia, atau seorang bermain-
main dengan senjata api, karena kurang berhati-hati meletus dan mengenai orang lain,
sehingga mati dan sebagainnya. Jika kematiannya itu dimaksud (dikehendaki), maka
terdakwa dikenakan pasal 338 atau 340 (pembunuhan).
Jika sikap kurang berhati-hati atau lalai orang itu menyebabkan luka saja, ia
dikenakan pasal 360 KUHP yang berbunyi :
(1) ”Barang siapa karena salahnya orang luka berat dihukum dengan hukuman
penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun”.
(2) ”Barang siapa karena salahnya menyebabkan orang luka sedemikian rupa
sehingga orang itu menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan jabatan
atau pekerjaannya sehari-hari, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya
sembilan bulan atau hukuman kurungan selama-lamanya enam bulan atau
hukuman denda setinggi-tingginya Rp.4500,-”.
Yang dapat dikenakan pasal ini ialah hanya jika perbuatan itu mengakibatkan
luka-luka seperti berikut :
a. luka berat tersebut dalam pasal 90 KUHP atau
b. luka yang menyebabkan jatuh sakit atau menyebabkan berhalangan melakukan
jabatan atau pekerjaan sehari-hari.
Jadi ”luka ringan” tidak termasuk dalam pasal ini. Akhirnya pasal 361 mengancam
hukuman lebih tinggi yaitu ancaman hukumannya ditambah dengan sepertiganya apabila

21
peristiwa dalam pasal-pasal 359, 360 itu dilakukan oleh orang yang melakukan jabatan
atau pekerjaannya, misalnya : tabib, bidan, akhli obat, masinis dan lain-lain, artinya jika
mereka itu dalam menunaikan tugas yang kurang berhati-hati, sehingga mengakibatkan
mati atau lika-luka tersebut diatas.

KEJAHATAN DAN PELANGGARAN TERHADAP HARTA KEKAYAAN


ATAU DELIK HARTA KEKAYAAN ( VERMOGENS DELICTEN)

Didalam Buku 11 KUHP Delik-Delik Harta Kekayaan tidak dihimpun


dalam satu Bab, melainkan tersebar secara terpisah-pisah. Diantaranya; kejahatan
pencurian, pemerasan,penipuan, penggelapan, penadahan, perusakan barang, perjudian
(delik perjudian walaupun ditempatkan dalam Bab Kesusilaan, namun termasuk juga
dalam delik harta kekayaan, namun dalam perpustakaan dinyatakan bermuka dua, oleh
karena perjudian itu dinyatakan secara ekonomis, merupakan pergeseran kekayaan
seseorang kepada orang lain. Dan harta benda disini merupakan nilai ekonomis ).
Ciri dari harta kekayaan ; yaitu hasrat atau maksud seseorang dalam melakukan
perbuatan untuk mendapatkan barang atau keuntungan secara melawan hukum , baik
dengan jalan terang-terangan atau diam-diam terhadap orang yang berhak atas barang
tersebut.
Delik Harta kekayaan meliputi :
 Bab XXII Buku II tentang pencurian
 Bab XXIII Buku II tentang pemerasan dan pengancaman,
 Bab XXIV Buku II tentang penggelapan barang,
 Bab XXV Buku II tentang penipuan,
 Bab XXVI Buku II tentang merugikan orang berpiutang dan berhak,
 Bab XXVII Buku II tentang penghancuran atau perusakan barang,
 Bab XXX Buku II tentang penadahan,
 Bab VII Buku III tentang pelanggaran-pelanggaran tentang tanah-tanah tanaman.
Pencurian (Diefstal)

22
Kejahatan pencurian dalam jenisnya Pasal 362 sebagai pencurian biasa atau dikatakan
pencurian dalam bentuh pokok, karena macamnya lebih dari satu , maka sumbernya
adalah Pasal 362, ini berarti bahwa unsur umum dari delik pencurian pasal 362 berlaku
juga bagi jenis pencurian lainnya.
Walaupun jenis pencurian yang lain seperti pasal 363, pasal 364, pasal 365, dan pasal 367
KUHP, memiliki unsur khusus yang tidak dipunyai oleh pasal 362.
Ada dua golongan unsur didalam pasal 362 KUHP;
1- Unsur obyektif ( unsur yang berada diluar pelakunya)
misal; barang siapa mengambil seluruh atau sebagian.
2- Unsur subyektif ( unsur yang melekat pada orang yang melakukannya)
ini berupa pada maksudnya berbuat ingin memiliki secara melawan hukum.
ke 1 ;
yang penting dalam rumusan Pasal 362 adanya penekanan pada unsur mengambil barang,
berarti yang dilarang disini adalah perbuatan, maka oleh pembentuk UU ini dinyatakan
sebagai delik formil ( delice met formeele omschryzing ) ,rumusan dengan pasal 362
yang dilakukan perbuatannya, akibatnya tidak penting.
ke 2 ;
yang penting adalah unsur barang, ternyata dalam peradilan pidana, penafsiran barang
mengalami perkembangan, baik dengan putusan HIR Negeri Belanda yang juga dianut di
Indonesia. Semula barang diartikan sebagai berwujud dan bergerak.
Berlakunya pengertian barang ditafsirkan luas termasuk barang tidak bergerak,
tetapi ia bergerak.
misal; arus atau daya listrik, gas ( tidak berwujud tapi bergerak ).
Unsur obyektif lainnya yaitu ’unsur mengambi’l, inipun dalam praktek peradilan
pidana juga mengalami perkembangan, semula perbuatan mengambil, (goed )= barang,
(wegnemen) = mengambil.
Mengambil semula ditafsirkan sebagai perpindahan barang dari satu tempat ke
tempat lain ,tetapi dengan tangan.
Perkembangan yang terjadi dimana perbuatan mengambil tidak selalu melalui tangan
orang lain, melainkan bisa dengan cara lain yang akhirnya bisa termasuk pengertian
mengambil dalam pencurian.

