DI SUSUN OLEH :
ALFAJ’RI (21510072)
FAKULTAS HUKUM
2023
UNIVERSITAS DAYANU IKSANUDDIN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat serta anugerah –
Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini meskipun dengansangat sederhana.
Harapan saya semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salahsatu
rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman,sehingga
nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
1. Definisi Pembunuhan
Pengertian pembunuhan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dan beberapa
orang yang mengakibatkan seseorang dan beberapa orang meninggal dunia. Tindak pidana
pembunuhan, di dalam kitab Undang-undang Hukum Pidana termasuk ke dalam kejahatan
terhadap nyawa. Kejahatan terhadap nyawa (misdrijven tegen het leven) adalah berupa
penyerangan terhadap nyawa orang lain.
Pembunuhan sendiri berasal dari kata bunuh yang berarti mematikan, menghilangkan
nyawa. Membunuh artinya membuat supaya mati. Pembunuh artinya orang atau alat yang
membunuh dan pembunuhan berarti perkara membunuh, perbuatan atau hal membunuh. Suatu
perbuatan dapat dikatakan sebagai pembunuhan adalah perbuatan oleh siapa saja yang dengan
sengaja merampas nyawa orang lain.
Pembunuhan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata bunuh, yang artinya
mematikan dengan sengaja. Dalam hukum pidana, pembunuhan disebut dengan kejahatan
terhadap jiwa seseorang yang diatur dalam BAB XIX Buku II Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP). Bentuk pokok dari kejahatan ini adalah pembunuhan (doodslage), yaitu
menghilangkan jiwa seseorang.
Dalam hukum romawi, apabila pelaku pembunuhan itu seorang bangsawan atau pejabat, ia
bisa dibebaskan dari hukuman mati dan sebagai pengantinya ia dikenakan hukuman
pengasingan, kalau pelakunya kelas menengah maka ia dikenakan hukuman mati dengan jalan
potong leher (dipancung). Sedangkan untuk kelas rakyat jelata, ia disalib, kemudian hukuman
itu diubah menjadi di adu dengan binatang buas, kemudian diubah lagi dengan jalan gantung.
Menurut Ramianto yang dikutip dari Anwar dalam bukunya Hukum Pidana Bagian Khusus
(KUHP, Buku II), pembunuhan (doodslage), yaitu menghilang jiwa seseorang. Sedangkan
menurut Wojoqwasito sebagaimana yang dikutip oleh Rahmat Hakim, dalam buku Hukum
Pidana Islam, pembunuhan adalah perampasan nyawa seseorang, sedangkan menurut Hakim
Rahman yang mengutif dari Abdul Qodir Aulia adalah perbuatan seseorang yang
menghilangkan kehidupan atau hilangnya roh adami akibat perbuatan manusia yang lain. Jadi,
pembunuhan adalah perampasan atau peniadaan nyawa seseorang oleh orang lain yang
mengakibatkan tidak berfungsinya seluruh anggota badan di sebabkan ketiadaan roh sebagai
unsur utama untuk menggerakan tubuh. Dari pengertian tersebut pembunuhan merupakan
tindak pidana yang terdiri dari beberapa jenis, dan di dalam KUHP pembunuhan terdapat
beberapa pasal yang mengatur mengenai pembunuhan. Di dalam KUHP yang berlaku di
indonesia pada buku II bab XIX di atur mengenai tindak pidana pembunuhan, yang di tepatkan
oleh pembentuk undang-undang mulai dari pasal 338 KUHP sampai dengan pasal 350
Adapun tindak pidana pembunuhan yang dimuat dalam KUHP adalah sebagai berikut:
i. Pengguguran kandungan dengan tanpa izin ibunya (pasal 347), yang berbunyi :
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
tanpa persetujuan wanita itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan wanita itu meninggal, dia diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun
j. Matinya kandungan dengan izin perempuan yang mengandung (348), yang berbunyi :
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
dengan persetujuan wanita itu, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam
bulan
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan wanita itu meninggal, dia diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun
k. Dokter / bidan / tukang obat yang membantu pengguguran/matinya kandungan (pasal 349),
yang berbunyi :
“Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan tersebut dalam
pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal-pasal itu
dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut haknya untuk menjalankan pekerjaannya
dalam mana kejahatan itu dilakukan”.
a. Pembunuhan Biasa
Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 338 KUHP merupakan tindak pidana dalam bentuk
pokok (Doodslag In Zijn Grondvorm), yaitu delik yang telah dirumuskan secara lengkap
dengan semua unsur-unsurnya. Pasal 340 KUHP menyatakan: “Barang siapa sengaja dan
dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain diancam, karena pembunuhan dengan
rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu
tertentu, paling lama dua puluh tahun.”
Pada pembunuhan biasa ini, Pasal 338 KUHP menyatakan bahwa pemberian sanksi atau
hukuman pidananya adalah pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Dalam perbuatan menghilangkan nyawa orang lain karena pembunuhan, terdapat tiga syarat
yang harus dipenuhi, yaitu:4
1) Adanya wujud perbuatan;
2) Adanya suatu kematian (orang lain);
3) Adanya hubungan sebab dan akibat (causal verband) antara perbuatan
dan akibat kematian (orang lain).
Ancaman pidana pada pembunuhan berencana ini lebih berat dari pada pembunuhan yang ada
pada Pasal 338 dan 339 KUHP bahkan merupakan pembunuhan dengan ancaman pidana paling
berat, yaitu pidana mati, di mana sanksi pidana mati ini tidak tertera pada kejahatan terhadap
nyawa lainnya, yang menjadi dasar beratnya hukuman ini adalah adanya perencanaan terlebih
dahulu. Selain diancam dengan pidana mati, pelaku tindak pidana pembunuhan berencana juga
dapat dipidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.
Mengenai unsur dengan rencana lebih dahulu, pada dasarnya mengandung 3
syarat, yaitu:
a. Memutuskan kehendak dalam suasana tenang.
b. Ada tersedia waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai dengan
pelaksanaan kehendak.
c. Pelaksanaan kehendak (perbuatan) dalam suasana tenang.
Jenis kejahatan ini mempunyai unsur khusus, atas permintaan yang tegas
(uitdrukkelijk) dan sungguh-sungguh /nyata (ernstig). Tidak cukup hanya dengan
persetujuan belaka, karena hal itu tidak memenuhi perumusan Pasal 344 KUHP:
“Barang siapa yang merampas jiwa orang lain atas permintaan yang sangat tegas
dan sungguh-sungguh, orang itu dipidana dengan penjara paling tinggi dua belas
tahun ”