Anda di halaman 1dari 10

A.

Definisi

Pembunuhan (al-qatl). Salah satu tindak pidana menghilangkan nyawa seseorang dan termasuk dosa
besar. Dalam fikih, tindak pidana pembunuhan (al-qatl) disebut juga dengan aljinayah ‘ala an-nafs al-
insaniyyah (kejahatan terhadap jiwa manusia).Ulama fikih mendefinisikan pembunuhan dengan
“Perbuatan manusia yang berakibat hilangnya nyawa seseorang” (Audah, 1992 Juz 2:6). Menurut
Wakban Zuhaili pembunuhan adalah perbuatan yang menghilangkan atau mencabut nyawa seseorang
(Zuhaili, 1984:2:7). Dari definisi tersebut dapat diambil intisari bahwa pembunuhan adalah perbuatan
seseorang terhadap orang lain yang mengakibatkan hilangnya nyawa, baik dilakukan dengan sengaja
maupun tidak sengaja.Apabila dilihat dari segi hukumnya, pembunuhan dalam Islam ada dua bentuk,
yaitu pembunuhan yang diharamkan, seperti membunuh orang lain dengan sengaja tanpa sebab; dan
pembunuhan yang dibolehkan, seperti membunuh orang yang murtad jika ia tidak mau tobat atau
membunuh musuh dalam peperangan.Pembunuhan berencana adalah kejahatan merampas nyawa
manusia lain, atau membunuh, setelah dilakukan perencanaan mengenai waktu atau metode, dengan
tujuan memastikan keberhasilan pembunuhan atau untuk menghindari penangkapan. Pembunuhan
terencana dalam hukum umumnya merupakan tipe pembunuhan yang paling serius, dan pelakunya
dapat dijatuhi hukuman mati atau penjara seumur hidup.Istilah "pembunuhan terencana" pertama kali
dipakai dalam pengadilan pada tahun 1963, pada sidang Mark Richardson, yang dituduh membunuh
istrinya. Pada sidang itu diketahui bahwa Richardson berencana membunuh istrinya selama tiga tahun.
Ia terbukti bersalah dan dipenjara seumur hidup.

“Berencana artinya dengan direncanakan lebih dahulu, terjemahan dari kata asing
“metvoorbedacterade” antara timbulnya maksud akan membunuh dengan pelaksanaannya masih ada
tempo bagi si pembuat dengan tenang memikirkan dengan cara bagaimana sebaiknya pembunuhan itu
dilakukan. Tempo ini tidak boleh terlalu sempit akan tetapi sebaiknya juga tidak boleh terlalu lama yang
penting ialah bahwa tempo itu di buat oleh si pelaku dengan tenang bisa dapat berpikir-pikir yang
sebenarnya itu masih ada kesempatan untuk membatalkan niatnya akan membunuh itu, akan tetapi
kesempatan itu tidak dipergunakannya”.7

Definisi dan Arti Kata Pembunuhan Berencana adalah perbuatan merampas nyawa orang lain yang
dilakukan dengan sengaja dan telah didahului dengan perencanaan terlebih dahulu. Istilah ini dapat
ditemukan dalam Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan istilah resmi, pembunuhan
dengan rencana. Istilah ini masuk dalam kualifikasi perbuatan sejenis dengan pembunuhan, oleh sebab
itu unsur-unsur dalam delik pembunuhan berlaku pula dalam memahami istilah ini. Perbedaan
mencolok dalam istilah ini ialah penambahan unsur rencana yang menggambarkan telah adanya maksud
pembunuhan beberapa waktu sebelum pembunuhan secara nyata dilaksanakan. Maksud tersebut telah
secara nyata diwujudkan dengan perbuatan permulaan seperti menyiapkan alat pembunuhan, menuju
ke suatu lokasi pembunuhan, menyiapkan situasi/kondisi pembunuhan, menyiapkan alibi/cara
menghilangkan bukti, dan perbuatan lain sebagainya.Ditinjau dari maksud istilah ini, pada dasarnya
pelaku perbuatan memiliki cukup waktu untuk menginsyafi perbuatannya sehingga tidak jadi melakukan
perbuatan tersebut. Namun terhadap waktu yang tersedia, pelaku perbuatan malah menggunakannya
untuk menyiapkan sarana dalam mendukung terlaksananya kejahatan. Hal inilah yang mengakibatkan
ancaman hukuman terhadap pembunuhan berencana menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan
pembunuhan biasa. Berdasarkan aturan yang berlaku, pelaku pembunuhan berencana diancam
hukuman mati, hukuman seumur hidup, atau penjara maksimal selama 20(dua puluh) tahun.