23
contoh ;
 mengambil pakai koin dimasukan kedalam alat. lalu keluar coca cola,
 sapi (ternak ), orang yang berada di sampingnya bisa mengakui pemiliknya,
 pengambilan gigi emas yang sudah meninggal.
Unsur zich toeeigenem / memiliki secara melawan hukum, ini mengalami
perkembangan, semula ukuran untuk mengatakan adanya unsur memiliki secara
melawan hukum selalu didasarkan pada sikap batin seseorang , yang melakukan ,
yaitu adanya maksud untuk memiliki secara melawan hukum, seolah-olah miliknya
sendiri. Th 1950 sikap batin ( maksud ) putusan yang terkenal pada tahun 1940 di
Negeri Belanda yaitu tentang apa yang dikatakan sebagai joy riding ( dinikmati).
Diatur dalam pasal 362-363 KUHP
Unsur khasnya adalah mengambil barang orang lain untuk memilikinya.
Jenis-jenis pencurian :
1. Jenis pencurian biasa ( Pasal 362 KUHP)
Unsur-unsurnya :
- mengambil,
- barang sesuatu,
- seluruhnya atau sebagian milik orang lain,
- dengan maksud dimiliki,
- dengan melawan hukum
2. Pencurian dengan pemberatan pidana/terkualifikasi ( Pasal 363 KUHP)
Unsur-unsurnya :
- pencurian ternak,
- pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan banjir, gempa bumi atau gempa
laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api,
huru-hara, pemberontakan, atau bahaya perang,
- pencurian di waktu malam,
- pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu,
- pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan dilakukan
dengan merusak sarana menuju barang tersebut
Unsur husus dari pasal 363 pencurian dengan pemberatan yaitu;

24
 dengan memanjat
 pada malam hari,
 pada waktu ada bencana,
Pasal 363 merupakan pencurian istimewa ;
 pencuria ternak
 pakai kunci palsu.
Kenapa ternak memberatkan ?
Ternak merupakan hewan berkuku sasu dan memamah biak , bagi masyarakat Indonesia
yang agraris ini merupakan yang sangat penting , ini salah satu yang memberatkan.

3. Pencurian ringan ( Pasal 364 KUHP)


Pencurian yang mana harga barang yang dicuri tidak lebih dari Rp.250,-
Pencurian ringan dalam KUHP masuk kejahatan ringan; penadahan ringan,
pencurian ringan, karena didasarkan pada nilai barang, saat ini kurang efektif
diterapkan, karena nilai rupiah bukan tambah tinggi, tapi malah merosot.

4. Pencurian dengan kekerasan ( Pasal 365 KUHP)


Pencurian dengan kekerasan ( diefstal met geweld ), istilah sehari-hari yaitu ;
penggarongan, perampokan, tapi pasal 365 punya unsur hkusus yang tidak
dipunyai pasal 362, untuk melakukan pencurian dengan kekerasan dapat diikuti,
disertai dan didahului dengan tindak pidana lain.
Dalam salah satu ayatnya tercantum kalimat, apabila pencurian dengan kekerasan
ini dilakukan oleh dua orang atau lebih bersama dan bersekutu, ini menunjukan
pada bentuk pengertian turut serta melakukan ( medepligen )
 Bewiste samen werking ( kerja sama kesadaran ),
 physieke samen werking ( kerja sama fisik )
dua kerja sama ini terhimpun pada pasal 365, kerja sama kesadaran muncul
sebelum mereka merampok atau mereka mengadakan perundingan, mengadakan
permufakatan untuk mengatur siasat dan strategi. kerja sama fisik ini nampak
pada saat mereka melakukan kejahatan, kerja sama fisik bukan saja sebelum
berbuat , tapi setelah berbuat adalah dalam pembagian hasil.

25
Dalam pasal 365, kita jumpai beberapa ancaman pidana pokok secara alternatif
dari pidana mati, sementara, sampai penjara seumur hidup, ini tergantung bahaya
yang ditimbulkan.

