Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam islam prilaku pembunuhan sangat dilarang dalam agama, dan
mendapat sangsi yang sesuai dengan pembunuhannya. Dalam islam ada tiga jenis
pembunuhan.
1. Pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja, yaitu merencanakan pembunuhan
dalam keadaan jiwa sehat dan penuh kesadaran .
2. Pembunuhan yang terjadi tanpa sengaja dengan alat yang tidak mematikan.
3. Pembunuhan karena kesalahan atau kekhilafan semata-mata tanpa direncanakan
dan tidak ada maksud sama sekali, misalnya kecelekaan.
Dalam islam setiap jenis pembunuhan mempunyai sangsi masing-masing,
baik dia pembunuhan sengaja, tidak sengaja , ataupun tersalah.
Maka dari itu kami disini akan membahas tentang hukuman yang diberikan
kepada pelaku pembunuhan. Dimana dalam islam hukuman itu terdiri dari qisas,
diyat, dan kafarat.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas antara lain :
a. Menjelaskan Pengertian Qisas, diyat, dan kafarat ?
b. Bagaimanakah hukuman bagi pembunuhan sengaja, tidak sengaja, dan tersalah
c. Bagaimanakah ketentuan qisas, diyat , dan kafarat dalam islam ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui Pengertian Qisas, diyat, dan kafarat ?
b. Untuk mengetahui hukuman bagi pembunuhan sengaja, tidak sengaja, dan
tersalah
c. Untuk mengetahui ketentuan qisas, diyat , dan kafarat dalam islam ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Qisas
1. Pengertian Qisas
Qisas adalah pembayaran yang seimbang antara pelaku dan yang
dianiaya seperti bila membunuh harsu dibunuh, mematahkan gigi harus dipatah
gigi, dan lain-lain. Firman Allah SWT :
...
Artinya :
"Dan telah Kami tetapkan terhadap mereka di dalamnya (at-Taurat)
bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata.." (QS. Al-
Maidah: 45).

2. Macam-Macam Qisas
Qisas itu terbagi 2 yaitu :
a. Qisas jiwa
Qisas jiwa adalah qisas yang berhubungan dengan jiwa seseorang atau
hak hidup seperti pembunuhan. Pembicaraan pada masalah ini berpangkal
pada pembicaraan tentang sifat pembunuhan dan pembunuh yang karena
berkumpulnya sifat-sifat tersebut bersama korban mengharuskan adanya
qisas.tidak semua pembunuhan dapat dikenai qisas melainkan qisas itu
hanya dikenakan pada orang yang membunuh tertentu dengan cara
pembunuhan tertentu dan korban tertentu. Dan demikian itu karena yang
dituntut dalam hal ini tidak lain hanyalah keadilan.
Mengenai pembunuhan yang dapat dikenai qisas haruslah sesuai
dengan aturan tertentu dan syarat tertentu, yaitu :
1) Syarat-syarat pembunuh
Fuqaha telah sepakat bahwa pembunuh yang dapat diqisas
disyaratkan : berakal sehat, dewasa, menghendaki kematian (korbannya),
melangsungkan sendiri pembunuhannya tanpa ditemani orang lain.

2
Fuqaha berselisih pendapat tentang orang yang dipaksa
membunuh dan orang yang memaksanya:
Imam Malik, Syafi'ie, Ats-Tsauri, Ahmad, Abu Tsaur dan fuqaha
lainnya berpendapat bahwa pembunuhan itu harus dikaitkan kepada
pelaksananya, bukan kepada penyuruhnya. Tetapi si penyuruh ini
harus dikenai hukuman.
Segolongan fuqaha berpendapat bahwa kedua orang itu (pelaksana dan
penyuruh) harus dihukum mati.
Demikian itu apabila dalam pembunuhan itu tidak terdapat unsur
paksaan dan kekuasaan (kekuatan) dari penyuruh atas orang-orang yang
disuruh. Jika si penyuruh mempunyai kekuasaan atas orang yang
disuruh, dalam hal ini ada 3 pendapat:
Daud, Abu hanifah dan salah satu pendapat Imam Syafi'i bahwa orang
yang menyuruh dikenai hukuman mati, sedangkan yang disuruh
hanya dikenai hukuman saja, tidak hukuman mati.
Salah satu pendapat Imam Syafi'i yang lain bahwa orang yang disuruh
dikenai hukuman mati, bukan orang yang menyuruh.
Imam Malik berpendapat bahwa keduanya harus dihukum mati.
2) Sifat pembunuhan
Fuqaha telah sepakat bahwa sifat pembunuhan yang dikenai qisas
adalah pembunuhan yang sengaja. Sedangkan pembunuhan yang mirip
sengaja seperti keliru dalam membunuh, dengan alat-alat yang biasanya
tidak dipakai untuk membunuh. Maka pembunuhan seperti ini tidak
dikenai qisas tetapai hanya dikenai diyat saja.
3) Syarat-syarat korban
Mengenai syarat-syarat yang mengharuskan qisas berkenaan
dengan orang yang dibunuh, maka korban tersebut harus sepadan dengan
jiwa orang yang membunuhnya. Adapun faktor-faktor yang
menyebabkan perbedaan nilai jiwa seseorang dengan lainnya ialah
keislaman, kekafiran, kemerdekaan, kehambaan, kelelakian, kewanitaan,
satu orang atau banyak orang.

