Dosen pengampu:
Achmad Syauqi Alfanzari M.Ag.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat kelak.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu Bapak
Achmad Syauqi Alfanzari M.Ag.yang telah memberikan amanah untuk
menyelesaikan pembahasan tentang Imu muhkam dan Mutasyabih .Penulis
tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
A. Kesimpulan ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui . Bagaimana Pengertian Muhkam dan Mutasyabih ?
PEMBAHASAN
Muhkam secara lughawi berasal dari kata hakama. Kata hukm berarti
memutuskan antara dua hal atau lebih perkara, maka hakim adalah orang yang
mencegah yang zalim dan memisahkan dua pihak yang sedang bertikai.
Sedangkan muhkam adalah sesuatu yang dikokohkan, jelas, fasih, dan
membedakan antara yang hak dan yang bathil.1 Sedang dalam kitab Mabahits fii
Ulum al-Qur’an dijelaskan:
1
Muhammad Chirzin, Al Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa,
2000), 70.
2
Manna’ al-Qathan, Mabahits fii Ulum al-Qur’an (Mesir: Maktabah Wahbah, 1973), 216.
3
Ahmad Syadali dan Ahmad Rafi’i, Ulumul Qur’an I (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 199.
4
Usman, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Teras, 2000), 221.
Secara tegas dapat dikatakan bahwa asal mula adanya ayat-ayat
muhkamah dan mutasyabihat ialah dari Allah SWT. Allah SWT memisahkan atau
membedakan ayat-ayat yang muhkam dari yang mutasyabih, dan menjadikan ayat
muhkam sebagai bandingan ayat yang mutasyabihat. Allah SWT berfirman:
):هوالّذي انزل عليك الكتب منه ايت محكمت هن ام الكتب واخر متشبهت (ال عمران
Dari ayat tersebut, jelas Allah SWT menjelaskan bahwa Dia menurunkan
Alquran itu ayat-ayatnya ada yang muhkamat dan ada yang mutasyabihat.
Menurut kebanyakan ulama, sebab adanya ayat-ayat muhkamat itu sudah jelas,
yakni sebagaimana sudah ditegaskan dalam ayat 7 surah Ali Imran di atas. Di
samping itu, Al Quran merupakan kitab yang muhkam, seperti keterangan ayat 1
surah Hud:
Juga karena kebanyakan tertib dan susunan ayat-ayat Alquran itu rapi dan
urut, sehingga dapat dipahami umat dengan mudah, tidak menyulitkan dan tidak
samar artinya, disebabkan kebanyakan maknanya juga mudah dicerna akal
pikiran. Tetapi sebab adanya ayat-ayat mutasyabihat dalam Alquran ialah karena
adanya kesamaran maksud syarak dalam ayat-ayat-Nya sehingga sulit dipahami
umat, tanpa dikatakan dengan arti ayat lain, disebabkan karena bisa dita’wilkan
dengan bermacam-macam dan petunjuknya pun tidak tegas, karena sebagian besar
merupakan hal-hal yang pengetahuannya hanya dimonopoli oleh Allah SWT.5
5
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an , Dunia Ilmu, Surabaya, 1998, halm 243-244.
}٧ : {العمران....َو َما يَ ْع َم ُل تَْأ ِو ْيلَ ۤهُ اِاَّل هللاُ َوالرَّا ِس ُخونَ فِى ْال ِع ْلم ِيَقُوْ لُوْ نَ آ َمنَّابِه
Kedua : ataukah ia ma’tȗf, sedang lafaz َ يَقُوْ لُوْ نmenjadi hâl dan waqafnya pada
lafaz َّاس ُخونَ فِى ْال ِع ْلم
ِ َوالر. 6
َ ُّاَاْل ِ ْستِ َوا ُء َم ْعلُوْ ٌم َو ْال َكيْفُ َمجْ هُوْ ٌل َوالسََّؤ ا ُل َع ْنهُ بِ ْد َعةٌ َواَظُن.
ك َرج َُل السُّوْ ِء اَ ْخ ِرجُوْ هُ َعنِّ ْي
6
Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 122.
bahwa arti istiwa’ itu sendiri sudah diketahui tetapi caranyalah yang tidak
diketahui.7
“Dari Aisyah, ia berkata: Rasul SAW. membaca ayat: “inilah yang menurunkan
al-Kitab (al-Qur’an) kepadamu”, sampai kepada “orang-orang yang berakal”,
berkata ia : Rasul SAW. berkata: “jika engkau melihat orang-orang yang
mengikuti ayat-ayat yang musytabihat daripadanya maka mereka itulah orang-
orang yang disebut Allah, maka hati-hatilah terhadap mereka”. (dikeluarkan oleh
Bukhari dan Muslim dan yang lainnya).9
8
Acep Hermawan, “Ulumul Quran Ilmu Untuk Memahami Wahyu, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), 212.
9
Ibid., 213.
2. Madzhab Ulama Khalaf
10
Usman, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Teras), 244-245.
11
Ibid., 245.
ِ لَوْ لَ ْم يَ ْعلَ ُموْ ا تَْأ ِو ْيلَهُ لَ ْم يَ ْعلَ ُم––وْ ا ن: ال
َاس– َخهُ ِم ْن َم ْن ُس–وْ ِخ ِه َواَل َحاَل لُ–هُ ِم ْن َح َرا ِم– ِه َواَل ُمحْ َك َم– هُ ِم ْن َ ََّاك ق
ِ ضح َّ ع َْن ال
–اخرجه ابن ابى حاتم. ُمتَ َشابِ ِه-
1. Muhkam
2. Mutasyabih
a. Yakni ayat-ayat yang tidak diketahui hakikat maknanya seperti tibanya hari
kiamat.
12
Acep Hermawan, “Ulumul Quran Ilmu Untuk Memahami Wahyu, (Bandung: Remaja
Rosdakarya), 219.
b. Ayat-ayat yang dapat diketahui maknanya dengan sarana bantu baik dengan
hadits atau ayat muhkam.
c. Ayat yang hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang dalam ilmunya,
sebagaimana diisyaratkan dalam doa Rosululloh untuk ibnu Abbas “Ya Alloh,
karuniailah ia ilmu yang mendalam mengenai agama dan limpahkanlah
pengetahuan tentang ta’wil kepadanya,” 13
Pada penghujung surat Ali ‘Imran [3] ayat 7, Allah menyebutkan َ ۤ َو َما يَ َّذ َّك ُر ِإاّل
ِ ُأولُ–––وا اَأل ْلبَ–––اsebagai cercaan bagi orang-orang yang mengotak-atik ayat-ayat
ب
mutasyabih. Sebaliknya, memberikan pujian pada orang-orang yang mendalami
ilmunya, yakni orang-orang yang tidak mengikuti hawa nafsunya untuk
mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih sehingga mereka berkata –ز ْغ قُلُوْ بَنَا
ِ –ُ َربَّنَ––ا الَ ت.
Mereka menyadari keterbatasan akalnya dan mengharapkan ilmu ladunni.
13
Hasbi Ash-Shiddieqy, ilmu-ilmu Al-Qur’an, Jakarta:Bulan Bintang, 1993, hlm 166
3. Memberikan pemahaman abstrak-ilahiah kepada manusia melalui pengalaman
indrawi yang biasa disaksikannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi
dan tidak menimbulkan pertanyaan jika disebutkan. Sedang mutasyabih adalah
ayat-ayat yang maknanya belum jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Syadali, Ahmad dan Ahmad Rifa’i. Ulumul Qur’an I. Bandung: Pustaka Setia,
2000.