5. Pencurian dalam keluarga ( Pasal 367 KUHP)( familie diefstal)


Jika pembuat atau pembantu dari salah satu kejahatan adalah suami atau isteri dari
yang terkena kejahatan, dan tidak terpisah meja atau tempat tidur. Tidak bisa
dituntut secara pidana.
Pasal 367 terdiri dari 2 ayat ;
ayat 1 ;
menghapuskan penuntutan apabila suami istri yang terlibat masih dalam ikatan
perkawinan.
Rumusan pasal ini ; merupakan aspek keperdataan karena bukan masalah
perkawinan yang menjadi sarat melainkan pisah meja dan tempat tidur, juga pisah
harta kekayaan, maka kalau suami mencuri uang isteri atau sebaliknya ini tidak
bisa dituntut.
Juga menampakan adanya diskriminasi hukum terhadap golongan penduduk di
Hindia Belanda. diskriminasi disini berlaku karena mereka yang diterapkan pasal
367 dengan aspek keperdataan adalah golongan penduduk Eropah dan golongan
Timur Asing Tionghoa dan Timur Asing bukan Tionghoa yang agama nasraniatau
yang menyatakan minta hak & persamaan.

Pemerasan (Afpersing) dan Pengancaman (Afdreiging)


Diatur dalam pasal 368-371 KUHP
Pemerasan ( afpersing ) diatur dalam pasal 368 KUHP ;
’ Dengan maksud untuk menguntungkan dirinya atau orang lain dengan melanggar ,
memaksa orang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, supaya orang itu
memberikan sesuatu barang , seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang itu atau orang
ketiga, atau supaya orang itu menghutang atau menghapuskan pihutang’
tindak pidana ini diancam dengan penjara 9 tahun.

26
Unsur khas pemerasan adalah memaksa orang lain dengan kekerasan untuk
memberikan sesuatu. pemerasan mirip dengan pencurian dengan kekerasan.
Bedanya dengan pencurian dengan kekerasan adalah bahwa dalam pencurian
dengan kekerasan yang mengambil adalah pelaku sendiri mengambil barang yang dicuri,
sedangkan dalam pemerasan adalah si korban setelah dipaksa dengan kekerasan
menyerahkan barangnya kepada si pemeras ,dengan kekerasan atau ancaman kekerasan..
Pemerasan merupakan pengkhususan dari delik paksaan pada umumnya (pasal
335 (1) KUHP).

Pengancaman (afdreiging )
Diatur dalam pasal 369 KUHP , yang dituju adalah sama dengan ’ pemerasan’ pasal
368, bedanya ; cara yang dipergunakan si pelaku untuk mencapai tujuan itu , cara ini
melulu ancaman, tetapi bukan ancaman dengan kekerasan, melainkan dengan cara akan
menista atau membuka rahasia.
Tindak pidana ini dalam Bahasa Inggeris disebut ’Blacmail’, bahasa Perancis ’chantage’
Unsur Khas pengancaman adalah memaksa orang lain dengan ancaman untuk
memberikan sesuatu.
Persamaan dengan delik pemerasan adalah bahwa yang dituju di pelakunya adalah
sama, adapun perbedaanya adalah dalam cara-cara yang dipergunakan si pelaku untuk
mencapai tujuan, dalam hal ini dalam delik pengancaman adalah ancaman saja, bukan
ancaman dengan kekerasan melainkan membuka rahasia.

Penggelapan (Verduistering)
Diatur dalam pasal 372-Pasal 377 KUHP
Unsur khasnya adalah memiliki barang milik orang lain yang ada dalam
kekuasaannya. Barang ada dalam kekuasaanya tetapi bukan karena tindak pidana.
cotoh kasus : Pada saat si A berjalan-jalan di suatu terminal ia menemukan jam
tangan. A mengambilnya dan menjualnya.
A melakukan 2 tindak pidana:
1. Pencurian, yaitu terjadi ketika pertama A menemukan jam tangan tersebut ia
berniat untuk memilikinya.

27
2. Penggelapan, yaitu terjadi apapbila ia tidak berniat memilikinya dan ia akan
melaporkan ke polisi tetapi ia tidak jadi melapor melainkan menjualnya.
Jenis-jenis penggelapan meliputi:
1. Penggelapan biasa (Pasal 372 KUHP).
’Unterslagung’ atau ’Verduistering’ atau Penggelapan
 Unsur Subyektif ; opzeteljk atau sengaja.
 Unsur obyektif ;
1. Barang siapa,
2. zich wederrechteljk to eeigenen atau menguasai secara melawan
hukum,
3. suatu benda,
4. sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain,
5. berada padanya bukan karena kejahatan.
Pasal 372 KUHP = penggelapan bentuk pokok.
unsur ’ opzeteljk’ atau sengaja;
merupakan satu-satunya unsur subyektif didalam tindak pidana ’ penggelapan’;
yakni unsur yang melekat pada subyek tindak pidana ataupun yang melekat pada
pribadi pelakunya.

Unsur opzets atau kesengajaan ;


 telah ’menghendaki’ atau ’bermaksud’ untuk menguasai suatu benda
secara melawan hukum,
 ’ mengetahui’, bahwa yang ingin ia kuasai itu adalah sebuah benda,
 mengetahui bahwa benda tersebut sebagian atau seluruhnya adalah
kepunyaan orang lain, mengetahui bahwa benda tersebut berada
padanya bukan karena kejahatan.
wederrechteljk ; bertentangan dengan kepatutan didalam pergaulan masyarakat (
Van Bemmelen +Van Hatum )
zich toeeigenen ; menguasai seolah-olah ia adalah pemiliknya, ( Menteri
kehakiman Belanda ).

