Pendahuluan
A.Latar Belakang
Pada saat sekarang semakin banyak kita mendengar di masyarakat tentang
orang-orang yang melakukan pembunuhan.seakan-akan yang mereka lakukan itu
adalah hal yang sangat biasa dilakukan.Mereka yang melakukan itu tidak tau
bagaimana hukum bagi yang membunuh.Orang-orang itu membunuh di sebabkan
oleh berbagai macam hal, baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak
sengaja.sementara pengetahuan tentang hukum bagi orang yang melakukan
pembunuhan di sengaja maupun tidak di sengaja sangat sedikit yang mengetahui
tentang hal itu.
Sama halnya dengan pembunuhan,dewasa ini semakin banyak juga orangorang yang gampang sekali mengakhiri hidupnya hanya karena sesuatu yang
sepele.masalah-masalah yang sebenarnya bisa di selesaikan dan ada jalan
keluarnya.tetapi karna adanya rasa rendah diri dalam diri seseorang,mereka
dengan gampang mengakhiri hidupnyaHal seperti ini disebabkan karena
kurangnya pemahaman mereka tentang islam dan kurangnya mereka mendekatkan
diri kepada sang pencipta yaitu Allah SWT.
B.Rumusan Masalah
a).Bagaimana hukum pembunuhan menurut islam?
b).Bagaimana hukum membunuh baik yang sengaja maupun yang tidak di sengaja
menurut pandangan islam?
c).Bagaimana hukum bunuh diri dalam islam?
C.Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a).Mengetahui bagaimanakah pandangan islam tentang pembembunuhan baik
yang disengaja maupun yang tidak di sengaja
b).Mengetahui bagaimanakah pandangan islam tentang bunuh diri
c).Mengetahui apa-apa saja hukum tentang pembunuha mau pun bunuh diri
d).Menambah keimana dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Bunuh Diri dan Pembunuhan
1.Pembunuhan
Pembunuhan dalam bahasa Indonesia diartikan dengan proses, perbuatan,
atau cara membunuh. Sedangkan pengertian membunuh adalah mematikan;
menghilangkan (menghabisi; mencabut nyata)
Dalam arti istilah, pembunuhan didefinisikan oleh Wahbah Zuhaili yang sebagai,
Pembunuhan adalah perbuatan yang menghilangkan atau nyawa seseorang.
Abdul Qadir Audah memberikan definisi pembunuhan sebagai, Pembunuhan
adalah perbuatan manusia yang menghilangkan kehidupan yakni pembunuhan itu
adalah menghilangkan nyawa manusia dengan sebab perbuatan manusia yang
lain.
Dari definisi tersebut disimpulkan bahwa perbuatan seseorang terhadap orang lain
yang mengakibatkan hilangnya nyawa, baik perbuatan tersebut dilakukan dengan
sengaja maupun tidak sengaja.
2.Bunuh Diri
Bunuh diri adalah perbuatan menghentikan hidup sendiri yang dilakukan
oleh individu itu sendiri atau atas permintaannya.
Pada dasarnya, segala sesuatu itu memiliki hubungan sebab akibat (ini adalah
sistematika). Dalam hubungan sebab akibat ini akan menghasilkan suatu alasan
atau sebab tindakan yang disebut motif.
Pandangan Islam Tentang Bunuh Diri.
Agama Islam dengan tegas melarang dan mengharamkan perbuatan bunuh diri
dan melenyapkan nyawa sendiri.
Sebagaimana ditegaskan ALLAH melalui firman-Nya dalam kitab suci Al-Qur'an:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;
Sesungguhnya ALLAH adalah Maha Penyayang kepadamu."
[Q.S An-Nissa: 29]
Ada beberapa hadist pula yang menyebutkan bahwa bunuh diri itu merupakan
suatu tindakan yang salah dan sangat dilarang dalam agama Islam, yaitu:
Rasulullah bersabda:
"Sebelum kamu, pernah ada seorang laki-laki luka, kemudian marah sambil
mengambil sebilah pisau dan dipotongnya tangannya, darahnya terus mengalir
sehingga dia mati. Maka berkatalah ALLAH: "Hamba-Ku ini mau mendahulukan
dirinya dari (takdir)-Ku. Oleh karena itu Kuharamkan syurga atasnya".