Dasar Hukum
Dasar Keharaman Membunuh, banyak sekali ayat al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. yang
menyatakan keharaman membunuh tanpa suatu sebab yang dihalalkan syarak. Di antara ayat-ayat
tersebut adalah:Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka
Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu
melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan. (QS. Al
Isra’:33)Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan
memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu
dosa yang besar. (QS. Al Isra’: 31)Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau
bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia
seluruhnya. (QS. Al Maa’idah:32)Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan
hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya,
hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af)
membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). (QS. Al Baqarah: 178)Dan
Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa,
mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun)
ada kisasnya. (QS. Al Maa’idah: 45)Pembunuhan terhadap seorang mukmin menurut Allah membandingi
pemusnahan dunia” (HR. Ibnu Majah dari Al Barra)Berdasarkan ayat-ayat dan hadits yang melarang
menghilangkan nyawa orang lain yang disebutkan di atas, ulama sepakat menyatakan bahwa perbuatan
menghilangkan nyawa orang lain tersebut hukumnya haram.
Macam-macam Pembunuhan Jumhur ulama fikih, termasuk ulama Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hanbali,
membagi tindak pidana pembunuhan tersebut kepada tiga macam sebagai berikut:
1) Pembunuhan sengaja yaitu, suatu pembunuhan yang disengaja, dibarengi dengan rasa permusuhan,
dengan menggunakan alat yang biasanya dapat menghilangkan nyawa, baik secara langsung maupun
tidak, seperti menggunakan senjata, kayu atau batu besar, atau melukai seseorang yang berakibat pada
kematian

2) Pembunuhan semi sengaja, yaitu suatu pembunuhan yang disengaja, dibarengi dengan rasa
permusuhan, tetapi dengan menggunakan alat yang biasanya tidak mematikan, seperti memukul atau
melempar seseorang dengan batu kecil, atau dengan tongkat atau kayu kecil.
3) Pembunuhan tersalah, yaitu suatu pembunuhan yang terjadi bukan dengan disengaja, seperti
seseorang yang terjatuh dari tempat tidur dan menimpa orang yang tidur di lantai sehingga ia mati, atau
seseorang melempar buah di atas pohon, ternyata batu lemparan itu meleset dan mengenai seseorang
yang mengakibatkannya tewas.
Dalam menetapkan perbuatan mana yang termasuk unsure kesengajaan dalam membunuh. Terdapat
perbedaan pendapat ulama fikih. Menurut ulama Mazahab Hanafi suatu pembunuhan dikatakn
dilakukan dengan sengaja apabila alat yang digunakan untuk membunuh itu adalah alat yang dapat
melukai dan memang digunakan untuk menghabisi nyawa seseorang, seperti senjata (pistol, senapan,
dan lain-lain), pisau, pedang, parang, panah, api, kaca, dan alat-alat tajam lainnya. Menurut ulama
Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hanbali,

3. Jenis jenis pembunuhan berencana

Skripsi ini secara khusus membahas dan mengemukakan persoalan pembunuhan berencana terlebih
dahulu juga tidak terlepas dari beberapa unsur pokok, maka pembunuhan itu dinamakan sebagai
pembunuhan yang direncanakan ataupun agar tindak pembunuhan itu merupakan pembunuhan
berencana haruslah berdasarkan dan sesuai dengan bunyi pasal 340 KUHPidana, walaupun bila dalam
objek pembunuhan itu akhirnya berdasarkan penjelasannya. Perbedaan lain terletak dalam apa yang
terjadi didalam diri si pelaku sebelum pelaksanaan menghilangkan jiwa seseorang (kondisi pelaku).
Untuk pembunuhan direncanakan terlebih dulu diperlukan berpikir secara tenang bagi pelaku. Didalam
pembunuhan biasa, pengambilan putusan untuk menghilangkan jiwa seseorang dan pelaksanaannya
merupakan suatu kesatuan, sedangkan pada pembunuhan direncanakan terlebih dulu kedua hal itu
terpisah oleh suatu jangka waktu yang diperlukan guna berpikir secara tenang tentang pelaksanaannya.
Direncanakan terlebih dahulu memang terjadi pada seseorang dalam suatu keadaan dimana mengambil
putusan untuk menghilangkan jiwa seseorang ditimbulkan oleh hawa nafsunya dan di bawah pengaruh
hawa nafsu itu juga dipersiapkan pelaksanaannya.10