28
Bukan karena kejahatan; misal; dipinjamkan, disewakan, dititipkan,
dipercayakan, dijaminkan, dll.

2. Penggelapan ringan (373 KUHP).


Tindak Pidana Penggelapan ringan yakni, Tindak Pidana penggelapan dengan
unsur-unsur yang meringankan yaitu ;
 bukan merupakan ternak ,
 nilainya tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah ( Rp 250.-)

3. Penggelapan dengan pemberatan pidana (374 KUHP).


Tindak Pidana Penggelapan dengan unsur yang memberatkan, oleh doktrin
disebut qequalificeerde verduistering atau penggelapan dengan kualifikasi, yakni
tindak pidana dengan unsur-unsur yang memberatkan ;
 karena hubungan kerja pribadi,
 karena pekerjaannya,
 karena mendapat imbalan uang.

4. Penggelapan karena terpaksa, diberi barang untuk disimpan (375 KUHP).

5. Penggelapan barang dikalangan keluarga (376 KUHP).


Penipuan (Oplichting , bedrog)

Diatur dalam pasal 378-395 KUHP.


Pasal 378 KUHP, mengenai tindak pidana penipuan ( oplichting) dalam arti sempit,
sedangkan Titel xxv Buku 11 KUHP, memuat tindak pidana lain yang bersifat penipuan
dalam arti luas yang berjudul ’bedrog’
Pasal 378 KUHP ;
’Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum dengan memakai nama palsu atau martabat
(hoedanigheid) palsu, dengan tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan,
menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang, sesuatu kepadanya atau

29
supaya memberi hutang, maupun menghapuskan pihutang, diancam karena
penipuan, dengan pidana penjara palung lama empat tahun’

Kejahatan penipuan termasuk ’materieel delic’ artinya untuk kesempurnaan harus terjadi
akibatnya.
Unsur-unsur penipuan ;
1. Ada seseorang yang dibujuk atau digerakkan untuk memasrahkan suatu barang
atau membuat utang atau menghapuskan piutang.
Barang itu diserahkan oleh yang punya dengan jalan tipu muslihat., barang yang
diserahkan itu tidak usah kepunyaan sendiri, dapat juga kepunyaan orang lain.
contoh;
A menggadaikan emas atau barang kepada B, dengan menggunakan akal pasal
378 KUHP, lalu datang si K dan menipu si B, sehingga si B memasrahkan emas
tadi kepada si K, dengan demikian si K telah menipu si B, padahal emas itu
kepunyaan si A.

2. Penipu itu harus bermaksud untuk menguntungkan dirinya sendiri atau orang lain
tanpa hak,dari maksud itu ternyata bahwa tujuannya adalah untuk merugikan
orang yang memasrahkan barang itu.
Yang menjadi korban penipuan itu harus digerakkan untuk memasrahkan barang
itu dengan jalan;
 pemasrahan barang itu harus akibat dari tindak tipu daya.
 si penipu itu harus memperdaya korban dengan salah satu akal tersebut
dalam pasal 379 KUHP.

Sebagai akal penipuan Pasal 378 KUHP menyebut


 .Menggunakan nama palsu,
contoh; orang yang namanya Akum memakai nama Ahum.
 ,Menggunakan kedudukan palsu;
contoh; menyebutkan dirinya seorang pejabat tertentu atau seorang akhli waris
dan seorang yang meninggalkan budel warisan

30
 Menggunakan tipu muslihat;
contoh ;seseorang menerima uang dengan menyerahkan cek palsu atau cek
kosong, seseorang menarik pembayaran suatu rekening dengan memberi kwintasi
palsu.
 Menggunakan susunan belit dusta,
contoh ; rangkaian kebohongan, seseorang untuk diberi pinjaman.;
- isterinya sakit keras, ia harus membeli resep, ia kebetulan tidak mempunyai
uang,

Unsur khasnya penipuan adalah membujuk orang lain dengan tipu muslihat untuk
memberi sesuatu.
Persamaannya penipuan dengan pemerasan dan pengancaman adalah bahwa ketiganya
memiliki kesamaan mengenai akibat yang dituju, yaitu agar si korban menyerahkan suatu
barang atau membuat utang atau menghapuskan suatu piutang.
Adapun perbedaanya adalah pada cara yang dipergunakan si pelaku, dimana pada
penipuan yaitu dengan mempergunakan nama atau kedudukan paslu atau perbuatan tipu
muslihat (lisrige kunstgrepen) atau rangkaian kebohongan (samenweefsel van
verdichtsels
Pada pemerasan terjadi juga pemasrahan barang ,akan tetapi pemasrahan barang itu
bukan karena tipu daya melainkan dengan kekerasan.
Pada pengancaman, adalah pemasrahan barang dengan pengancaman penistaan atau
pembukaan rahasia.
Dalam pemerasan dan pengancaman ada unsur paksaan
Dalam penipuan ada unsur pembohongan.
kedua-duanya untuk menggerakan si korban agar berbuat sesuatu

Merugikan Orang Berpiutang


 Diatur dalam pasal 396-pasal 405 KUHP.

31
 Unsur khasnya adalah sebagai orang berutang berbuat sesuatu terhadap kekayaannya
sendiri dengan merugikan si berpiutang.

