Dosen Pengampu:
Dr. Fadila M.P.d
FAKULTAS TARBIYAH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat kelak. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu Ibu Dr. Fadila M.Pd yang telah
memberikan amanah untuk menyelesaikan pembahasan tentang gejala-gejala perasaan
(emosi ) pada manusia . Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Kesimpulan ......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perasaan (Emosi) biasanya disifatkan sebagai suatu keadaan (state ) dari diri
organisme atau individu pada suatu waktu. Misalnya orang merasa sedih, senang, terharu dan
sebagainya bila melihat sesuatu, mendengar sesuatu, mencium baud an sebagainya. Perasaan
termasuk gejalah jiwa yang dimiliki oleh semua orang hanya corak dan tingkatannya yang
tidak sama.
Beberapa teori psikologi menyebut perasaan sebagai segala sesuatu yang kita rasakan.
Tapi coba perhatikan contoh berikut ini. “Sakit hatiku mendengar kata-katamu!” dan “sakit
telingaku saat kau berteriak keras didekat telingaku”. Kata “sakit” dari dua contoh diatas jelas
memiliki pengertian yang berbeda meski sama-sama berdimensi rasa. Rasa sakit pada
pernyataan pertama tidak bersifat fisiologis. Maka kalau ditanya dimana letak sakit itu, kita
tidak bisa menyebut secara pasti, orang-orang menyimbolkan letak sakit itu berada di hati.
Sedangkan pada kata sakit pernyataan yang kedua bersifat fisiologis, karena itu kalau kita
ditanya dimana letak rasa sakit itu, kita bisa menyebut telinga.
Kedua kata sakit diatas sama-sama berbicara tentang rasa tapi dalam dimensi yang
berbeda. Yang satu berdimensi psikologis (kejiwaan) dan yang satu berdimensi fisologis
(fisik). Dapat kita tebak, manakah yang disebut perasaan ? Ya. Jawabannya adalah yang
pertama.
Ada perbedaan yang mendasar antara rasa yang dirasakan oleh jiwa (perasaan) dan
yang dirasakan oleh fisik. Jika kita menusuk tangan (indra kulit) 10 orang dengan
menggunakan jarum, maka kesepuluh orang tersebut akan merasakan sakit pada tangan
mereka. Tapi berbeda, jika kita hadapkan satu peristiwa, misalnya peristiwa meninggalnya
ayah, pada 10 orang yang berbeda. Tiap orang akan merasakan sesuatu yang berbeda. Yang
satu mungkin akan histeris, sedangkan yang lain bisa jadi sedih tapi tidak sampai histeris, dan
yang lainnya mungkin dianggap biasa. Orang hidup cepat atau lambat akan meninggal dunia.
Dari dua peristiwa diatas dapat kita ambil kesimpulan. Rasa sakit (indrawi) bersifat statis dan
mekanistis, tetapi perasaan bersifat dinamis. Jadi, perasaan adalah salah satu fungsi merasa
bagi jiwa, seperti perasaan marah, sedih, bahagia, gembira, malas, bosan, dsb. Sedangkan
1
rasa sakit seperti sakit pada kulit yang terluka, bau harum, suara yang memekakkan telinga
atau rujak yang pedas bukanlah fungsi perasaan, tetapi fungsi indrawi.
Maka penulis akan mencoba untuk menjelaskan makalah yang berjudul “ Gejala-
gejala Perasaan ( Emosi ) dan yang berrumusan masalah dibawah ini.
A. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perasaan
Perasaan ialah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami
dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat
subjektif. Jadi unsur-unsur perasaan ialah:
Ø Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang, yang tingkatannya tidak
sama.
Perasaan lebih erat hubungannya dengan peribadi seseorang dan berhubungan juga
dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu tanggapan perasaan seseorang terhadap
sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang lain, terhadap hal yang sama.
