Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEJAHATAN TERHADAP NYAWA ORANG

DOSEN PENGAMPU :
Dr. A. Istiqlal Assaad, S.H.,M.H.

DISUSUN OLEH :

NURFADILLAH

04020200395

C17 ( TIPITER )

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
bapak dosen pengampu mata kuliah Tindak Pidana Tertentu Dr. A. Istiqlal Assaad,
S.H.,M.H. dan terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Makalah ini saya susun dari berbagai sumber yang kami peroleh baik dari buku, diktat,
internet, dsb. Makalah ini saya susun sebagai tugas mata kuliah Hukum Pidana Dalam
Kodifikasi, dimana dalam hal ini fokus kami adalah pada Kejahatan Terhadap Nyawa
Seseorang.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
1.1 Contoh kasus pembunuahan
berencana……..........................................................................7
1.2 Unsur- Unsur Tindak Pidana ............................................ 9
1.3 Kejahatan pada nyawa secarasengaja ………………………… 12
1.4. Kejahatan pada nyawa secara tidak disengaja………………………. 12
1.5 Perbandingan pasal ………………………………………………….. 14

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 15


Kesimpulan ................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 16


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kejahatan terhadap jiwa manusia atau pembunuhan sering terjadi dalam kehidupan

masyarakat. Bahkan kejahatan terhadap jiwa manusia atau pembunuhan itu terkadang

dilakukan oleh beberapa orang yang sepakat untuk melakukan pembunuhan akan tetapi dalam

KUHP tampaknya tidak mampu mencegah perbuatan pidana mati dalam masyarakat ini. Hal

ini mungkin disebabkan oleh sanksi hukuman yang terlalu ringan.1 Tindak pidana

pembunuhan dapat dilihat dalam KUHP, sebagai berikut :

Pasal 338 berbunyi :

“Barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan,

dengan pidana paling lama lima belas tahun.”

Pasal 339 berbunyi :

“Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului dengan suatu tindak pidana dengan

maksud untuk menyiapkan atau memudahkan pelaksanaan dari tindak pidana tersebut

atau jika kepergok pada waktu melakukan tindak pidana, untuk menjamin dirinya

sendiri atau lain-lain peserta dalam tindak pidana, baik dalam usaha melepaskan diri

dari pemidanaan maupun dalam mempertahankan penguasaan atas benda yang telah

diperoleh dengan melawan hukum, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya

dua puluh tahun.”


Istilah Pembunuhan dalam KUHP adalah kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain,

sedangkan menurut Abdul Qadir Audah pembunuhan yaitu perbuatan seseorang yang

menghilangkan kehidupan atau hilangnya roh adami akibat perbuatan manusia yang lain.2

Jadi, pembunuhan adalah perampasan atau peniadaan nyawa seseorang oleh orang lain yang

mengakibatkan tidak berfungsinya seluruh anggota badan disebabkan ketiadaan roh sebagai

unsur utama untuk menggerakkan tubuh.


BAB II

PEMBAHASAN

Kejahatan selalu merujuk pada hal yang dilarang, merugikan, ataupun meresahkan,

yang kemudian berarti bahwa kejahatan tidak boleh dibiarkan terjadi begitu saja. Terdapat

banyak kejahatan yang bisa terjadi di tengah masyarakat, diantaranya yakni kejahatan

terhadap tubuh, kejahatan terhadap nyawa atau bisa dikenal dengan penganiayaan dan

pembunuhan. Dalam hal ini penelitian akan difokuskan pada kejahatan pembunuhan.

Membunuh artinya membuat supaya mati, menghilangkan nyawa, sedangkan pembunuhan

berarti perkara membunuh, perbuatan atau hal membunuh.