Penghancuran atau perusakan barang


 Diatur dalam pasal 406-412 KUHP.
 Unsur khasnya adalah melakukan perbuatan terhadap barang orang lain secara
merugikan tanpa mengambil barang itu.

Penadahan (Heling)
Diatur dalam pasal 480-485 KUHP.
Unsur khasnya adalah menerima atau memperlakukan barang yang diperoleh orang lain
secara tindak pidana.
Ada 3 kejahatan penadahan ;
1.Pasal 480 KUHP,
Tindak pidana penadahan biasa (bentuk pokok) yang digambarkan sebagai delik
pokok, karena sekali selesai.
2.Pasal 481 KUHP,Tindak pidana yang dilakukan sebagai kebiasaan,
Penadahan yang sifatnya memberatkan, penadahan dengan pemberatan atau
dimasukan pada delik kebiasaan untuk membuktikan kebiasaan harus dinyatakan
berulang-ulang sebagai pencaharian,
3..Pasal 482 KUHP. Tindak pidana Penadahan ringan
Unsur penadahan ;
 Barang siapa , menukar, menyimpan, menggadaikan dll.
 orang tersebut mengetahui atau sepatutnya menduga barang tadi dari kejahatan.
 unsur-unsur tadi harus ditunjang dengan motivasi ingin mengejar
keuntungan,mengetahui atau sepatutnya menduga ini merupakan unsur subyektif.
sepatutnya menduga / kealpaan.
 barang harus berasal dari kejahatan- kejahatan yang erat hubungannya dengan
pencurian, penipuan, pemerasan .
Didalam KUHP tidak dijelaskan, bagaimana mmbuktikan barang itu hasil
kejahatan ,sehingga hal ini diserahkan pada praktek.

32
Apa yang diungkap dalam praktet ;
1. barang tersebut tidak ada surat menyurat.
2. barang tersebut dijual jauh dibawah pasaran,
3. pada penyerahannya yang tidak lajim, misal ;pada tengah malam.
Barang berasal dari kejahatan ini mempunyai 2 sifat ;
1. tidak kekal ( kalau beralih tangan secara jujur dari rumah gadai)
2. kekal (kemana saja beralih tetap barang dari kejahatan)

Kejahatan perusakan barang ( beschadiging atau vernieling )


diatur dalam Buku II Bab ke XXVII KUHP, dari pasal 406 sampai 412 KUHP.
Unsur -unsur dalam pasal 406 ayat 1 KUHP ;
a. unsur-unsur obyektif ;
1. menghancurkan , merusak, membuat hingga tidak dapat dipakai atau
menghilangkan atau vernielen, beschdigen, onbruikbaar maken dan weg
maken ;
2. a. suatu benda atau eenig goed ;
b. yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain atau dat
geheel of ten deele aan een ander toebihort ;
b. Unsur- unsur subyektif ;
dengan sengaja dan secara melawan hak atau opzetteljk en wederrechteljk,
Unsur- unsur yang terdapat pada pasal 406 ayat 2 KUHP terdiri ;
a. Unsur-unsur obyektif ;
1. membunuh, merusak, membuat hingga tidak dapat dipakai atau menghilangkan
atau doden, beschadigen, onbruikbaar maken atau weg maken ;
2. a, seekor binatang atau een dier ;
b. yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain atau dat geheel of
ten deele aan een ander toebehoort ;
b. Unsur-unsur subyektif ;
dengan sengaja dan secara melawan hak atau opzettelijk.
Inti perbuatannya ; adalah membikin tidak dapat dipakai lagi.
Batasannya; barang harus kepunyaan orang lain

33
Pelanggaran-pelanggaran tentang tanah-tanah tamanan
 Diatur dalam pasal 548-551 KUHP.
 Unsur khanya adalah adanya tanah yang ditaburi, ditugali ataui ditanami yang dirusak
dengan cara berjalan atau berkendaraan ri atas tanah tersebut.

KEJAHATAN DAN PELANGGARAN MENGENAI KESOPANAN


Diatur dalam Bab XIV Buku II tentang Kejahatan Psl 281 smp Psl 303 KUHP
Meliputi :
 Bab XIV Buku II tentang kejahatan-kejahatan melanggar kesopanan
 Bab VI Buku III tentang pelanggaran-pelanggaran tentang kesopanan,
Masing-masing bab memuat dua macam tindak pidana:
1. Tindak pidana melanggar kesusilaan (zedelijkheid).
2. Tindak pidana yang melanggar kesopanan (zeden) yang bukan kesusilaan.
 Kejahatan-kejahatan yang masuk golongan ke-1 adalah yang termuat dalam pasal
281-299 KUHP, dan yang masuk golongan ke-2 adalah yang termuat dalam pasal
300-303 KUHP.
 Pelanggaran-pelanggaran yang masuk golongan ke-1 adalah termuat dalam pasal 532-
535 KUHP,dan yang masuk golongan ke-2 adalah yang temuat dalam pasal 535-547
KUHP.
 Kesusilaan berkaitan erat dengan patut atau tidak patutnya suatu perbuatan dengan
diri kita.
 Definisi kesusilaan tidak dapt secara sempit karena bukan hanya persoalan yuridis
saja tetapi juga menyangkut rasa keadilan dan kesusilaan dalam masyarakat yang tiap
komunitas masyarakat memiliki kriteria swndiri-sendiri.
Psl 281 KUHP :
“Diancam dg pidana penjara paling lama dua thn 8 bln atau pidana denda paling banyak
Rp, 4500, rupiah ;
1) Barangsiapa dg sengaja di muka umum melanggar kesusilaan;