Karena adanya sifat subyektif pada perasaan inilah maka gejala perasaan tidak dapat
disamakan dengan gejala mengenal, tidak dapat disamakan dengan pengam,atan, fikiran dan
sebaginya. Perasaan tidak merupakan suatu gajala kejiwaan yang terdiri sendiri, tetapi
bersangkut paut dengan gejala mengenal. Kadang-kadang gejala perasaan diiringi oleh
peristiwa mengenal dan sebaliknya pada suatu ketika gejala perasaan yang menyertai
peristiwa mengenal.
1. Keadaan jasmani, misalnya badan kita dalam keadaan sakit, perasaan kita lebih
mudah tersinggung daripada badan kita dalam keadaan seha dan segar.
3
perasaaan manusia, antara lain keadaan keluarga, urusan rumah tangga, pergaulan sehari-
sehari, televisi, flim,majalah-majalah dan lain sebagainya.1
Menurut Wundt, perasaan tidak hanya dapat dialami individu sebagai perasaan senang
atau tidak senang, tetapi masih dapat dilihat dari dimensi lain. Memang salah satu segi
perasaan itu dialami sebagai perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenagkan. Hal ini
dinyatakan oleh Wundt sebagai dimensi yang pertama.
Disamping itu masih terdapat dimensi lain bahwa perasaan itu dapat dialami sebagai
suatu hal yang “exited” atau sebagai “innert feeling”, hal ini oleh Wundt dipergunakan sebagi
dimensi yang kedua.disamping itu masih adanya dimensi lain yang dipegunakan sebagai
dimensi yang ketiga yaitu
“expextancy” dan “release feeling” Sesuatu perasaan dapat dialami oleh individu
sebagai sesuatu yang masih dalam penghargaan,tetapi ada pula perasaan yang dialami
individu karena peristiwa atau keadaan itu telah nyata terjadi atau telah “release”(Woodworth
and Marquis,1957).
Sehubungan dengan soal dan waktu dan perasaan, Strens juga membedakan perasaan
dalam tiga golongan yaitu:
1
Abu Ahmadi dan M. Umar, Psikologi Umum, (Surabaya, PT. Bima Ilmu, 1992),Edisi Revisi , hlm,59-60.
2
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, ( Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 2009 ),Edisi Revisi, Cet, 4, hlm, 103-104.
4
Gejala perasaan tidak berdiri sendiri, melainkan bersangkut paut dengan gejala-gejala
jiwa yang lain bahkan perasaan dengan keadaan tubuh ini memang tidak dapat dipisahkan.
Contoh:
“Kalau ada orang bercakap-cakap biasanya disertai dengan gerakan tangan. Gerakan
ini tidak lain dari ungkapan perasaan untuk memperjelas apa yang dikatakannya. Orang yang
sedang menghormati orang lain, biasanya disertai dengan gerakan tangan dengan caranya
masing-masing. Gerakan tangan yang menyertai penghormatan tidak sama dengan gerakan
tangan yang menyertai perasaan marah, dan tidak sama pula dengan gerakan orang yang
sedang ketakutan”.
2. Pantomimik, gerakan-gerakan anggota badan bagi orang bisu tuli, terdiri dari
gerakan-gerakan yang termasuk mimik dan pantomimik.
3. Gejala pada tubuh, seperti denyut jantung bertambah cepat dari biasanya, muka
menjadi pucat dan sebagainya.3
D. Macam-macam Perasaan
Bigot telah memberikan ikhtisar mengenai macam-macam perasaan itu yang kiranya
sangat berguna sebagai rangka pembicaraan. Adapun ikhtisar tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Perasaan-perasaan jasmaniah
3
Abu Ahmadi, ibid, hlm, 104-105.
5
a. Perasaan intelektual
b. Perasaan kesusilaan
Perasaan kesusilaan atau disebut juga perasaan etis ialah perasaan tentang baik buruk.