Pembunuhan termasuk ke dalam kejahatan terhadap nyawa orang lain. Pembunuhan

adalah kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain, untuk menghilangkan nyawa orang lain

itu, seseorang pelaku harus melakukan sesuatu atau suatu rangkaian tindakan yang berakibat

dengan meninggalnya orang lain dengan catatan bahwa opzet dari pelakunya harus ditujukan

pada akibat berupa meninggalnya orang lain tersebut.Tindak pidana pembunuhan itu

merupakan suatu tindak pidana materiil yaitu suatu tindak pidana yang baru bisa dianggap

sebagai telah selesai dilakukan oleh pelakunya dengan timbulnya akibat terlarang atau yang

tidak dikehendaki oleh undang-undang.

Pembunuhan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk

merampas atau menghilangkan jiwa orang lain sehingga dianggap perbuatan yang sangat

tidak berperikemanusiaan. Sasaran pelaku dalam tindak pidana pembunuhan adalah

jiwa/nyawa seseorang, hal ini bertentangan dengan Pasal 28A Undang-Undang Dasar NRI

Tahun 1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan

hidup dan kehidupannya”. Tindak pidana pembunuhan adalah suatu perbuatan yang dengan

sengaja maupun tidak, menghilangkan nyawa orang lain.


Perbedaan cara melakukan perbuatan tindak pidana pembunuhan ini terletak pada

akibat hukumnya, ketika perbuatan tindak pidana pembunuhan ini dilakukan dengan sengaja

ataupun direncanakan terlebih dahulu maka akibat hukum yaitu sanksi pidananya akan lebih

berat dibandingkan dengan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan tanpa ada unsur-unsur

pemberat yaitu direncanakan terlebih dahulu. Dalam KUH Pidana pembunuhan tergolong

sebagai kejahatan terhadap nyawa yang pengaturannya secara khusus diatur dalam Bab XIX

KUH Pidana yang terdiri dari 13 pasal yakni Pasal 338 sampai dengan Pasal 350.

Lebih lanjut, kejahatan terhadap nyawa dalam KUH Pidana digolongkan dalam dua

golongan, yang pertama berdasarkan unsur kesalahan dan yang kedua berdasarkan objeknya

(nyawa). Kasus pembunuhan kerap terjadi dewasa ini, berita-berita tentang pembunuhan

hampir seiap hari tersaji di media masa, baik cetak, tulis maupun berita-berita online, bahkan

tidak sedikit berita pembunuhan tersebar di berbagai jejaring sosial yang ada.

Kasus pembunuhan Ade Yunia Rizabani atau Icha (36) oleh temannya sendiri,

Christian Rudolf Tobing (36). Rudolf membunuh Icha di sebuah apartemen Jakarta Pusat dan

membuang jasadnya terbungkus plastik di Pondok Gede, Kota Bekasi. Kasus Rudolf ini

terungkap berawal dari penemuan mayat Icha yang terbungkus plastik hitam di Jl Kalimalang,

Pondok Gede, Kota Bekasi, pada Selasa (18/10/2022). Rudolf sendiri sebetulnya memiliki

dendam pribadi dengan rekan Icha berinisial H. Ia pun telah menyusun rencana pembunuhan

dengan sangat matang. Sebelum melakukan aksinya, Rudolf sempat mencari jasa pembunuh

bayaran di internet hingga akhirnya mencari cara membunuh agar tidak ketahuan melalui

Google. Karena terlalu mahal dan ia tak sanggup membayar, Rudolf akhirnya mengurungkan

niatnya tersebut. Pelaku Rudolf juga diketahui sudah memiliki skenario sendiri sejak

penjemputan korban Icha di daerah Meruya, Jakarta Barat. Saat itu, pelaku menjemput korban

di daerah Meruya dan bergerak menuju apartemen di wilayah Jakarta Pusat yang disewa

selama 1 hari.
Dalam perjalanan, pelaku menyampaikan kepada korban terkait program podcast rohani yang

didalamnya akan ada sponsor kalung kesehatan. Saat itu, pelaku Rudolf meminta

kepada Icha untuk berperan sebagai korban penculikan dengan tangan hingga kakinya diikat

menggunakan kabel tis. Tanpa berpikir panjang, korban Icha pun setuju dengan hal tersebut,

karena memang korban percaya terhadap pelaku. Sesampainya di Apartemen Pramuka Jakarta