4. Pandangan undang-undang Republik Indonesia terhadap pemenuhan berencana

Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam Pasal 340 KUHP, yang menyatakan bahwa:
“Barangsiapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”. Pembunuhan berencana dimaksudkan oleh
pembentuk undang-undang sebagai pembunuhan bentuk khusus yang memberatkan, yang rumusannya
dapat berupa “pembunuhan yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu dipidana karena
pembunuhan dengan rencana”. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik mengambil judul
“Pembunuhan Berencana”.Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Apa yang dimaksud dengan pembunuhan berencana, serta bagaimana contoh kasus pembunuhan
berencana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normative, dengan
pendekatan undang-undang, serta sumber yang diperoleh daridata sekunder.Istilah pembunuhan
berencana pertama kali dipakai di pengadilan pada tahun 1963, pada sidang Mark Richardson, yang
dituduh membunuh isterinya. Pada sidang itu diketahui bahwa Richardson berencana membunuh
isterinya selama tiga tahun, ia terbukti bersalah dan dipenjara seumur hidup.Pengertian pembunuhan
berencana, adalah suatu kejahatan merampas nyawa orang lain, atau membunuh setelah dilakukan
perencanaan mengenai waktu dan metode, dengan tujuan memastikan keberhasilan pembunuhan atau
untuk menghindari penangkapan. Pembunuhan berencana dalam hukum umumnya merupakan tipe
pembunuhan yang paling serius, dan pelakunya dapat dijatuhi hukuman mati atau Pembunuhan
berencana merupakan suatu pembunuhan biasa seperti halnya Pasal 338 KUHP, akan tetapi dilakukan
dengan direncanakan terlebih dahulu. Direncanakan terlebih dahulu (voorbedachte rade) sama dengan
antara timbul maksud untuk membunuh dengan pelaksanaannya itu masih ada tempo bagi si pembuat
untuk dengan tenang memikirkan, misalnya dengan cara bagaimana pembunuhan itu akan
dilakukan.Perbedaan antara pembunuhan dengan pembunuhan berencana, yaitu pada pembunuhan
jika pelaksanaan pembunuhan yang dimaksud Pasal 338 KUHP itu dilakukan seketika pada waktu timbul
niat, sedangkan pembunuhan berencana pelaksanaan itu ditangguhkan setelah niat itu timbul, untuk
mengatur rencana, cara bagaimana pembunuhan tersebut akan dilaksanakan, jarak waktu antara
timbulnya niat untuk membunuh dan pelaksanaan pembunuhan itu masih demikian luang, sehingga
pelaku masih dapat berfikir apakah pembunuhan itu diteruskan atau dibatalkan, atau pula
merencanakan dengan cara bagaimana ia melakukan pembunuhan itunPerbedaan lain terletak dalam
apa yang terjadi di dalam diri si pelaku (kondisi pelaku) sebelum pelaksanaan menghilangkan jiwa
seseorang. Untuk pembunuhan berencana, terlebih dahulu diperlukan berfikir secara tenang bagi
pelaku. Di dalam pembunuhan biasa, pengambilan keputusan untuk menghilangkan nyawa seseorang
dan pelaksanaannya merupakan suatu kesatuan, sedangkan pada pembunuhan berencana, kedua hal
tersebut terpisah oleh suatu jangka waktu yang diperlukan guna berfikir secara tenang tentang
pelaksanaannya. Direncanakan terlebih dahulu memang terjadi pada seseorang dalam suatu keadaan di
mana mengambil keputusan untuk menghilangkan jiwa seseorang ditimbulkan oleh hawa nafsunya dan
di bawah pengaruh hawa nafsu itu juga dipersiapkan pelaksanaannya.Unsur-unsur pembunuhan
berencana terdapat dua macam, sebagai berikut:

1. Unsur Subyektif:
a. Dengan Sengaja.
b. Dengan Rencana Terlebih Dahulu.
2. Unsur Obyektif;

a. Perbuatan: Menghilangkan nyawa.

b. Obyeknya: nyawa orang lain.

KUHP telah mengatur pembunuhan berencana, yaitu terdapat dalam Pasal 340

KUHP, yang menyatakan: “Barangsiapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu

merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana (moord),

dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu,

paling lama dua puluh tahun”. Pembentuk undang-undang memberikan pengertian dan

hukuman berbeda dengan pembunuhan biasa sebagaimana diatur dalam Pasal 338
KUHP, hal itu dikarenakan bobot kejahatan dan adanya niat untuk melakukan pidana

menjadi hal yang memberatkan jika dibandingkan dengan pembunuhan biasa. Jadi, jika

dilihat definisi yang diberikan oleh KUHP, pembunuhan berencana sebenarnya suatu

pembunuhan biasa seperti yang terdapat dalam Pasal 338 KUHP, namun yang

membedakannya adalah adanya rencana atau niat terlebih dahulu (voorbedachte rade).

Dalam menentukan apakah ada rencana atau tidak, para penegak hukum melihat

apakah ada niat dalam perencanaan pembunuhan dengan perbuatan membunuhnya

terdapat jeda di antaranya untuk memikirkan, misalnya dengan cara bagaimanakah

pembunuhan akan dilakukan. Membedakan pembunuhan (338 KUHP) dan pembunuhan

berencana, dapat dilihat: Jika pembunuhan biasa itu dilakukan seketika, sedangkan

pembunuhan berencana direncanakan, perbuatan menghilangkan nyawa orang lain itu

dilakukan setelah ada niat, kemudian mengatur rencana bagaimana pembunuhan itu

akan dilaksanakan dalam waktu luang yang dapat diperkirakan si pelaku dapat berpikir

dengan tenang.Ancaman pidana pada pembunuhan berencana ini lebih berat daripada
pembunuhan yang ada pada Pasal 338 dan 339 KUHP, bahkan merupakan pembunuhan dengan
ancaman pidana paling berat, yaitu pidana mati, di mana sanksi pidana mati ini tidak terterapada
kejahatan terhadap nyawa lainnya, yang menjadi dasar beratnya hukuman ini adalah adanya
perencanaan terlebih dahulu. Selain diancam dengan pidana mati, pelaku tindak pidana pembunuhan
berencana juga dapat dipidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh
tahun.Terdapat beberapa contoh kasus tindak pidana pembunuhan berencana, yang akan diuraikan
sebagai berikut:

1. Anak Sekolah Dasar Melakukan Pembunuhan Berencana terhadap TemannyaSeorang anak SD di


Cinere – Depok, berumur 12 (dua belas) tahun, melakukan penusukan pada teman sekolahnya hanya
gara-gara Handphone. Korbannya bernama “S” yang juga berumur 12 (dua belas) tahun, berhasil
diselamatkan nyawanya karena tubuhnya ditemukan oleh Tukang Sampah di selokan, lalu segera
dilaporkan dan dibawa ke Rumah Sakit. Luka yang dialami S cukup parah, dan S memberikan keterangan
siapa yang berusaha membunuhnya.Kejadian tersebut berawal ketika S kehilangan sebuah Handphone,
entah bagaimana, diduga Handphone tersebut dicuri dan pencurinya diduga adalah X (sebut saja
demikian). S kemudia melaporkan perbuatan X kepada Gurunya, Guru tersebut berusaha untuk
menengahi kasus pencurian tersebut dan berencana untuk memanggil keduanya. Sebelumnya X
memang dikenal sering mencuri barang milik temannya dan sering meminta uang kepada temannya,
termasuk kepada S.Sayangnya, maksud baik sang Guru belum terlaksana, si X sudah mengajak S ke suatu
tempat yang sepi yang memang sudah direncanakannya. Di tempat tersebutlah si X mengakui bahwa dia
yang mencuri Handphone S, dengan berkata: “Emang Gue yang ambil Hp lu, tapi Hp itu sekarang sudah
Gue jual”. Kemudian tanpa didahului pertengkaran, X sudah membawa pisau belati besar di dalam tas
sekolahnya, lalu kemudian menusuk S. Terdapat sejumlah 8 (delapan) tusukan dihujamkan ke tubuh S di
bagian perut, paha betis, tangan, dan semua tusukan tersebut tembus bahkan usus S sampai terurai.
Setelah X yakin S telah meninggal, X kemudian menyeret tubuh S ke selokan dan membuangnya ke
dalam selokan agar tidak mudah ditemukannJelas apa yang dilakukan X adalah perilaku criminal murni,
dan hal tersebut bukanlah pembunuhan tidak direncanakan, sebab X telah menyiapkan pisau dari
rumah, kemudian sengaja mengajak S ke tempat sepi, menusuknya berkali-kali sampai X yakin tusukan
tersebut cukup membunuh korban, lalu dengan sengaja membuang tubuh korban agar tidak ditemukan
oleh orang lain. Ini kasus pembunuhan yang direncanakan dengan rapih, apalagi mengingat riwayat X
yang dikenal sudah berulang kali mencuri dan meminta uang pada teman-temannya, patut diduga X
memang