Perasaan kesusilaan itu ada dua macam, yaitu positif dan negatif. Perasaan kesusilaan yang
positif misalnya dialami sebagai rasa puas kalau orang telah melakukan hal yang baik, dan
yang negatif misalnya dialami sebagai rasa menyesal kalau orang telah melakukan hal yang
tidak baik.
c. Perasaan keindahan
Perasaan keindahan yaitu perasaan yang menyertai atau yang timbul karena seseorang
menghayati sesuatu yang indah atau tidak indah.
d. Perasaan sosial
Perasaan sosial ialah perasaan yang mengikatkan individu dengan sesama manusia,
perasaan hidup bermasyarakat dengan sesama manusia untuk saling bergaul, saling tolong
menolong, memberi dan menerima simpati dan antipati, rasa setia kawan,dan sebagainya.
Perasaan harga diri ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu perasaan harga diri
yang positif dan perasaan harga diri yang negatif. Perasaan harga diri yang positif misalnya
perasaan puas, senang, gembira, bangga. Sedangkan perasaan harga diri negatif misalnya
perasaan kecewa, tak senang, tak berdaya, kalau seseorang mendapat celaan, dimarahi,
mendapatkan hukuman dan sebagainya.
f. Perasaan keagamaan
6
Perasaan keagamaan yaitu perasaan yang bersangkut paut dengan kepercayaan
seseorang tentang adanya Yang Maha Kuasa seperti misalnya rasa kagum akan kebesaran
Tuhan, rasa syukur setelah lepas dari marabahaya secara ajaib, dan sebagainya.4
Afek merupakan peristiwa psikis dapat diartikan sebagai rasa ketegangan hebat dan
kuat, yang timbul tiba-tiba dalam waktu singkat, tidak disadari dan disertai dengan gejala-
gejala jasmaniah yang hebat pula. Sebagai akibatnya, pribadi yang dihinggapi efektersebut
tidak mengenal dan tidak menyadari lagi terhadap sesuatu yang diperbuatnya. Afek pada
umumnya tidak pernah berlangsung lama, karena sifatnya yang terlalu kuat. Misalnya :
ketakutan, kemurkaan, kemuakan, dendam, kebencian yang menyela-nyela, cinta birahi,
kehanyutan jiwa, dan lain sebagainya.5
Wilhelm Wundt, tokoh psikologi eksprimental dalam sebuah analisis introspeksi telah
menemukan afek dalam 3 komponen, yakni:
3. Afek yang berisi penuh ketegangan dan afek penuh relaks ( mengendorkan ).
4
Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan. ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1998) hlm, 66-69.
5
Syamsu Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 2006) h. 114-
115.
6
Sujanto, Agus. 2001. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara.hlm23
7
Stemming atau suasana hati dapat kita artikan sebagai suasana hati yang berlangsung
agak lama, lebih tenang, berkesinambungan dan ditandai dengan ciri-ciri perasaan senang
atau tidak senang. Sebab-sebab suasana hati itu pada umumnya ada dalam bawah sadar,
namun ada kalanya, juga yang disebabkan oleh faktor jasmaniah. Jika suasana ini konstan
sifatnya maka peristiwa ini disebut “humeur”.7
Kedua jenis perasaan ini ini berhubungan dengan perasaan seseorang dalam hubungan
dengan orang lain.
Simpati (Syimpathy) ialah suatu kecenderungan untuk ikut serta merasakan segala
sesuatu yang sedang dirasakan oleh orang lain, ( feeling with another person ).
Simpati dapat timbul karena persamaan cita-cita, penderitaan yang sama, berasal dari
daerah yang sama dan lain sebagainya.
Gejala perasaan yang berlawanan dengan simpati ialah antipasti (antipathy). Gejala
ini menunjukkan ketidak senangan kepada orang lain. Dan antipasti ini timbul karena
bermaca-macam sebab seperti halnya simpati.8
Empati ialah suatu kecenderungan untuk merasakan sesuatu yang dilakukan orang
lain andai kata dia dalam situasi orang lain tersebut, Karena empati orang mengunakan
perasaannya dengan efektif di dalam situasi orang lain, didorong oleh emosinya seolah-seolah
dia ikut mengambil bagian dalam gerakan-gerakan yang dilakukan orang lain, ( feeling into a
person or thing ).9
1. Fungsi perasaan
7
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, ( Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 2009 ),Edisi Revisi, Cet, 4, hlm, 108-109.