34
2) Barangsiapa dg sengaja dan di depan orang lain yg ada di situ bertentangan dg
kehendaknya melanggar kesusilaan”
Arti; “di muka umum” yaitu “di tempat yang menjadi lalu lintas umum”; spt di jl raya, di
taman, di lapangan, di mall, di pasar, di station bus atau kereta api dll
Cth bukan orang Bali di Bali membuka dada didepan umum, dipandang sebagai ada
kesengajaan.
Arti “melanggar kesusilaan” artinya menimbulkan rasa malu seksual, atau “perbuatan
tersebut harus di cek pada moral publik” menurut Indonesia , pengertian melanggar
kesusilaan disesuaikan dg adat kebiasaan setempat yg tentu berbeda antara rakyat bali,
Aceh, Menado,Sulawesi Selatan atau Irian dll.
Arti “ dg sengaja dan di depan orang lain yg adda di situ bertentangan dg kehendaknya”
berarti orang yg hadir di situ tidak menghendaki tontonan semacam itu. Cth; dalam suatu
rapar di gedung tiba-yiba ada orang setengah telanjang menari, kecuali di Bangkok ada
live show yang orang pada ingi nonton.
Psl 282 KUHP; berbunyi :
1) “Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukan atau menempelkan di muka umum
tulisan, gambaran, atau benda yg telah diketahui isinya melanggar kesusilaan,
atau barangsiapa dg maksud utk disiarkan, dipertunjukan atau ditempelkan di
muka umum, membikin tulisan, gambaran atau benda tersebut, memasukannya ke
dalam negeri, meneruskannya, mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki
persediaan, ataupun barangsiapa secara terang-terangan atau dg mengedarkan
surat tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukannya sbg dapat diperoleh,
diancam dg pidana penjara paling lama satu thn 6 bln atau pidana denda paling
tinggi Rp 4500,-“
2) “Barang siapa menyiarkan, mempertunjukan atau menempelkan di muka umum
tulisan, gambaran atau benda yg melanggar kesusilaan, atupun barangsiapa dg
75maksud utk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum,
membikin, memasukkan ke dalam negeri, atau memiliki persediaan, ataupun
barangsiapa secara terang-terangan atau dg mengedarkan surat tanpa dimint,
menawarkan, atau menunjuk sbg dapat diperoleh, diancam, jika ada alasan kuat
baginya utk menduga, bahwa tulisan, gambaran atau benda itu melanggar

35
kesusilaan, dg pidana paling lama 9 bln atau pidana denda paling banyak Rp
4500,- rupiah”
3) Kalau yg bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama sebagai
pencarian atau kebiasaan, diancam dg pidana penjara paling lama 2 th 8 bln atau
pidana denda paling banyak Rp,75,- rupiah”
Delik ini bisa disebut
Delik Pornografi. Pasal ini tumpang tindih dg UU Pornografi (UU No. 44 Th 2009,
khusus psl 29 dan 32 )
Berdasarkan Psl 63 ayat 2 KUHP ( lex specialis derogate legi generali), maka yg harus
diterapkan ialah Psl 29 dan 32 UU mirip sekali dg Psl 282 KUHP.
Psl 29 UU Pornografi berbunyi :” setiap orang yg memproduksi, membuat,
memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor,
mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan atau menyediakan
pornografi sebagaimana dimaksud dlm Psl 4 ayat 1 dipidana dg pidana penjara paling
singkat 6 bln dan paling lama 12 thn dan atau pidana paling sedikit Rp 250.000.000.000,
(enam milyar)”
Psl 32 UU Pornografi berbunyi; “ setiap orang yg memperdagangkan, mempertontonkan,
memanfaatkan, memiliki, atau menyimpan produk pornografi sebagaimana dimaksud
dlm pasal 6 dipidana dg pidana penjara paling lama 4 thn dan atau pidana denda paling
banyak Rp 2.000.000.00000,00 (dua milyar)
Rumusan delik pornografi lebih luas dari pasal 282 KUHP dan ancaman pidana lebih
berat dan ada minimum khusus, maksimum smp 12 thn penjara..
MA memutuskan pd 3 januari 1961, “ tindak pidana tersebut pada pasal 282 tidak perlu
ada pengaduan (klacht).
Zina (Overspel)
 Diatur dalam pasal 284 KUHP.
 Terjadi apabila dua orang melakukan persetubuhan, yang mana salah satunya sudah
menikah.
 Pada kamus besar Bahasa Indonesia, kata zina artinya:
1. Perbuatan bersenggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terkait oleh
hubungan pernikahan (perkawinan).