3
b. Qisas anggota badan (pelukaan)
Pelukaan itu ada 2 macam; pelukaan yang dikenai qisas dan pelukaan
yang dikenai diyat atau pemaafan.
Mengenai pelukaan yang dapat dikenai qisas meliputi syarat-syarat
orang yang melukai, syarat-syarat pelukaan yang mengakibatkan qisas serta
syarat-syarat orang yang dilukai.
1) Syarat orang yang melukai
Orang yang melukai itu harus mukallaf (baligh (dewasa) dan
berakal).jika seseorang memotong anggota tubuh orang lain, maka tidak
diperselisihkan lagi bahwa ia dikenai qisas, jika pelukaan itu
mengakibatkan qisas.
2) Syarat orang yang dilukai
Jiwa orang yang dilukai itu disyaratkan seimbang dengan jiwa
orang yang melukai. Adapun faktor yang mempengaruhi keseimbangan
ini ialah kehambaan dan kekufuran.

3. Sanksi-Sanksi
Qisas itu dilaksanakan pada kasus :
a. Pembunuhan sengaja yang dilakukan oleh orang yang berakal sehat, dewasa,
menghendaki kematian (korbannya), melangsungkan sendiri
pembunuhannya tanpa ditemani orang lain.
b. Sebagian pelukaan yang mengakibatkan harus di qisas.
Sedangkan qisas tidak dapat dilaksanakan pada kasus :
a. Hilanganya tempat untuk di qisas, yaitu hilangnya anggota badan atau jiwa
orang yang mau di qisas sebelum dilaksanakan hukuman qisas.
b. Pemaafan, para ulama sepakat tentang pemaafan qisas bahkan lebih utama
daripada menuntutnya. Firman Allah SWT:
) 178 ( ...
"Maka barangsiapa mendapatkan pemaafan dari saudaranya " (QS.
Albaqarah: 178).
c. Perdamaian, yaitu berdamainya antara pelaku dan korban.

4
d. Diwariskan hak qisas, contoh bila ahli waris adalah anak pembunuh yakni
penuntut dan penanggung jwab qisas itu orangnya sama. Jelasnya mislanya
A membunuh saudara sendiri yang tidak mempunyai ahli waris kecuali
dirinya sendiri.

B. Diyat
1. Pengertian Diyat
Diyat adalah harta yang wajib dibayar oleh pelaku kepada korban atau
walinya disebabkan karena perbuatan jinayat (kriminal).
Firman Allah SWT :
) 92 (
"Dan barangsiapa membunuh seorang Mu'min karena tersalah, (hendaklah) dia
memerdekakan seorang hamba shaya yang beriman serta membayar diyat yang
diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu) kecuali jika mereka (keluarga
si terbunuh) bersedekah". (QS. An-Nisa: 92).
2. Macam-Macam Diyat
Fuqaha telah sependapat bahwa diyat karena pembunuhan terhadap
seorang merdeka dan muslim adalah 100 ekor unta, bagi orang yang mempunyai
unta.
Dalam madzhab Maliki diyat itu dibagi 3 macam: diyat pembunuhan
tersalah, diyat pembunuhan sengaja apabila diterima, dan diyat pembunuhan
mirip sengaja.
Imam Syafi'i berpendapat bahwa diyat itu terbagi 2 macam saja, yaitu:
diyat ringan yang dikenakan pada pembunuhan tersalah dan diyat berat yang
dikenakan pada pembunuhan sengaja dan mirip sengaja.
Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa diyat itu ada 2 macam, yaitu: diyat
pembunuhan tersalah dan diyat pembunuhan mirip sengaja. Bagi dia, diyat
pembunuhan sengaja itu tidak ada. Yang harus dibayar pada pembunuhan
sengaja itu adalah apa yang dihasilkan oleh perundingan (kesepakatan) di antara
kedua belah pihak dan harus dibayar tunai.
3. Kadar Dalam Diyat
Dalam hal ini ulama berbeda pendapat, yaitu:

5
a. Imam Syafi'i berpendapat bahwa pada dasarnya diyat itu adalah 100 ekor
unta.
b. Imam Malik, Abu Hanifah dan segolongan fuqaha sependapat bahwa diyat itu
tidak bisa diambil kecuali dari unta, emas atau perak.
c. Abu Yusuf, Muhammad bin Al-Hasan dan 7 fuqaha Madinah berpendapat
bahwa pemilik kambing dikenai diyat sebanyak 2000 ekor, pemilik sapi 200
ekor, dan pemilik pakaian 200 potong pakaian.