Pusat, pelaku menjalankan aksinya sesuai skenario yang disampaikan di perjalanan kepada

korban. “Saat kaki dan tangan terikat, pelaku langsung berbicara dengan korban bahwa

sebenarnya pelaku membohonginya,” ucap Panji. Pelaku Rudolf Tobing saat itu menanyakan

kedekatan Icha dengan calon korban H yang akhirnya menimbulkan perdebatan. Tak hanya

berdebat, pelaku juga menampar korban, namun mendapatkan perlawanan sebelum

pembunuhan terjadi. “Di situ, korban bertanya lagi kamu ada di kubu mana, saya atau H?

Dijawab korban, ada di bagian kamu,” katanya. “Selanjutnya pelaku berbicara dan meminta

korban membantunya menghabisi nyawa H dengan cara memberikan sejumlah uang,” ungkap

Panji. Dengan rasa takut, korban pun lalu mengiyakan dan berjanji mau membantu pendeta

muda Rudolf Tobing. Saat itu, pelaku kemudian mentransfer uang dari rekening korban

sebanyak Rp19,5 juta.

Rudolf juga menyuruh Icha menelepon keluarganya dan meminta transfer uang sebesar Rp10

juta. Sehingga total uang yang ditransfer mencapai Rp29,5 juta. Setelah menerima uang

hampir Rp30 juta dari korban Icha, Rudolf justru kembali melakukan penganiayaan lagi.

Pelaku Rudolf Tobing sempat khawatir dilaporkan ke polisi jika dia melepaskan

korban Icha saat itu. “Pelaku kembali bertanya, apakah kalau saya melepaskan kamu, kamu

tidak akan melaporkan saya? Walaupun dijawab tidak, tapi pelaku tidak percaya karena ada

pembicaraan di dalam mobil sebelum ke apartemen,” kata AKBP Panji lagi. Pendeta muda ini

kembali menampar korban dua kali hingga akhirnya membunuh korban dengan cara

mencekik lehernya. Rudolf ditangkap pada Selasa 18 Oktober 2022, ia teancam dengan pasal

pembunuhan berencana dengan hukuman maksimal hukuman mati atau penjara seumur

hidup.***
Mencermati kasus di atas, tindak pidana pembunuhan yang dilakukan terdakwa

masuk dalam kategori pembunuhan berencana. Perencanaan lebih dulu itu merupakan suatu

sikap kejiwaan dari pelaku yang membentuk suatu 5 bentuk opzet yang sifatnya khusus.

Dalam hal ini sebelumnya pelaku telah mempertimbangkan dan dengan kepala dingin tentang

bagaimana caranya akan melakukan kejahatannya. Mengingat pembunuhan dengan

direncanakan lebih itu merupakan suatu bentuk, pembunuhan yang tersendiri, maka

perencanaan lebih dulu itu merupakan suatu keadaan yang menentukan dapat dipidanannya

pelaku, menurut van Hattum dan Langemeijer, perencanaan lebih dulu itu merupakan suatu

keadaan yang memberatkan pidana.

Kasus pembunuhan merupakan perbuatan yang masuk dalam kategori tindakan

kriminal. Angka kriminalitas semakin harinya semakin meningkat, hal ini dapat dilihat di

berbagai media cetak, televisi maupun elektronik yang menyajikan berbagai pemberitaan

mengenai kasus-kasus pembunuhan ataupun kejahatan tindakan kriminal lainnya. Untuk

mempelajari sebab kejahatan tersebut maka diperlukan kajian kriminologi sebagai ilmu yang

meneliti latar belakang perilaku jahat. Jadi, ketika diketahui sebab-sebab kejahatan maka

polisi dapat mengetahui cara untuk menanggulangi kejahatan tersebut.

Menurut Sutherland, kriminologi adalah keseluruhan ilmu pengetahuan mengenai

kejahatan sebagai gejala sosial. Sedangkan Costant memberikan pendapat mengenai definisi

terkait kriminologi yaitu sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan menentukan faktor-faktor

yang menjadi sebab musabab terjadinya kejahatan.