36
2. Perbuatan bersenggama seorang laki-laki yang terkait perkawinan dengan seorang
perempuan yang bukan istrinya, atu perkawinan dengan seorang laki-laki yang
bukan suaminya.
Unsur Zina:
1. Pria dan wanita,
2. Mengetahui lawan jenis terkait perkawinan,
3. Melakukan Persetubuhan,
4. Adanya pengaduan.
 Di negara seperti Amerika Serikat, Perancis, dll, perbuatan zina sebagai delik telah
dihapus.
 Penghapusan zina sebagai delik, jika diamati perkembangan dunia dianggap
merupakan suatu hal yang logis, dengan alasan-alasan antara lain sebagai berikut:
- Perbuatan zina merupakan perbuatan tercala tetapi tujuannya untuk melindungi
perkawinan yang sah, sehingga diberi sanksi pidana, maka hal tersebut tidak dapat
dipertahankan karena rumusan mewajibkan mereka untuk bercerai. Kalau toh
akhirnya bercerai, akan sia-sia pemberian pidana yang bersangkutan.
- Penegakan terhadap hak asasi manusia yang telah berpengalaman luas, sehingga
kesamaan hak untuk menikmati seks dianggap milik setiap manusia yang telah
dewasa. Suami istri hidup berdampingan, sejajar tanpa ada merasa lebih tinggi
atau lebih perkasa.
- Menurut ilmu pengetahuan, sex dianggap sebagai suatu kebutuhan (need) orang
dewasa. Menyadari hal tersebut tidak jarang pada tentara atau pasukan yang
berperang atau bertugas lama, telah dibagikan kondom.

Perkosaan (Verkrachting/Rape)
 Datur dalam pasal 285 KUHP
 Dirumuskan berupa; ”Dengan kekerasan atau ancaman kekerasa memaksa seorang
perempuan untuk besetubuh dengan dia diluar perkawinan.”
 Dalam rancangan KUHP; marital rape (perkosaan yang dilakukan oleh suami
terhadap istrinya) termasuk bentuk perkosaan.
Persetubuhan dengan Perempuan di Bawah Umur

37
 Diatur dalam pasal 287 KUHP.

Homoseksual/Lesbian
 Menunjukan pada suatu perbuatan bersama melanggar kesusilan antara dua orang
berkelamin sama (laki-laki dengan laki-laki/homoseksual ataupun perempuan dengan
perempuan/lesbian).
 Dilarang apabila salah satu belum dewasa, dan yang sudah dewasalah yang dihukum.

Incest
 Persetubuhan yang dilakukan oleh orang tua atau wali terhadap anaknya.
 Diatur dalam pasal 294 KUHP.

Mucikari
 Diatur dalam pasal 296 KUHP.
Perdagangan anak
 Diatur dalam pasal 297 KUHP.

Abortus Provocartus
 Diatur dalam pasal 299 KUHP.

Menjual Minumann yang Membuat Mabuk


 Diatur dalam pasal 300 KUHP.

Child Abuse
 Diatur dalam pasal 301 KUHP.
 Mengemis; bila dilakukan oleh anak-anak, orang tuanya bisa ditahan karena termasuk
kejahatan.

Pornografi

38
 Diatur dalam pasal 282 ayat (1) KUHP (kejahatan) dan pasal 533 KUHP
(pelanggaran)
 Pornagrafi berarti tulisan, gambar, atau patung, atau barang pada umumnya yang
berisi atau menggambarkan sesuatu yang menyinggung rasa susila dari orang yang
membaca atau melihatnya.
 perdebatan sekarang masih terdapat grey area antara pornografi dan seni seperti kasus
yang terjadi di Indonesia baru-baru ini.

Perjudian
 Diatur dalam pasal 303 dan Pasal 542 KUHP
 Main judi berarti tiap-tiap pemain, yang kemungkinan akan menang pada umunya
bergantung kepada untung-untungan saja, juga kalu kemungkinan akan menang itu
bertambah besar karena si pemain lebih pandai atau lebih cakap.
 Tidaklah dilarang suatu permainan judi yang dilakukan dalam suatu rumah dengan
dilihat dari jalan umum, oleh orang-orang yang khusus diundang untuk itu.
 Jika undangan dapat didapat dengan mudah (misal; dengan membayar sejumlah uang
saja) maka itu dilarang.

