Anda di halaman 1dari 3

Hasil Diskusi Kel 1 (Sesi Pertama)

1. Siti Nor Sa'adah izin bertanya. Pada slide ketiga bagian materi ada disebutkan "orang yang
terbunuh terpelihara darahnya" itu maksudnya seperti apa dan berikan contohnya.
Dijawab oleh Suchi Lestari
maksudnya itu adalah orang yg melakukan tindak pidana. Jika seorang mukmim membunuh
orang kafir, orang murtad, pezina yang sudah menikah, ataupun seorang pembunuh, maka dal
hal ini hukuman qishash tidak berlaku. Rasulullah SAW bersabda:
‫الَ يُ ْقتَ ُل ُم ْسلِ ٌم بِكَافِ ٍر‬
Artinya:
Tidak dibunuh seorang muslim yang membunuh orang kafir. H.R Al-Bukhari)
Hadis di atas menjelaskan bahwa seorang muslim yang membunuh orang kafir tidak diqishash.
Pun demikian, harus dipahami bahwa orang kafir terbagi menjadi bagian yaitu:
Kafir yang melakukan tindak kedzaliman kepada kalangan muslimin hingga sampai pada
tahapan "memerangi". Seorang muslim yang membunuh kafir ini tidak diqishash dan tidak
dikenai hukuman apapun.
Kafir yang berada di bawah kekuasaan penguasa muslim dan berinteraksi secara damai dengan
kalangan muslimin. Penguasa muslim berhak menghukum seorang muslim yang membunuh kafir
dzimmi. Semakin jelas disini, bahwa pada prinsipnya seorang muslim harus menghargai
siapapun, termasuk juga kalangan non muslim, selama mereka tidak berniat menghancurkan
dinul Islam dan mendzalimi kalangan muslimin

2. Andriani izin bertanya, Bagaimana hukum Qishash bagi orang yang sudah bertaubat sebelum
kejahatannya itu terungkap?
Dijawab oleh Yasrin Maulana
Sebelumnya yasrin share dulu dasar hukum dari qishash. sebagaimana firman Allah yang
mengatakan,
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang
yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan
wanita. Maka Barang siapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang
memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar
(diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu,
maka baginya siksa yang sangat pedih." (al-Baqarah/2: 178)
Jadi jika dosanya adalah menganiaya atau membunuh, maka tidak cukup hanya bertaubat dan
menyerahkan dirinya antara dia dan Allah semata
Ia tetap dituntut untuk menyerahkan diri kepada yang berwajib agar diadili. Ia pun harus rela
diqishash, apabila si korban atau keluarga korban menuntut qishash.
Kecuali jika ada perdamaian dan si korban memaafkan sesudahnya atau dengan kompensasi
membayar sejumlah uang, tebusan/diyat.
3. Rudi izin bertanya. Apabila seseorang dihukum qishas itu sudah terampuni dosanya di akhirat
nanti ataukah harus bertaubat terlebih dahulu?
Dijawab oleh Arsaidil
apabila seseorang telah di qishash di dunia maka dosa di akhirat di ampuni karena fungsi dari
qishash itu adalah jawabir wa Zawajir, jawabir artinya sebagai penutup dosanya, jika ia
membunuh di dunia lalu di hukum bunuh di dunia maka dosa pembunuhannya tadi di ampuni di
akhirat. Sedangkan zawajir artinya memberi peringatan keras kepada kau muslimin agar tidak
melakukan pembunuhan. Nah apabila orang yang di qishash ini sudah bertobat sebelum di
qishash maka jika ia di qishash ia akan mendapatkan pahala gantian dari dosanya.