{HR. Bukhari dan Muslim}
Menurut definisi ini, pembunuhan menyerupai sengaja memiliki dua unsur yaitu
unsur kesengajaan dan unsur kekeliruan. Unsur kesengajaan terlihat kesengajaan
berbuat berupa pemukulan. Unsur kekeliruan terlihat dalam ketiadaan niat
membunuh. Dengan demikian, pembunuhan tersebut menyerupai sengaja karena
adanya kesengajaan dalam berbuat.
Menurut Syafiiyah, seperti juga dikutip oleh Abdul Qadir Audah, pengertian
pembunuhan menyerupai sengaja adalah, Pembunuhan menyerupai sengaja
adalah suatu pembunuhan di mana pelaku sengaja dalam perbuatan, tetapi keliru
dalam pembunuhan.
Menurut Hanabilah, pengertian pembunuhan menyerupai sengaja adalah,
Pembunuhan menyerupai sengaja adalah sengaja dalam melakukan perbuatan
yang di larang, dengan alat yang pada galibnya tidak akan mematikan, namun
kenyataannya korban mati karenanya.
Pembunuhan Karena Kesalahan
Pengertian pembunuhan karena kesalahan, sebagaimana dikemukakan oleh Sayid
Sabiq adalah;
Pembunuhan karena kesalahan adalah apabila seorang mukalaf melakukan
perbuatan yang dibolehkan untuk dikerjakan. seperti menembak binatang buruan
atau membidik suatu. sasaran, tetapi kemudian mengenai orang yang dijamin
keselamatannya dan membunuhnya.
Wahbah Zuhaili memberikan pengertian pembunuhan karena kesalahan sebagai,
Pembunuhan karena kesalahan adalah pembunuhan yang tejadi tanpa maksud
melawan hukum, baik dalam perbuatannya maupun objeknya.
Kekeliruan dalam pembunuhan itu ada dua macam, yaitu
1.Pembunuhan karena kekeliruan semata-mata, dan
2.Pembunuhan yang disamakan/dikategorikan dengan kekeliruan
sikap tidak ridha dengan ketetapan dan takdir Allah Subhanahu wa Taala.
Perbuatan ini dilarang dalam firman Allah Subhanahu wa Taala,
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka-sama-suka di antara kamu. Serta, janganlah kamu
membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu. (Qs. anNisa`: 29)
Jenis kedua, membunuh orang lain.
Allah Subhanahu wa Taala dengan tegas melarang membunuh jiwa manusia
dengan sengaja, dan mengancam pelakunya dengan ancaman yang berat. Allah
Subhanahu wa Taala berfirman, Dan barangsiapa yang membunuh seorang
mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah jahanam. Ia kekal di dalamnya,
Allah murka kepadanya, mengutuknya, serta menyediakan azab yang besar
baginya. (Qs. an-Nisa`: 93)
Bentuk Pembunuhan yang Disengaja
Pembunuhan dengan sengaja memiliki beragam bentuk yang ada dalam realita, di
antaranya:
1. Membunuh dengan senjata tajam (al-muhaddad), yaitu dengan cara
melukai tubuh dengan senjata tajam, seperti pisau, senapan, tombak,
lembing, dan jenis senjata tajam lainnya. Ini disepakati para ulama sebagai
salah satu jenis pembunuhan dengan sengaja.
2. Membunuh dengan senjata tumpul, atau senjata yang membunuh karena
beratnya atau pengaruhnya di tubuh (al-mutsaqqal), seperti dengan cara
memukulkan batu besar dan sejenisnya. Apabila batunya kecil, maka
bukan termasuk pembunuhan dengan sengaja, kecuali bila dipukulkan
kebagian anggota tubuh yang mematikan, atau dalam keadaan lemahnya
korban seperti sakit, kecil, dan sejenisnya, atau memukulnya dengan
berulang-ulang hingga mati. Termasuk juga pembunuhan dengan almutsaqqal adalah menimpakan tembok ke orang lain dan menabrakkan
mobil ke tubuh korban.