UU RI NO 23 TH 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM


RUMAH TANGGA

39
BAB I PSL I
 KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA ADALAH SETIAP
PERBUATAN TERHADAP SESEORANG TERUTAMA PEREMPUAN YG
BERAKIBAT TIMBULNYA KESENGSARAAN ATAU PENDERITAAN
SECARA FISIK, SEKSUAL, PSIKOLOGIS, DAN ATAU PENELANTARAN
RUMAH TANGGA TERMASUK ANCAMAN UTK MELAKUKAN
PERBUATAN PEMAKSAAN, ATAU PERAMPASAN KEMERDEKAAAN
SECARA MELAWAN HUKUM DALAM LINGKUP RUMAH TANGGA.
 PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA ADALAH
JAMINAN YG DIBERIKAN OLEH NEGARA UTK MENCEGAH
TERJADINYA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA,, DAN
MELINDUNGI KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
 KORBAN ADALAH ORANG YG MENGALAMI KEKERASAN DAN ATAU
ANCAMAN KEKERASAN DALAM LINGKUP RUMAH TANGGA.
 PERLINDUNGAN ADALAH SEGALA UPAYA YG DITUJUKAN UTK
MEMBERIKAN RASA AMAN KEPADA KORBAN YG DILAKUKAN OLEH
PIHAK KLUARGA, ADVOKAT, LEMBAGA SOSIAL, KEPOLISIAN,
KEJAKSAAN, PENGADILAN, ATAU PIHAK LAINNYA, BAIK
SEMENTARA MAUPUN BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN.
 PERLINDUNGAN SEMENTARA.ADALAH PERLINDUNGAN YG
LANGSUNG DIBERIKAN OLEH KEPOLISIAN DAN ATAU LEMBAGA
SOSIAL ATAU PIHAK LAIN, SEBELUM DIKELUARKANNYA PENETAPAN
PERINTAH PERLINDUNGANDARI PENGADILAN.
 PRINTAH PERLINDUNGAN ADALAH PENETAPAN YG DIKELUARKAN
OLEH PENGADILAN UTK MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA
KORBAN.
 MENTERI ADALAH MENTERI YG LINGKUP TUGAS DAN TANGGUNG
JAWABNYA DI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN.

40
PASAL 2 :
(1) LINGKUP RUMAH TANGGA DLM UNDANG-UNDANG INI MELIPUTI :
a. SUAMI, ISTRI, DAN ANAK;
b. ORANG-ORANG YG MEMPUNYAI HUBUNGAN KELUARGA DG
ORANG SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA HURUF a KARENA
HUBUNGAN DARAH, PERKAWINAN, PERSUSUAN,
PENGASUHAN, DAN PERWALIAN, YG MENETAP DALAM
RUMAH TANGGA; DANATAU
c. ORANG YG BEKERJA MEMBANTU RUMAH TANGGA DAN
MENETAP DLM RUMAH TANGGA TERSEBUT.
(2) ORANG YG BEKERJA SEBAGAIMANA DIMAKSUD HURUF c
DIPANDANG SBG ANGGAOTA KELUARGA DLM JANGKA WKT SELAMA
BERADA DALAM RUMAH TANGGA YG BERSANGKUTAN.
PASAL 4
PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA BERTUJUAN :
a. MENCEGAH SEGALA BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
b. MELINDUNGI KORBAN DALAM KEKERASAN DALAM RUMAH
TANGGA,
c. MENINDAK PELAKU KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA,
d. MEMELIHARA KEUTUHAN RUMAH TANGGA YG HARMONIS DAN
SEJAHTERA.
PASAL 5
SETIAP ORANG DILARANG MELAKUKAN KEKERASAN DALAM RUMAH
TANGGA TERHADAP ORANG DLM LINGKUP RUMAH TANGGA DG CARA:
a. KEKERASAN FISIK
b. KEKERASAN PSIKIS;
c. KEKERASAN SEKSUAL; ATAU
d. PENELANTARAN RUMAH TANGGA.
PASAL 10
KORBAN BERHAK MENDAPATKAN :

41
a. PERLINDUNGAN DARI PIHAK KELUARGA,
KEPOLISIAN,KEJAKSAAN,PENGADILAN, ADVOKAT, LEMBAGA
SOSIAL, ATAU PIHAK LAINNYA BAIK SEMEENTARA MAUPUN
BERDASARKAN PENETAPAN PERINTAH PERLINDUNGAN DARI
PENGADILAN;
b. PELAYANAN KESEHATAN SESUAI DG KEBUTUHAN MEDIS;
c. PENANGANAN SECARA KHUSUS BERKAITAN DG KERAHASIAAN
KORBAN;
d. PENDAMPINGAN OLEH PEKERJA SOSIAL DAN BANTUAN HUKUM
PADA SETIAP TINGKAT PROSES PEMERIKSAAN SESUAI DG
KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, DAN
e. PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI.

PERLINDUNGAN
PASAL 16
(1) DALAM WAKTU 1X 24 (SATU KALI DUA PULUH EMPAT) JAM
TERHITUNG SEJAK MENGETAHUI ATAU MENERIMA LAPORAN
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA, KEPOLISIAN WAJIB SEGERA
MEMBERIKAN PERLINDUNGAN SEMENTARA PADA KORBAN.
(2) PERLINDUNGAN SEMENTARA SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT
(1) DIBERIKAN PALING LAMA 7 (TUJUH) HARI SEJAK KORBAN
DITERIMMA ATAU DITANGANI.
(3) DALAM WAKTU 1X 24 (SATU KALI DUA PULUH EMPAT ) JAM
TERHITUNG SEJAK PEMBERIANPERLINDUNGAN SEBAGAIMANA
DIMAKSUD PADA AYAT (1), KEPOLISIAN WAJIB MEMINTA SURAT
PENETAPAN PERINTAH PERLINDUNGAN DARI PENGADILAN.

KETENTUAN PIDANA
PASAL 44

42
(1) Setiap orang yg melakukan perbuatan kekerasan fisik dlm lingkup rumah tangga
sebagaimana dimaksud dlm Pasal 5 huruf a dipidana dg pidana penjara paling
lama 5 (lima) thn atau denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas juta
rupiah)

43

Anda mungkin juga menyukai