berjiwa criminal.Entah apa yang terjadi dengan anak X ini, saat ini ia sudah diperiksa pihak yang berwajib
didampingi oleh kakaknya, dalam berita itu, tak disinggung mengenai orang tua si X. Pelaku dan Korban
masih sama-sama anak-anak, tetapi mengingat betapa kejinya si X menghabisi temannya dan betapa
detail perencanaannya atas upaya pembunuhan ini, sulit dipercaya bahwa ini merupakan kenakalan
seorang yang masih anak-anak, yang cukup diselesaikan dengan upaya damai keluarga kedua belah
pihak.
Beberapa bulan lalu , saya pun melihat tayangan berita di TV, mengenai 2 anak SMP, usia 14 tahun yang
membunuh temannya gara- gara saling ejek saat bermain game online di sebuah warnet. Semula
mereka bercanda, kemudian berlanjut saling ejek sampai salah satu anak marah, lalu bertengkar dan
akhirnya anak yang marah menusuk temannya sampai meninggal Saya tak tahu apa yang terjadi pada
anak- anak jaman sekarang, yang kemarahannya mudah meledak hanya karena hal sepele. Jika anak 30
– 20 tahun lalu biasanya berantem dengan tangan kosong, anak sekolah sekarang sudah
mempersenjatai dirinya dengan senjata tajam, ada atau tidak ada bahaya yang mengancam.Maraknya
tayangan kekerasan di televisi, kebiasaan menonton game online yang membuat anak terbiasa dengan
darah muncrat kemana- mana, otak mereka distimulasi untuk menyeranglebih dulu sebelum diserang,
semua itu memicu perilaku kriminal dalam diri anak. Pantas saja jika psikolog Elly Risman menyebut
bahwa dengan membiarkan anak- anak bermain game online, berarti kita sedang mendidik teroris-
teroris masa depan.Tentu saja tayangan televisi dan game online memang bukan satu satunya faktor
penyebab. Ada peran keluarga dan lingkungan terdekat yang mempengaruhi pembentukan karakter dan
perilaku anak. Karena itu, untuk kasus kriminal semacam yang terjadi di Depok, mengembalikan anak
kepada orang tua/keluarga bukanlah solusi yang tepat. Sebab selama ini orang tua/keluarganya lah yang
telah lalai memberikan pendidikan dan kasih sayang sehingga perilaku kriminal tumbuh subur dalam diri
si anak.Anak y ang menjadi pelaku tindakan kriminal berat semacam itu perlu mendapat hukuman yang
setimpal sekaligus pembinaan yang intensif untuk memulihkan penyimpangan perilakunya. Ini bukanlah
sekedar pencurian sepasang sandal jepit butut yang tak direncanakan, atau pencurian mangga di
halaman rumah dengan cara dilempar batu kerikil. Tetapi seorang anak yang memang sudah
mempersiapkan senjata tajam, memilih tempat kejadian yang tepat serta ada upaya menghilangkan
jejak dan menyingkirkan korban.Entah apa nanti argumen t para pembela hak anak. Apakah dalam kasus
seperti ini mereka tetap akan menyarankan agar diselesaikan secara kekeluargaan? Beberapa waktu
lalu, saat ramai dibahas soal pencurian yang dilakukan anak, seorang aktivis Komnas Perlindungan Anak
di daerah dengan bangga menyebut Komnas Anak berhasil memediasi seorang anak yang melakukan
perkosaan terhadap temannya. Alasannya, pelaku masih di bawah umur (belasan tahun). Kenapa yang
jadi pertimbangan hanya usia pelaku? Bukankah usia korban pun masih anak? Kenapa y ang dibela
hanya HAM pelaku, sedangkan korban telah direnggut HAM- nya terlebih dulu. Bukankah gadis cilik yang
mengalami kekerasan seksual berupa perkosaan dampaknya bukan sekedar robeknya selaput dara?
Dampaknya bisa terbawa sampai ia dewasa dan meninggal kan trauma psikologis. Lalu siapa yang akan
membela HAM korban? Tidakkah si korban dan keluarganya kemudian akan merasa dikorbankan 2 kali?
Pertama ketika dia jadi sasaran perkosaan, kedua ketika diminta untuk mengalah dan membiarkan
pelaku bebas begitu saja tanpa mendapat hukuman apapun.Menghadapi kasus yang melibatkan anak
memang tidak boleh sama perlakuannya dengan orang dewasa. Tapi bukan berarti kemudian
memaklumi anak yang sudah jelas memiliki otak kriminal apalagi jika ternyata sudah terbiasa dengan
perbuatan mencuri dan memalak. Hukum tetap harus ditegakkan, siapapun pelakunya. HAM memang
harus dihormati, termasuk HAM korban. Semoga saja alasan pelaku masih anak- anak tidak dijadikan
alasan untuk membenarkan perilaku itu dan membebaskan pelaku dari jeratan hukum.

4.Pembunuhan Berencana dalam Pandangan Islam

Islam melarang pembunuhan berencana. Pembunuhan Berencana dalam Pandangan Islam. Foto:
Pembunuhan (Ilustrasi)–Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia sedang dihebohkan oleh kasus
pembunuhan berencana yang diduga dilakukan oleh oknum penegak hukum. Adanya dugaan
keterlibatan puluhan oknum penegak hukum di kasus ini, makin membuat masalah ini disorot
publik.Tentu membunuh adalah perbuatan yang dilarang dalam aturan apapun dan di manapun.
Terutama dalam ajaran Islam, membunuh orang tanpa alasan yang dibenarkan syariat adalah dosa
besar.

Allah SWT berfirman:

ِ ‫ب ٱهَّلل ُ َعلَ ْي ِه َولَ َعنَهۥُ َوَأ َع َّد لَهۥُ َع َذابًا ع‬


‫َظي ًما‬ ِ ‫َو َمن يَ ْقتُلْ ُمْؤ ِمنًا ُّمتَ َع ِّمدًا فَ َجزَ ٓاُؤ هۥُ َجهَنَّ ُم ٰخَ لِدًا فِيهَا َو َغ‬
َ ‫ض‬

Artinya: "Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah
Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab
yang besar baginya." (QS. An-Nisa: 93).