Unsur- unsur Tindak Pidana

Suatu tindak pidana yang terdapat di dalam KUHPidana, pada umumnya dapat

dijabarkan ke dalam unsur – unsur yang pada dasarnya dibagi kedalam dua macam unsur,

yakni unsur objektif dan unsur subjektif. Yang dimaksud dengan unsur subjektif adalah unsur
- unsur yang melekat didalam diri sipelaku atau yang berhubungan dengan diri sipelaku, dan

termasuk didalamnya segala yang terkandung di dalam hatinya, dan yang dimaksud dengan

unsur – unsur objektif adalah unsur – unsur yang ada hubungannya dengan keadaan – kedaan,

yang di dalam keadaan – keadaan mana tindakan – tindakan dari sipelaku itu harus dilakukan.

a. Unsur Subjektif

Unsur - unsur subjektif dari sesuatu tindak pidana itu adalah:

1.) Kesengajaan atau ketidak sengajaan (dolus atau culpa).

2.) Maksud atau voormenen pada suatu percobaan atau poging seperti yang dimaksud di

dalam Pasal 53 ayat (1) KUHPidana.

3.) Macam – macam maksud atau oogmerk yang terdapat misalnya di dalam kejahatan –

kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan dan lain – lain;

4.) Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedache raad, seperti yang misalnya terdapat di

dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP.

5.) Perasaan takut atau vress seperti yang diantara lain terdapat didalam rumusan tindak

pidana menurut Pasal 308 KUHP.

b. Unsur Objektif

Sedangkan unsur – unsur objektif dari sesuatu tindak pidana itu terdiri dari :

1) Sifat melanggar hukum atau wederechtelijkheif.

2) Kualitas dari sipelaku, misalnya “keadaan sebagai pegawai negeri sipil” di dalam kejahatan

jabatan menurut Pasal 415 KUHP atau “keadaan pengurus atau komisaris dari suatu perseroan

terbatas” di dalam kejahatan menurut Pasal 398 KUHP.

3) Causalitas, yaitu hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab dengan sesuatu

kenyataan sebagai akibat.

Menurut Wirjono Prodjodikoro, selain unsur – unsur subjektif dan unsur – unsur

objektif di atas yang pada umumnya melekat pada suatu tindak pidana, terdapat unsur – unsur

khusus yang hanya ada pada berbagai tindak pidana tertentu. Titel XXVII dari buku
KUHPidana tentang “kejahatan jabatan” memuat beberapa pasal yang menyebutkan sebagai

unsur khusus bahwa si pelaku harus ambtenar atau pegawai negeri.

Moeljatno juga mensyaratkan 3 (tiga) unsur yang harus dipenuhi perbuatan pidana yaitu:

1. Adanya perbuatan (manusia);

2. Memenuhi rumusan undang-undang;

3. Bersifat melawan hukum.

R. Soesilo memberikan pendapat mengenai unsur-unsur tindak pidana adalah:

a. Adanya perbuatan manusia;

b. Perbuatan tersebut di atur dalam ketentuan hukum;

c. Orang yang berbuat harus dapat dipertanggung jawabkan.

Kejahatan terhadap nyawa ( misdrijven tegen bet leven ) adalah berupa penyerangan

terhadap nyawa orang lain. Kepentingan hukum yang dilindungi dan yang merupakan obyek

kejahatan ini adalah nyawa (leven) manusia. Kejahatan terhadap nyawa dalam KUHP dapat

dibedakan atau dikelompokan atas 2 dasar, yaitu:

(1) atas dasar unsur kesalahannya dan

(2) atas dasar obyeknya (nyawa).

Atas dasar kesalahannya ada 2 kelompok kejahatan terhadap nyawa, ialah:

1. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja (dolus misdrijven), adalah

kejahatan yang dimuat dalam BAB XIX KUHP, pasal 338 s/d 350.

2. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan tidak dengan sengaja (culpose misdrijven),

dimuat dalam BAB XXI (khusus pasal 359).

Sedangkan atas dasar obyeknya (kepentingan hukum yang dilindungi), maka kejahatan

terhadap nyawa dengan sengaja dibedakan dalam 3 macam, yakni:


1. Kejahatan terhadap nyawa orang pada umumnya, dimuat dalam pasal: 338, 339, 340, 344,

345.

2. Kejahatan terhadap nyawa bayi pada saat atau tidak lama setelah dilahirkan, dimuat dalam

pasal:341, 342, dan 343. 3. Kejahatan terhadap nyawa bayi yang masih ada dalam kandungan

ibu(janin), dimuat dalam pasal 346, 347, 348, dan 349.

A. Kejahatan terhadap nyawa yg dilakukan dgn sengaja

Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja disebut atau diberi

kualifikasi sebagai pembunuhan, yang terdiri dari:

1. Pembunuhan biasa dalam bentuk pokok doodslag, 338)

2. Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului dengan tindak pidana lain(339)

3. Pembunuhan berencana(moord, 340)

4. Pembunuhan ibu terhadap bayinya pada saat atau tidak lama setelah dilahirkan (341, 342,

dan 343)

5. Pembunuhan atas permintaan korban(344)

6. Penganjuran dan pertolongan pada bunuh diri (345)

7. Penguguran dan pembunuhan terhadap kandungan (346 s/d 349).

B. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan tidak sengaja

Kejahatan yang dilakukan tidak dengan sengaja adalah kejahatan yang dirumuskan

dalam pasal 359, yang berbunyi:

“Barangsiapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana kurungan paling lama 1 tahun”

Unsur – unsur dari rumusan tersebut di atas adalah:

1. adanya unsur kelalaian (kulpa);

2. adanya wujud perbuatan tertentu;

3. adanya akibat kematian orang lain;


4. adanya hubungan kasual antara wujud perbuatan dengan akibat kematian orang lain itu.

Salah satu varian dari kejahatan kekerasan adalah pembunuhan. Unsur tindakan yang

dianggap dan menyebabkan kematian terlihat jelas pada kejahatan ini. Pembunuhan

merupakan suatu kejahatan yang serius karena merupakan tindakan menghilangkan nyawa

seseorang.28 Secara umum, pembunuhan itu sendiri dapat diklarifikasikan menjadi dua jenis,

yakni (1) nonkriminal (lawful) dan (2) kriminal (unlawful). Pembunuhan nonkriminal

meliputi pembunuhan yang dapat dimaafkan (excusable homicide) dan pembunuhan yang

dibenarkan (justifiable homicide). Pembunuhan yang dapat dimaafkan merupakan suatu

tindakan penghilangan nyawa seseorang karena karena faktor ketidaksengajaan, sedangkan

pembunuhan yang dibenarkan merupakan suatu tindakan pembunuhan yang terjadi dalam

suatu keadaan tertentu.

Mohanty membagi pembunuhan menjadi beberapa jenis:

a. Dyadic homicide, yaitu pembunuhan yang dilanjutkan oleh perbuatan bunuh diri pelaku

b. Mercy killing/euthanasia, yaitu pembunuhan yang dilakukan atas dasar rasa kasihan akan

penderitaan seseorang sehingga pembunuhan menjadi cara terakhir untuk menghilangkan

penderitaan tersebut.

c. Drug related homicide, yaitu pembunuhan yang terjadi sebagai akibat dari perbuatan ilegal

terkait obat terlarang, baik dari segi perdagangan atau konflik dengan penegak hukum.

d. Jail killing, yaitu pembunuhan yang terjadi ketika sipir atau narapidana menjadi korban

atau pelaku kejahatan.

e. Rape homicide, yaitu pembunuhan yang terjadi akibat pemerkosaan. Pelaku kerap

melakukan pembunuhan untuk menghindari identifikasi korban.

f. Lynching¸ yaitu pembunuhan yang umumnya dilakukan karena kebencian atas dasar rasial.