(Sesi Kedua)
1. Saya Rusli dari kelompok 5 izin bertanya. Apakah hukuman qishash berlaku pada kasus
seorang budak membunuh tuannya? Jika tidak, apa hukumannya?
Dijawab oleh Yasrin Maulana
bisa dilihat di atas. Jadi baik budak yang membunuh majikan, ataupun sebaliknya, jika
memang sengaja membunuh maka tetap akan dikenakan qishash
Rusli bertanya lagi, Berarti syarat qishash yang "yang dibunuh sama derajatnya dengan si
pembunuh" di ppt itu dihapus, ya?
Dijawab lagi oleh Arsaidil
menurut pendapat kami budak yang membunuh tuannya tidak di qishash hal ini berdasarkan
ayat Qur'an surah Al Baqarah 178.
2. Mukminyasin ahmad dari Kel 10 izin bertanya bagaimana jika seorang perampokan menusuk
adik nya mengunakan pisau lalu kakak nya menyelamatkan adik nya tapi kakaknya ini terbawa
emosi lalu membunuh perampok itu lalu disaat dipengadilan kakaknya tu mengatakan bahwa dia
melakukan itu untuk menyelamatkan adik nya pertanyaannya apakah itu termasuk dalam
membunuh sengaja atau tidak sengaja dan bagiamana hukum nya
Dijawab oleh Yasrin Maulana
Di dalam Islam, orang menyerang jiwa, merampas harta dengan kekerasan di tengah jalan
disebut dengan quttha’ut thariq. Menurut para ulama, jika kita dirampok dan diteror, maka kita
diperbolehkan melawan aksinya dimulai dengan cara paling mudah dan paling sedikit
menimbulkan bahaya. Namun jika perampok tersebut tidak bisa dihentikan kecuali melawan
dengan cara membunuh, maka kita dibolehkan untuk membunuhnya.
Bahkan korban boleh melawannya dengan cara paling mudah yang bisa dilakukan. Jika para
perampok tidak mau berhenti kecuali dengan cara memerangi mereka, maka korban boleh
memeranginya. Jika korban terbunuh, maka dia mati syahid. Jika korban membunuh para begal,
maka korban tidak boleh dituntut.
Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmu’ Al-Fatawa
berikut;
Kaum muslimin sepakat mengenai kebolehan melawan para begal dan perampok. Terdapat hadis
dari Nabi Saw, bahwa beliau bersabda, ‘Barangsiapa dibunuh karena membela hartanya, maka
dia syahid.’ Para begal jika hendak merampas harta korban, maka bagi korban tidak wajib
menyerahkannya. Ini merupakan kesepakatan para imam.
Dengan demikian, membunuh para begal/perampok jika dalam keadaan terdesak, apalagi para
perampok hendak merampas harta dan kehormatan diri, hukumnya dibolehkan. Dan jika para
begal terbunuh, maka korban tidak boleh dituntut apapun apalagi sampai dipenjara karena dia
melawan hanya untuk membela harta dan kehormatan diri. Sementara membela harta dan
kehormatan diri dalam Islam hukumnya adalah wajib.
3. Saya Salhah perwakilan kelompok 11 izin bertanya. Jadi menurut kalian bagaimana definisi
dan klasifikasi Jarimah pembunuhan itu sendiri, karena dari yg saya baca juga dengar di slide
ketiga disana cuman tertera materi mengenai qishash sedangkan judulnya ialah mengenai definisi
dan klasifikasi jarimah pembunuhan, tia.
Dijawab oleh Suchi Lestari
sebelumnya kami mohon maaf atas kekeliruan yang kami lakukan tanpa di sadari.
Jadi jarimah pembunuhan itu sendiri adalah suatu perbuatan menghilangkan nyawa seseorang.
Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat dalam mengklasifikasikan jarimah pembunuhan.
Ada yang membagi pada dua bagian, pendapat ini dipegang oleh madzhab Maliki. Ada yang
membagi pada tiga bagian pendapat ini dipegang oleh madzhab Hambali, Syafi'i, dan Hanafi.
Kemudian ada pula yang membagi pada empat dan lima bagian pendapat ini dipegang oleh
sebagian pengikut madzhab Hanafi yaitu al-Kasani dan al-Marghinani. Unsur-unsur dalam
sebuah jarimah itu ada tiga yaitu, unsur formal atau rukun syarâ yaitu adanya ketentuan syaraâ
atau nash yang menyatakan bahwa perbuatan yang dilakukan merupakan perbuatan yang oleh
hukum dinyatakan sebagai sesuatu yang dapat dihukum atau adanya nash (ayat) yang
mengancam hukum terhadap perbuatan yang dimaksud. Unsur materil atau rukun maddi yaitu
adanya perilaku yang membentuk jarimah, baik berua perbuatan ataupun tidak berbuat atau
adanya perbuatan yang bersifat melawan hukum. Unsur moril atau rukun adabi, unsur ini
disebut dengan al-masa'i uliyyah al jinayah atau pertanggung jawaban pidana.

Dan al-Marghinani membagi jarimah pembunuhan kepada lima macam yaitu pembunuhan
sengaja, semi sengaja, kekeliruan, serupa kekeliruan, dan pembunuhan tidak langsung. Menurut
al-Marghinani pelaku pembunuhan sengaja dihukum qishash dan kifarat, diat dan takzir, serta
penghapusan hak waris dan menerima wasiat. Pelaku jarimah pembunuhan semi sengaja
dihukum diat dan kifarat, takzir, serta penghapusan hak waris dan menerima wasiat. Pelaku
jarimah pembunuhan kekeliruan dihukum diat dan kifarat, puasa dua bulan berturut-turut
sebagai pengganti memerdekakan hamba apabila hamba tidak diperoleh, serta hak waris dan
menerima wasiat. Kemudian untuk pelaku jarimah pembunuhan serupa kekeliruan dan
pembunuhan tidak langsung dihukumi dengan hukuman diat dengan tidak dikenai kifarat dan
penghapusan hak waris dan wasiat.
4. saya Marlina perwakilan dari kelompok 2 izin bertanya, ada sebuah kasus dimana seorang ibu
yang sedang menyusui anak nya, lalu tanpa sadar seorang ibu tersebut tertidur sehingga pada saat
terbangun ia sudah melihat anak nya meninggal, dari kasus tersebut apakah termasuk ke dalam
pembunuhan tidak sengaja?
Dijawab oleh Arsaidil
menurut kelompok kami kasus tersebut tidak termasuk dalam pembunuhan tidak sengaja
melainkan suatu kelalaian seorang ibu hingga menyebabkan anaknya meninggal, kalau
pembunuhan tidak sengaja yaitu seperti seseorang memukul temannya dengan pensil hanya
untuk bercanda namun seketika itu temannya meninggal. Ini yang di maksud pembunuhan tidak
sengaja karena tidak ada indikator kesengajaan untuk membunuh.

Anda mungkin juga menyukai