Dalam ayat lain, membunuh satu orang manusia disebut seperti membunuh manusia seluruhnya.
ٓ ٰ
َ َّ‫اس َج ِميعًا َو َم ْن َأحْ يَاهَا فَ َكَأنَّ َمٓا َأحْ يَا ٱلن‬
‫اس‬ َ َّ‫ض فَ َكَأنَّ َما قَتَ َل ٱلن‬ ِ ْ‫س َأوْ فَ َسا ٍد فِى ٱَأْلر‬ ٍ ‫ِم ْن َأجْ ِل َذلِكَ َكتَ ْبنَا َعلَ ٰى بَنِ ٓى ِإس ٰ َْر ِءي َل َأنَّهۥُ َمن قَت ََل نَ ْف ۢ ًسا بِ َغي ِْر نَ ْف‬
َ‫ْرفُون‬
ِ ‫ض لَ ُمس‬ ِ ْ‫ك فِى ٱَأْلر‬ َ ِ‫ت ثُ َّم ِإ َّن َكثِيرًا ِّم ْنهُم بَ ْع َد ٰ َذل‬
ِ َ‫َج ِميعًا ۚ َولَقَ ْد َجٓا َء ْتهُ ْم ُر ُسلُنَا بِ ْٱلبَيِّ ٰن‬
Artinya: "Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan
barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara
kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan
(membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-
sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi." (QS. Al-Maidah: 32).Dilansir dari
Islamweb, dengan sebagian dalil tentang larangan membunuh di atas, maka jelas membunuh jiwa yang
dengan sengaja atau terencana dilarang Allah SWT. Perbuatan ini dianggap sebagai dosa besar dalam
Islam. Meski begitu, tetap ada cara untuk bertaubat bagi pembunuh tersebut.Dalam sebuah hadist, Nabi
Muhammad SAW bersabda:

ً‫ال َكانَ فِي َم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم َر ُج ٌل قَت ََل تِ ْس َعة‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬َ ِ ‫ي هَّللا‬ َّ ِ‫ َأ َّن نَب‬: ُ‫ض َي هللاُ َع ْنه‬ ِ ‫َان ْال ُخ ْد ِريِّ َر‬ ٍ ‫ك ب ِْن َسن‬ ِ ِ‫َوع َْن َأبِي َس ِع ْي ٍد َس ْع ِد ب ِْن َمال‬
ً‫ال ِإنَّهُ قَت ََل تِ ْس َعةً َوتِ ْس ِعينَ نَ ْفسًا فَهَلْ لَهُ ِم ْن تَوْ بَ ٍة فَقَا َل اَل فَقَتَلَهُ فَ َك َّم َل بِ ِه ِماَئة‬ َ َ‫ب فََأتَاهُ فَق‬
ٍ ‫ض فَ ُد َّل َعلَى َرا ِه‬ ِ ْ‫َوتِس ِْعينَ نَ ْفسًا فَ َسَأ َل ع َْن َأ ْعلَ ِم َأ ْه ِل اَأْلر‬
‫س فَهَلْ لَهُ ِم ْن تَوْ بَ ٍة فَقَا َل نَ َع ْم َو َم ْن َيحُو ُل بَ ْينَهُ َوبَ ْينَ التَّوْ بَ ِة ا ْنطَلِ ْق ِإلَى‬ ٍ ‫ال ِإنَّهُ قَت ََل ِماَئةَ نَ ْف‬ َ َ‫ض فَ ُد َّل َعلَى َرج ٍُل عَالِ ٍم فَق‬ ِ ْ‫ثُ َّم َسَأ َل ع َْن َأ ْعلَ ِم َأ ْه ِل اَأْلر‬
‫ت‬ ْ
ُ ْ‫ق تَاهُ ال َمو‬‫َأ‬ َّ
َ ‫صفَ الط ِري‬ َ َ‫ق َحتَّى ِإ َذا ن‬ ‫َأ‬
َ َ‫ رْ ضُ سَوْ ٍء فَا ْنطَل‬h‫ضكَ فَِإنَّهَا‬ ِ ْ‫ض َك َذا َو َك َذا فَِإ َّن بِهَا ُأنَاسًا يَ ْعبُ ُدونَ َ فَا ْعبُ ْد َ َم َعهُ ْم َواَل تَرْ ِج ْع ِإلَى ر‬
‫َأ‬ ‫هَّللا‬ ‫هَّللا‬ ِ ْ‫َأر‬
ُّ َ‫ب ِإنَّهُ لَ ْم يَ ْع َملْ خَ ْيرًا ق‬
‫ط‬ ِ ‫ت َماَل ِئ َكةُ ْال َع َذا‬ ْ َ‫ت َماَل ِئ َكةُ الرَّحْ َم ِة َجا َء تَاِئبًا ُم ْقبِاًل بِقَ ْلبِ ِه ِإلَى هَّللا ِ َوقَال‬ ْ َ‫ب فَقَال‬ ِ ‫ت فِي ِه َماَل ِئ َكةُ الرَّحْ َم ِة َو َماَل ِئ َكةُ ْال َع َذا‬ hْ ‫َص َم‬
َ ‫اخت‬ ْ َ‫ف‬
‫ض الَّتِي‬ ِ ْ‫ضي ِْن فَِإلَى َأيَّتِ ِه َما َكانَ َأ ْدنَى فَهُ َو لَهُ فَقَاسُوهُ فَ َو َجدُوهُ َأ ْدنَى ِإلَى اَأْلر‬ َ ْ‫ال قِيسُوا َما بَ ْينَ اَأْلر‬ َ َ‫ك فِي صُو َر ِة آ َد ِم ٍّي فَ َج َعلُوهُ بَ ْينَهُ ْم فَق‬ ٌ َ‫فََأتَاهُ ْم َمل‬
‫ص ْد ِر ِه نَحْ ِوهَا‬ َ ِ‫ت نَ ى ب‬ ‫َأ‬ ْ ‫َأ‬ َّ ‫َأ‬ ُ ْ
ُ ْ‫ال قَتَا َدةُ فَقَا َل ال َح َسنُ ذ ِك َر لَنَا نهُ لَ َّما تَاهُ ال َمو‬ ُ
َ َ‫ضتهُ َماَل ِئ َكة ق‬ ْ َ َ‫َرا َد فَقَب‬ ‫َأ‬