3. Melemparkan korban ke tempat berbahaya yang dapat membunuhnya,
seperti melemparkannya ke dalam kandang singa atau dikurung bersama
ular berbisa yang membunuhnya. Apabila sengaja melemparkannya ke
tempat-tempat yang mematikan tersebut, maka ia telah sengaja membunuh
korban dengan sesuatu yang umumnya bisa membunuh.
Qayyim dan Ibnu Utsaimin, adalah Allah yang akan menggantinya di hari kiamat
dari hamba-Nya yang bertobat, dan Allah akan memperbaiki hubungan keduanya .
Ketiga, hak wali korban. Keluarga korban yang mencakup seluruh ahli warisnya
memiliki hak atas pelaku pembunuhan, dengan diminta memilih tiga pilihan:
Pilihan pertama, qisas, yaitu dengan dilakukannya hukuman pancung kepada
pelaku pembunuhan, yang hukuman ini dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini
berdasarkan pada firman Allah Subhanahu wa Taala,
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu untuk melaksanakan
qisas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh. (Qs. al-Baqarah: 178)
Dianjurkan bagi para ahli waris korban untuk mengampuni pelaku dari qisas,
apabila pelaku tidak dikenal sebagai orang jelek, berdasarkan firman Allah
SWT:Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya,
hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah
(yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf, dengan cara
yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Rabbmu, dan
merupakan suatu rahmat. (Qs. al-Baqarah: 178)
Apabila seluruh ahli waris atau seseorang dari mereka memaafkan si pembunuh
qisas maka gugurlah qisas bagi si pembunuh, dan si pembunuh wajib menunaikan
pilihan kedua, yaitu diyat.
Pilihan kedua, membayar diyat, berdasarkan sabda Rasulullah
SAW:Barangsiapa yang menjadi wali korban pembunuhan, maka ia diberi dua
pilihan: memilih diyat atau qisas. (Hr. Muslim, no. 3371)
Pilihan ketiga, memberikan ampunan tanpa bayaran. Para ahli waris korban
memiliki hak untuk mengampuni pelaku dengan tidak meminta qisas maupun
diyat. Apabila sebagian ahli waris memberikan ampunan ini, maka gugurlah
bagiannya dari diyat dan pelaku hanya membayar bagian diyat untuk ahli waris
korban yang tidak memaafkannya. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT:
Barangsiapa yang melepaskan (hak qisas)-nya, maka melepaskan hak itu
(menjadi) penebus dosa baginya. (Qs. al-Ma`idah: 45)
10
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Agama Islam dengan tegas melarang dan mengharamkan perbuatan bunuh
diri dan melenyapkan nyawa sendiri.
Sebagaimana ditegaskan ALLAH melalui firman-Nya dalam kitab suci Al-Qur'an:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;
Sesungguhnya ALLAH adalah Maha Penyayang kepadamu."
[Q.S An-Nissa: 29]
B. Saran
Mengingat demikian beratnya hukuman bagi seorang pembunuh
dalam Islam, kepada muslim dan muslimah diminta untuk menjauhkan
diri dari perbuatan tersebut agar semuanya selamat hidup di dunia dan
di akhirat kelak. Apabila manusia mengenal logika Islam bahwa kematian
bukanlah ujung perjalanan melainkan awal perjalanan tanpa ujung dan batas.
Karena itu bunuh diri sama sekali tidak akan membantu manusia menyelesaikan
persoalan yang dihadapinya . Di samping itu, tiada satu pun, termasuk berbagai
kesulitan hidup, yang berharga di dunia ini yang melebihi harga jiwa yang
direnggutnya dengan bunuh diri.
11
12