C. Pembuktian
Untuk membuktikan kebenaran dalam kasus kejahatan mana yang harus di
qisas dan mana yang dikenai diyat saja diperlukan :
1. Saksi
2. Alat yang dipakai
Imam Syafi'i dan Imam Malik berpendapat bahwa alat yang dipakai untuk
membunuh juga dipakai untuk mengqisas. Mereka berpegang pada hadits Nabi
Muhammad SAW :
.
"Bahwasanya seorang Yahudi memukul kepala seorang perempuan dengan
batu. Maka Nabi Muhammad memukul Yahudi itu dengan batu pula. Atau dia
mengatakan antara dua batu".
Para pengikut Imam Malik berselisih pendapat tentang orang yang
membakar orang lain, apakah dia harus dibalas dengan dibakar, meski mereka
pun sepakat dengan Imam Malik dalam hal meniru bentuk (cara) pembunuhan.
Begitu pula tentang orang yang membunuh orang lain dengan panah.
Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa dengan alat apapun yang
digunakan untuk membunuh, maka qisasnya hanya dengan pedang saja, sabda
Nabi Muhammad SAW :

"Tidak ada qisas kecuali dengan menggunakan besi".
3. Cara melakukan
Ulama berselisih pendapat tentang cara pelaksanaan qisas
jiwa. Ada pendapat yang mengatakan bahwa orang yang membunuh itu di qisas

6
menurut cara dia membunuh. , barang siapa yang membunuh dengan cara
menenggelamkan maka dia harus di qisas dengan cara ditenggelamkan pula,
bagi yang memukul dengan batu harus dipukul dengan batu.pendapat ini
dikemukakan oleh Imam Syafi'i dan Imam Malik, mereka mengatakan terkecuali
jika dengan cara demikian penyiksaannya akan berlangsung lama, maka
penggunaan pedang adalah lebih baik baginya.
Imam Abu Hanifah dan para pengikutnya berpendapat bahwa dengan cara
bagaimanapun ia membunuh namun ia hanya dihukum bunuh dengan pedang.
4. Situasi dan kondisi
Pembuktian yang keempat ini adalah dengan melihat situasi dan kondisi
saat melakukan kejahatan itu, apakah dilakukan dengan sengaja atau tidak atau
tersalah, dilakukan oleh satu orang atau lebih, terpaksa atau kehendak sendiri.
Ini penting sekali untuk mempermudah melaksanakan hukuman yang pantas.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam makalah ini ada beberapa hal yang dapat disimpulkan, yaitu :
1. Qisas adalah pembayaran yang seimbang antara pelaku dan yang dianiaya
seperti bila membunuh harsu dibunuh, mematahkan gigi harus dipatah gigi, dan
lain-lain.
2. Qisas itu ada 2 macam, yaitu : qisas jiwa dan qisas anggota badan (pelukaan).
3. Sanksi qisas dikenakan pada pembunuhan sengaja dan sebagian pelukaan yang
mengakibatkan harus di qisas.
4. Diyat adalah harta yang wajib dibayar oleh pelaku kepada korban atau walinya
disebabkan karena perbuatan jinayat (kriminal).
5. Macam-macam diyat ini ulama berselisih pendapat sebagaimana yang telah
disebutkan dalam bab II sebelumnya.
6. Kadar dalam diyat juga masih diperselisihkan oleh para ulama.
7. Pembuktian dalam kasus ini haruslah memenuhi syarat-syarat seperti adanya
saksi, alat yang dipakai untuk melakukan kejahatan itu, cara dan situasi
kondisinya.

B. Saran
Kami dari penulis berharap agar makalah yang kami buat ini bisa berguna
bagi pembaca, dan dapat menjadi panduan dalam belajar.

8
DAFTAR PUSTAKA

Djazuli H. Ahmad Prof. Drs, 1996, Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam


Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hanafi, Ahmad MA, 1990, Asas-Asas Hukum Pidana Islam,Jakarta: PT Midas Surya
Grafindo.
Rusyd, Ibnu, 1990, Terjemah Bidayatul Mujtahid, Semarang: Asy-Syifa.
Sabiq, Sayyid, 1983, Fiqih Sunnah Jilid II, Beirut: Darul Fikri.
Anwar , Junaidi. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Yudhistira
Mulyadi , Arif. 2001. Islam Sebagai Tatanan Kehidupan Manusia. Bogor: Yayasan
Tatang Nana
Rasyid, Sulaiman. 1994. Fikih Islam (hukum fikih lengkap). Bandung: Sinar Baru
Algensindo

Anda mungkin juga menyukai