Artinya: Abu Sa’id, Sa’d bin Malik bin Sinan Al-Khudri RA berkata bahwa Nabi SAW bersabda:

“Di kalangan masyarakat sebelum kalian, ada seorang laki-laki yang telah membunuh 99 orang. (Karena
ingin bertaubat), ia bertanya kepada seseorang, di mana orang yang paling banyak ilmunya berada? Ia
ditunjukkan kepada seorang pendeta, lalu ia mendatangi pendeta itu.Orang yang mengantar berkata
(kepada si pendeta), ‘Ia telah membunuh 99 orang. Apakah ia masih memiliki peluang bertaubat.’(Laki-
laki pembunuh itu naik pitam) lalu membunuh si pendeta. Dengan demikian, ia telah membunuh seratus
orang.Pembunuh itu bertanya kembali tentang keberadaan orang yang paling banyak ilmunya. Ia
ditunjukkan kepada seorang ulama. (Sesampainya di tempat ulama itu), orang yang mengantar berkata,
‘Ia telah membunuh seratus orang, apakah masih terbuka pintu taubat baginya?’Ulama itu menjawab,
‘Ya. Tidak ada yang menghalangi Allah untuk menerima taubat. Berangkatlah ke daerah ini dan ini. Di
sana ada kaum yang menyembah Allah. Beribadahlah bersama mereka. Jangan kembali ke
lingkunganmu, karena lingkunganmu adalah lingkungan yang buruk (penuh maksiat).’Laki-laki itu
berangkat (memenuhi nasihat ulama itu). Di tengah perjalanan, ia meninggal dunia.Malaikat rahmat dan
malaikat azab bertengkar (memperebutkannya). Malaikat rahmat berkata, ‘Dia telah datang dalam
keadaan bertaubat. Hatinya tertuju kepada Allah (karena itu, dia adalah bagianku).’ Malaikat azab
berkata, ‘Dia belum melakukan kebaikan sedikit pun (karena itu, dia bagianku).’Kemudian, datanglah
seorang malaikat dalam bentuk manusia. Kedua malaikat itu mengangkatnya untuk menjadi
penengah.Dia (malaikat penengah) berkata, ‘Ukurlah jarak dua tanah itu (tanah yang mengarah ke
tempat pemberangkatan laki-laki yang akan bertaubat dan tanah yang akan dituju). Ke manakah dia
lebih dekat, maka laki-laki ini miliknya.’Dua malaikat mengukur tanah tersebut. Setelah itu, diketahui
bahwa si pembunuh lebih dekat dengan tanah yang akan ditujunya. Dengan demikian, malaikat
rahmatlah yang berhak mengambilnya.” (Muttafaq ‘alaih)Di dalam riwayat lain disebutkan: “Jarak ke
tanah yang akan dituju lebih dekat satu jengkal, maka ia menjadi golongannya.”Di dalam riwayat lain
disebutkan: “Allah memerintahkan kepada tanah tempat pemberangkatan untuk menjauh dan
memerintahkan kepada tanah tempat tujuan untuk mendekat, lalu berfirman, ‘Ukurlah keduanya.’
Mereka mendapati bahwa tanah tujuan lebih dekat satu jengkal, maka dosa-dosanya diampuni.’”Di
dalam riwayat lain disebutkan: “Dada orang tersebut mendekat ke arah tanah yang dituju.Namun meski
seorang pembunuh bisa bertaubat dari dosanya, ia harus tetap melakukan penebusan atau kafarat.
Adapun kafarat dari membunuh adalah membebaskan budak yang beriman dan bila tidak bisa, maka
puasa selama dua bulan secara berturut-turut .Walaupun bisa melakukan kafarat, hal ini hanya berlaku
jika wali dari korban yang terbunuh tidak meminta untuk qisash atau hukuman yang sama, dalam hal ini
dibunuh juga. Maka hukuman qisash ini akan menjadi kafarat bagi pelaku di dunia.