Kasus Lynching terjadi ketika orang kulit hitam mendapatkan perlakuan diskriminatif di

Amerika Serikat.
g. Dowry death, yaitu pembunuhan yang terjadi sebagai akibat perlakuan kasar yang ekstrim

dari keluarga atau suami/istri.

h. Lust murder, yaitu pembunuhan yang terjadi karena dilakukannya penyiksaan terhadap

korban untuk memperoleh kepuasan seksual.

i. Stoning atau disebut rajam, yaitu pembunuhan yang dilakukan dengan cara korban dibenam

dalam tanah hingga sebatas leher dan kepala kemudian dilempari batu oleh pelaku.

j. Muti murder, yaitu pembunuhan yang terjadi karena syarat dalam ritual dan tradisi tertentu

yang mengharuskan adanya pengorbanan manusia.

Perbandingan dengan pasal-pasal lain

a.) Perbedaan Pasal 365 ayat (3) dengan Pasal 339

Perbedaan pada kesengajaan sehubungan akibat hilangnya nyawa orang

- Pasal 365 ayat (3): ada orang yang hilang nyawanya akibat dari kekerasan atau

ancaman kekerasan yang dilakukan dengan kesengajaan

- Pasal 339: hilangnya nyawa orang akibat dari kesengajaan untuk menghilangkan

nyawa orang

b.) Perbedaan pasal 339 dengan 365

- Pasal 339 ; kejahatan pokok dalam pembunuhan yang diikuti oleh tindak pidana lain

adalah pembunuhan, kesengajaan pada pasal 339 ditujukan pada matinya orang lain

- Pasal 365 ; kejahatan pokok dalam pembunuhan yang diikuti oleh tindak pidana lain

adalah pencurian, kesengajaan pada pasal 365 KUHP tidak ditujukan pada kematian

orang lain.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pembunuhan yang dimaksud ini adalah sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal

339 KUHP, menentukan: “Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu tindak

pidana yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah

pelaksanaannya, atau untuk menghindarkan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana

dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan benda yang

diperolehnya secara melawan hukum, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau

sementara waktu paling lama 20 tahun”

Apabila rumusan tersebut dirinci, maka terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:

1. Semua unsur pembunuhan (objektif dan subjektif) Pasal 338 KUHP.

2. Yang (1) diikuti, (2) disertai atau (3) didahului oleh tindak pidana lain.

3. Pembunuhan itu dilakukan dengan maksud:

 Untuk mempersiapkan tindak pidana lain

 Untuk mempermudah pelaksanaan tindak pidana lain

 Dalam hal tertangkap tangan ditujukan:

- Untuk menghindari (1) diri sendiri maupun (2) peserta lainnya dari pidana, atau

- Untuk memastikan penguasaan benda yang diperolehnya sencara melawan hukum

(dari tindak pidana lain itu).

`
DAFTAR PUSTAKA

M. Amin Suma, dkk, (2001). Pidana Islam di Indonesia.,Cetakan ke-1, Pustaka


Firdaus, hlm 87. 2Asy-Syahid Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi

Hukum Pidana Islam (At-Tasyr’i Al-Jina’i Al-Islamiy Muqaranan Bil Qanulil Wad’iy),
Penerbit Kharisma Ilmu, Bogor. Jld. III, hlm 177.

Zaidan, M. Ali, Kebijakan Kriminal, Jakarta Timur: Bumi Aksara, 2016, hlm. 1.

Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,


2009, hlm. 194.

Lamintang. P.A.F., Hukum Penintesier Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2012,.


hlm.1.

Chazawi, Adami, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa. Jakarta: Rajawali Pers,
2013, hlm. 55.

Lamintang, P.A.F., Kejahatan terhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan, Jakarta:


Sinar Grafika, 2010, hlm. 54.

Mangkepriyanto, Extrix, Hukum Pidana dan Kriminologi, Jakarta: Guepedia


Publisher, 2019, hlm. 97. , Ibid, hlm. 100.

Anda mungkin juga menyukai