8
Alex Sobur. Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia. 2003) h. 114-115
9
Fudyartanta Ki. 2001. Psikologi Umum I Dan II. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.hlm 50
10
Abu Ahmadi dan M. Umar, Psikologi Umum, (Surabaya, PT. Bima Ilmu, 1992),Edisi Revisi, hlm, 76-77.
8
b. Menyangkut perasaan indriawi seperti panas, dingin, sejuk, sedap dan lain-lain,
juga perasaan vital. Perlu dilakukannya pembiasan demi pengembangan kepribadian.11
11
Ahmad Fauzi. Psikologi umum. (Bandung: Pustaka Setia. 2004). h. 54.
12
Andiharyadi. 2000. Dimensi Spiritual Psikologi. Bandung. Pustaka Hidayah.hlm 34
13
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, ( Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 2009 ),Edisi Revisi, Cet, 4, hlm, 110-111
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Perasaan
Perasaan ialah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami
dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat
subjektif. Jadi unsur-unsur perasaan ialah:
Ø Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang, yang tingkatannya tidak
sama.
Menurut Wundt, perasaan tidak hanya dapat dialami individu sebagai perasaan senang
atau tidak senang, tetapi masih dapat dilihat dari dimensi lain. Dan menurutnya ada 3 dimensi
yang mana pembahasan sudah dibahas diatas.
Gejala perasaan tidak berdiri sendiri, melainkan bersangkut paut dengan gejala-gejala
jiwa yang lain bahkan perasaan dengan keadaan tubuh ini memang tidak dapat dipisahkan.14
4. Macam-macam Perasaan
a. Perasaan-perasaan jasmaniah
1) Perasaan-perasaan Indriah.
2) Perasaan Vital.
1) Perasaan Intelektual.
14
Sujanto, Agus. 2001. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara.hlm23
10
2) Perasaan Kesusilaan.
3) Perasaan Keindahan.
4) Perasaan Sosila/Kemasyarakatan.
6) Perasaan Keagamaan/Ketuhanan.
Afek merupakan peristiwa psikis dapat diartikan sebagai rasa ketegangan hebat dan
kuat, yang timbul tiba-tiba dalam waktu singkat, tidak disadari dan disertai dengan gejala-
gejala jasmaniah yang hebat pula. Sebagai akibatnya, pribadi yang dihinggapi efektersebut
tidak mengenal dan tidak menyadari lagi terhadap sesuatu yang diperbuatnya. Afek pada
umumnya tidak pernah berlangsung lama, karena sifatnya yang terlalu kuat.
Stemming atau suasana hati dapat kita artikan sebagai suasana hati yang berlangsung
agak lama, lebih tenang, berkesinambungan dan ditandai dengan ciri-ciri perasaan senang
atau tidak senang. Sebab-sebab suasana hati itu pada umumnya ada dalam bawah sadar,
namun ada kalanya, juga yang disebabkan oleh faktor jasmaniah. Jika suasana ini konstan
sifatnya maka peristiwa ini disebut “humeur”.
Simpati (Syimpathy) ialah suatu kecenderungan untuk ikut serta merasakan segala
sesuatu yang sedang dirasakan oleh orang lain, ( feeling with another person ).
Empati ialah suatu kecenderungan untuk merasakan sesuatu yang dilakukan orang
lain andai kata dia dalam situasi orang lain tersebut.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu Dan Umar Muhammad. 1992. Psikologi Umum. Surabaya, PT. Bima Ilmu.
Fudyartanta Ki. 2001. Psikologi Umum I Dan II. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Sarwono Sarlito W. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Yusuf Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja Rosda
Karya , 2006.
12