Adapun kafarat selain dengan qisash, yaitu memerdekakan budak, diambil dari sabda Nabi Muhammad
SAW berikut:

‫ب يَ ْعنِي النَّا َر بِ ْالقَ ْت ِل فَقَا َل َأ ْعتِقُوا َع ْنهُ يُ ْعتِ ْق هَّللا ُ بِ ُك ِّل عُضْ ٍو ِم ْنهُ عُضْ ًوا ِم ْنهُ ِم ْن‬
َ ‫ب لَنَا َأوْ َج‬
ٍ ‫اح‬
ِ ‫ص‬َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِي‬ َ ‫ال َأتَ ْينَا َرس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ َ َ‫ق‬
‫ار‬ َّ
ِ ‫الن‬

Artinya: "Kami pernah datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menanyakan perihal
sahabat kami yang telah divonis neraka karena sebab membunuh. Beliau kemudian bersabda:
"Bebaskan budak untuknya, maka Allah akan membebaskan dengan setiap anggota badan budak
tersebut satu anggotan badannya dari Neraka." (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Salah satu imam madzhab, Asyafi'i berkata:

"Jika penebusan dosa diperlukan untuk suatu kesalahan, maka itu lebih diperlukan untuk pembunuhan
yang disengaja. Terutama jika wali korban tidak memaafkannya. Adapun jika walinya telah wafat, maka
kafarat dibayarkan kepada baitul mal umat Muslim."Pembunuhan (al qatl) atau kejahatan terhadap jiwa
manusia (al jinayah 'ala an nafs al insaniyyah) adalah kejahatan besar. Seperti dinukil kitab at Targhib
wat Tarhib, dalam syariat Islam, pelaku pembunuhan berencana terancam mendapatkan hukuman mati.
Pelaku pembunuhan berencana sangat dimurkai Allah Subhanahu wa Ta'ala dan kelak orang tersebut
akan merasakan balasan atas tindakannya menghilangkan nyawa orang lain tanpa hak di neraka
jahanam. Allah akan melaknatnya di akhirat dalam arti tidak akan memberikannya sedikitpun rahmat
kendati orang tersebut meminta pertolongan untuk dibebaskan dari siksa neraka. Itu karena
perbuatannya yang telah menghilangkan nyawa seorang mukmin dengan sengaja atau direncanakan.
Allah berfirman:

ِ ‫ب اللَّـهُ َعلَ ْي ِه َولَ َعنَهُ َوَأ َع َّد لَهُ َع َذابًا ع‬


٩٣﴿ ‫َظي ًما‬ ِ ‫﴾ َو َمن يَ ْقتُلْ ُمْؤ ِمنًا ُّمتَ َع ِّمدًا فَ َجزَ اُؤ هُ َجهَنَّ ُم خَالِدًا فِيهَا َو َغ‬
َ ‫ض‬
Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya adalah neraka
Jahannam, dia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan Allah melaknatnya serta
menyediakan azab yang besar baginya. (Alquran surat An Nisa ayat 93).

Kejahatan membunuh orang dengan sengaja atau dengan perencanaan adalah termasuk kejahatan yang
mendatangkan dosa besar. Kecuali membunuh manusia yang memang berhak untuk dibunuh oleh orang
yang memiliki kewenangan membunuhnya, seperti pelaku kejahatan terorisme yang tidak mau
bertaubat dan kukuh pada pendiriannya untuk mengulangi aksinya, lalu atas ketetapan majelis hakim,
pelaku terorisme itu dijatuhi hukuman mati. Maka yang berhak melakukan eksekusi hukuman hanya
algojo atau istilah lainnya yang digunakan dalam suatu negara. Atau juga membunuh dalam sebuah
pertempuran antara umat Muslim melawan kaum kafir yang memusuhi atau memerangi Islam dan tidak
mau hidup berdampingan.

ِّ ‫س الَّتِى َح َّر َم هَّللا ُ ِااَّل ِب ْال َح‬


‫ق‬ ِ ‫ك بِاهَّلل ِ َوالسِّحْ ُر َوقَ ْت ُل النَّ ْف‬
ُ ْ‫ ال ِّشر‬:‫ال‬ ِ ‫اِجْ تَنِبُواال َّس ْب َع ْال ُموْ بِقَا‬: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ َ‫ت قِ ْب َل يَا َرسُوْ َل هَّللا ِ َو َماه َُّن؟ ق‬ َ َ‫َوق‬
َ ‫ال‬
ِ ‫ت ْال ُمْؤ ِمنَا‬
‫ت‬ hِ ‫ت ْالغَافِاَل‬ ِ ‫صنَا‬ َ ْ‫ف َوقَ ْذفُ ْال ُمح‬ َ َ‫ال ْاليَتِي ِْم َوَأ ْك ُل الرِّ ب‬
ِ ْ‫اوالتَّ َولِّى يَوْ َم ال َّزح‬ ِ ‫وَأ ْك ُل َم‬.
َ

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: "Jauhilah olehmu tujuh dosa besar yang bakal mencelakakan". Ditanyakan oleh
para sahabat: "Ya Rasulullah, apa tujuh dosa besar itu?". Nabi bersabda: "Menyekutukan Allah, dan sihir,
dan membunuh seseorang yang Allah haramkan kecuali dengan hak (dengan hukuman yang benar),
makan harta anak yatim, makan barang riba, melarikan diri dari perang, menuduh zina wanita-wanita
yang telah bersuami yang menjauhi kemaksiatan (atau wanita baik-baik. (HR. Bukhari dan Muslim).

Anda mungkin juga menyukai